Selasa, Desember 25, 2007

si mungil Radikus

Potongan rambut plontos, mengenakan kaos oblong berwarna kuning dan jeans, membawa tas slempang tergantung panjang di pundaknya jalan berpapasan dengan ku yang per sekian detik kita saling pandang dan tersenyum. "sepertinya aku kenal, mirip dengan Raditya Dika" bisikku dalam hati yang sambil berlalu dari sosok laki-laki berwajah familiar itu.


Hiruk pikuk dan keramaian pun langsung menggema di area tengah toko buku Gramedia Bekasi saat sang penulis buku Kambing Jantan naik keatas podium, para fans nya pun teriak histeris. Masih belum terlihat jelas panampakan wajah Raditya, aku pun mencari lokasi menonton yang pas untuk dapat melihat langsung sang penulis.


"Walah, itu khan laki-laki yang berkaos kuning tadi yang papasan dengan ku di blok jejeran buku kesehatan", aku hanya tersenyum sendiri karena merasa jadi bodoh sendiri karena sebenarnya dari tadi aku sudah bersama dengan Raditya Dika. Ga sadar dan ga yakin kalau yang tadi bersama itu adalah si Raditya. Postur tubuh nya yang mungil, tinggi nya yang sama persis dengan ku, berkulit putih dengan kaca mata kotak yang khas sekali dia pakai. Jauh dari seperti apa yang kubayangkan, kukira postur tubuhnya tinggi dan ideal, ternyata dia mungil sekali.


Ku membaur dengan orang-orang yang ikut menonton talk show Raditya Dika, tak kusangka dan tak kuduga ternyata fans dan pembaca buku nya di Bekasi itu cukup banyak. Sempat terdengar obrolan para karyawan Gramedia Bekasi dan sekuritinya bahwa mereka tak menduga akan sebanyak ini yang datang ke acara talk show Raditya Dika. Maklum saja, Raditya Dika ini penulis muda yang cukup tampan dan menarik (satu level dengan artis abg yang ngetop di pertelevisian), maka tidak heran para penggila nya (anak-anak abg) pun banyak tersebar.


Salut dan hanya geleng-geleng kepala melihat ocehan dan celoteh-celotehnya Raditya Dika saat bercerita dan berbagi ke para penonton yang datang saat itu. Ternyata kegilaan-kegilaan yang ada di buku nya terwujud LIVE di tengah-tengah toko buku Gramedia Bekasi. Memang ide-ide konyolnya tak pernah habis sehingga tawa dari para penonton pun tak pernah habis. Salut untuk Raditya.


kurang lebih 2 jam acara talk show berlangsung dengan beberapa sesi tanya jawab. Cukup banyak juga yang bersemangat untuk melempar pertanyaan ke Raditya sang pembuat kekonyolan, kegilaan dan keanehan ini. Sampai-samapi aku pun tak sempat dapat kesempatan bertanya, padahal sudah jinjitkan kaki dan mengangkat tangan tinggi-tinggi, tepat nya "IKA! Anda belum beruntung". Setelah sesi tanya jawab berakhir dan bagi-bagi bingkisan pn selesai, selanjut para penonton pun dengan teratur berbaris untuk minta tanda tangan dan photo bersama. Termasuk aku yang masuk kedalam antrian panjang dengan membawa 3 buku nya (Kambing Jantan, Cinta Brontosourus dan Radikus Makankakus) dengan tambahan 1 buku lagi yaitu Kambing Jantan nya si Ando, yang aku janji untuk memintakan tanda tangannya Raditya untuk Ando.


Sabar menunggu dalam antrian aku asik stay tune dengan walkman ku sambil mendengarkan lagu yang sesekali nyuri-nyuri ngambil photo nya Radikus dengan fans nya ==> seperti ini ==>
Hmm...lucu juga dan ternyata asli nya kalo sedang ga bicara dia cukup kalem dan tenang. Tidak macam-macam (ga sok bergaya), selalu melempar senyum-senyum kecil yang hangat untuk para fans nya.
"Hmm..semoga nanti aku pun bisa begitu dan lebih baik dari nya (mimpi ku semoga terwujud, dan tetap semangat IKA!)" doaku dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.




Makin lama makin aku dekat dengan meja tanda tangan, aku pun mulai menyiapkan buku yang akan di coreti oleh sang penulis. Satu buat Ando, tiga untukku.
"Hy..ditulis buat siapa?" sapa Raditya sambil mengambil tumpukan buku ku yang akan di tanda tanganinya.
"Buat Nuri dan satu lagi buat Ando"
"ok..!" sambil tersenyum dia mulai menanda tangani semua buku dan aku pun langsung mendekati nya persis di sebelah kanannya dan mulai menyetting kamera yang di handphone ku dan mulai lah........cekrek.......dan hasilnya.......

hasilnya jadi benar-benar aneh... Nurikus Makankakus vs Radikus Makankakus.... he he he


-meet & Greet Radikus Makankakus-
24 Desember 2007

Puisi Hitut

Tat tit tut...
Daun Sampeu
Saha nu hitut
Saha nu ngambeu

(Tuuuuuuttttt....oups..!!)

Minggu, November 11, 2007

Mirza's Journal

Bahasa Sebagai Kekuasaan Abadi

Ketika kita menyampaikan sebuah kata seakan kita menuangkan sebuah makna yang terkandung dalam bahasa. Inilah ungkapan yang tergambarkan oleh kekuasaan individu yang telah hidup dalam sebuah lingkungan. Inilah yang menjadikan bahasa sebagai pembebasan dalam sebuah konteks yang diusung oleh Erich Fromm, dimana pembebasan bahasa ini menjadi sebuah adaptasi masyarakat industri dengan kapitalisme yang menjadikan hilangnya kepribadian asli dan spontanitas. Dalam sebuah kajian diusung bahwa bahasa sumber dari kegiatan yang tidak terlihat oleh ungkapan rasa di tiap-tiap kegiatan aktifitas manusia. Bahasa merupakan sebuah simbol yang selalu dipenetrasi oleh subyek, sehingga makna dari bahasa tersebut akan hilang.

Pada rezim sekarang ini bahasa merupakan sebuah alat konsumsi bagi masyarakat modern, karena bahasa merupakan media yang dapat mengeksploitasi sebuah sistem pada sebuah negara. Euforianisme merupakan bentuk dari eksplorasi dari adanya eksploitasi melalui kehalusan bahasa. Eksistensi bahasa telah memberikan warna-warna dalam kehidupan manusia. Bahasa verbal ataupun bahasa teks telah menjadi alat bagi kehidupan modern. Yang menjadi permasalahan pada konteks bahasa pada zaman modern sekarang ini adalah bahasa di fungsikan sebagai perangkat-perangkat negatif dalam dunia realitas. Salah satu wujud nyata adalah dengan mengfungsikan bahasa menjadi alat-alat konsumsi propaganda dan isu-isu politik yang negatif, seperti : memposisikan bahasa sebagai alat untuk menggambarkan suatu kondisi yang fiktif politik dalam menarik perhatian, sehingga mengesampingkan tindakan-tindakan yang tatis untuk memberikan aplikasi yang positif bagi kehidupan masyarakat. Tindakan inilah menjadikan bahasa sebagai kendaraan untuk melakukan hal-hal yang negatif. Untuk itu lihatlah dengan jelas bahwa bahasa dapat memberikan dampak-dampak yang mengakibatkan perpecahan dalam tingkatan sosial individu ataupun dalam tingkatan sosial masyarakat pada umumnya.Hati-hati dengan bahasamu, karena bahasa sebagai fungsi pisau yang diperuntukkan untuk memotong sesuatu yang sifatnya lunak atau keras sekalipun.

Created: Mirza

Setahun berlalu....

Setahun telah berlalu, tetapi cinta ini masih tetap terjaga dengan baik di hatiku. Kenangan indah dan sedih lah yang selalu menemaniku dalam menjalani hari dan waktu semenjak aku berpisah dengannya. Kesendirian dan kekosongan menjadi salah satu bagian hidup ku setelah dia memutuskan untuk meninggalkan mu. Terus mencari sebuah jawaban yang mampu meyakinkan atas sikapnya yang memutuskan hubungan indah ini, karena ku tahu sebenarnya hatinya masih mencintai ku.

Masih sulit hati ini untuk menerima dengan ikhlas atas keputusan yang sebenarnya tak ku inginkan. Tapi aku bisa apa?
Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk membuktikan bahwa keputusan ini tidak benar. Sulit untuk disentuh oleh logika dan sebuah rasional, dimana hubungan ini kandas hanya karena sebuah ketidakjelasan karena hanya dengan kuasa Tuhan lah itu dapat terjawab dan terjadi.

Ketidakjelasan....
Mungkin aku ditakdirkan hidup untup menghadapi ketidakjelasan. Di usia ku yang cukup kecil pun sudah diajari dan dikenalkan untuk menghadapi ketidakjelasan itu sampai sekarang ini. Tidak jelas dimana keberadaan sosok ayah yang selalu ku rindukan dan nantikan kehadirannya. Entah sudah berapa lama aku tak melihat senyumannya dan tak merasakannya lagi dekaoan hangatnya.

Kekuatan dan kesabaran ku teruji di situ. Hingga Tuhan memberikan lagi kesempatan padaku untuk mengasah kekuatan dan kesabaran ku ini untuk menghadapi satu lagi rintangan kecil. Menghadapi suatu ketidakjelasan lagi dimana aku di tuntut untuk mendapatkan dan memahami jawabannya ya ada.

Ku merasa rintangan pertama dapat ku lalui dengan sabar dan kuat dengan hasil adalah keikhlasan. 13 Tahun kulalui rintangan pertama ini dengan tangis dan tawa, dan tidak sedikit pula hinaan dan kekecewaan. Hal tersebut mengajari ku akan sulitnya hidup, maka dengan begitu aku harus berusaha keras untuk merubah sulitnya hidup itu menjadi suatu warna uang memperindah jalan cerita kehidupan dan membuat ku menjadi manusia yang lebih kuat. Dengan kesulitan yang ada ini membuat ku lebih menghargai hidup dan pastinya tidak akan menyia-nyiakan suatu kebahagiaan yang hadir walaupun itu hanya sedikit.

Rintangan kedua ini kuanggan satu peringatan dari Tuhan yang menyuruhku agar dapat tetap kuat dan sabar jalani kehidupan ini. Ku anggap ini sebagai media untuk orang lain bercermin dan melihat suatu hubungan itu selalu HAPPY ENDING. Harus tetap rasional memperlakukan cinta, karena buatku cinta itu tak berperasaan. Cinta datang tiba-tiba dan terkadang perginya pun tiba-tiba. Buat ku memperlakukan cinta itu dengan keyakinan, karena dengan begitu aku akan lebih kuat menhadapi apabila cinta itu meninggalkanku.

Setahun telah berlalu ini memang cukup berat bagiku. Dengan keyakinan ku memutuskan percaya dan mencintainya membuat aku makin kaya kekuatan . Aku banyak melihat keindahan dan kesulitan yang diberikan oleh cinta, sampai akhirnya cinta itu pergi...

Keihklasan mulai ku pelihara dan ku pupuk agar dapat tumbuh dengan buat untuk menerima dan menjalani rintangan-rintangan yang akan datang nantinya. Tulang merupakan rangka tubuh yang membantu manusia untuk bisa berdiri dengan kuat dan kokoh. Maka Ikhlas adalah rangka hati dan mental yang harus dilatih agar dapat hadapi rintangan dengan kuat dan kokoh.

Teringat pada sebuah lagu yang menuliskan bahwa hidup itu seperti buku yang terbuka dan terlihat. Dengan buku kita dapat belajar dan mendapat pengetahuan yang dapat kita gunakan untuk menjalani kehidupan. Maka kuanggap semua ini pengalaman berharga yang dapat menjadi suatu bekal untuk hidup.

Lembaran ku dengan dia sudah penuh coretan dan sudah tidak ada tempat lagi untuk mengisi suatu cerita didalamnya. Maka kini aku harus ganti lembaran yang sudah penuh itu dengan lembaran baru agar aku bisa tuliskan cerita-cerita baru dengan warna yang lebih menarik dan indah.

Theater 21, 13.20 wib
Bekasi, 10 Nov 2007






Kamis, Oktober 25, 2007

Bermalam di Bandara

Setelah mengantar anak-anak dan istri pulang lebih dulu ke Palembang, rasanya agak lega, jadi nggak terlalu khawatir bila pulang nanti menjelang Lebaran.

Dua hari sebelum lebaran, setelah akhirnya kerjaan bisa diselesaikan semua, jam 9 malam baru bisa pergi menuju bandara Soekarno-Hatta. Memang rencananya mau naik pesawat, atas pertimbangan kemacetan sudah mulai nampak di pelabuhan Merak.

Dengan yakin langsung naik kopaja ke Blok M, dengan harapan bisa naik Damri Bandara. Perjalanan hanya setengah jam, tetapi ternyata tidak nampak ada tanda-tanda Damri Bandara, padahal fisiknya cukup besar untuk tidak terlihat, tapi agar lebih yakin masih juga berusaha mendatangi ke lokasinya biasa berada.

Karena memang sudah tidak ada, ya, tetap tidak ada-lah si Damri Bandara.

Akhirnya, keputusannya adalah naik bis ke arah grogol untuk kemudian dilanjutkan menggunakan taxi ke bandara, tujuannya jelas, untuk melakukan sedikit penghematan, setelah penghematan terbesar telah lewat peluangnya yakni naik bis ke Merak, disambung dengan naik kapal, lalu naik angkot ke Stasiun Tanjung Karang, baru kemudian menuju Palembang.
Penghematan besar peringkat kedua pun sudah terlewat, yakni naik Damri Bandara, karena sudah ditinggal.

Sebelum naik bis, maunya nyari cemilan dan minuman untuk selama menginap di Bandara, karena sepertinya sudah tidak ada flight ke Palembang diatas jam 9 malam.
Jadilah mampir sebentar ke Blok M, sebagai penghuni terdekat yang menyediakan kelengkapan cemilan dan minuman.
Langsung kebawah menuju supermarket yang akhir-akhir ini semakin sedikit populasinya.
Belanja susu, air mineral, dan sari buah, si cemilan ternyata tidak ada yang menarik hati, jadi tidak ada yang dibeli. Sebetulnya maghrib tadi belum sempat diisi makanan pokok, baru ditambal dengan 2 buah risoles saja, jadi muncul sedikit keinginan untuk beli makanan pokok, tapi dengan pertimbangan toh di bandara pasti ada makanan pokok cepat saji yang tentunya buka 24 jam, ya sudah, dari pada repot bawaannya semakin banyak, mending makan disana saja toh.

Ya sudah, keluar saja, menuju tempat bis biasa berkumpul, sambil sekali lagi melewati area si Damri Bandara, tetap dengan harapan tadi tidak terlihat dan sekarang baru terlihat.
Yah dasarnya memang sudah tidak ada ya, tetap tidak ada-lah si Damri Bandara.

Sewaktu melalui lokasi tempat berdiri Damri Bandara, ada seseorang berteriak, seseorang yang menggunakan tempat Damri Bandara biasa berdiri untuk meletakkan alatnya.

“Ke bandara Pak?” Iya, kujawab. “Naik taksi aja yuk” Nggak ah, mahal, kusahuti lagi sambil terus melangkah.

“Lima puluh ribu aja Pak” Waks lima puluh ribu? rupiah tuh? waduh murahnya, kupikir. Karena bila dihitung, tentunya akan selisih sedikit bila naik taksi dari Grogol.
Bener ni Pak, aku bertanya dengan mata berbinar dan menghentikan langkahku.
“Iya, sekalian nyari penumpang dari bandara” katanya sambil membukakan pintu depan.
Waks, yakin banget yak, sepertinya pengalaman nih orang.

Setelah banyak obrolan agak aneh selama di taksi, akhirnya sampai juga di Bandara. Langsung menuju loket terdekat di Terminal 1A, si Lion Air/Wings Air. Loketnya masih buka, jadi bisa langsung bertanya, tiket ke Palembang berapaan Bang? Iya, agak jarang sih bertemu penjual tiket berkelamin Bang. “Adanya jam 10.30 yang paling pagi Pak, harganya enam ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah”. WADUH, mahal amat, sambil membelalakkan mata dalam hati.
Ada jam lainnya nggak Bang, yang flight malam atau flight terakhir? “Flight terakhirnya 16.30 Pak, belum malam”. Oh... kalo itu berapa Bang? “Sama Pak, enam ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah”. Waduh, kalau untuk tiket Go Show masih ada Bang? “Itu tiket Go Show Pak”.
Oh, ya udah Bang, nanti saya kembali deh.

Keluar deh dari area loket Lion Air/Wings Air. Menuju ke sebelahnya, ternyata si tiket murah se-Asia. Tapi areal loketnya sudah padam lampunya. Eh kebetulan ada seorang pemakai rok keluar dari pintunya, sambil menutup pintu, lalu berjalan dengan cepat menuju parkiran. Dengan sigap kususul, lalu setelah dekat kutanya, Mbak, tiket ke Palembang masih ada nggak ya? “Wah besok pagi aja ke loket Pak”. Emang yang ke Palembang jam berapa Mbak? tanyaku sambil terus berjalan mengiringinya. “First flight-nya 10.40 Pak”. Loketnya buka jam berapa Mbak? “Jam 6 sudah buka Pak”. Terima kasih Mbak. Dibales senyuman. Lalu kutinggalkan si pemakai rok tersebut.

Menuju area selanjutnya, yang ternyata adalah area kedatangan, Domestic Arrival, dari Terminal 1A. Jadi seharusnya selanjutnya adalah Terminal 1B area keberangkatan, Domestic Departure, dong ya. Eh betul ding. Ternyata, baru ngeh sekarang, pengaturannya seperti itu toh.

Di Terminal 1B ada Sriwijaya Air dan Batavia Air yang memiliki penerbangan ke Palembang, sayang sudah gelap semua loketnya.

Jalan terus, masih ada Terminal 1C area keberangkatan, dan masih ada Adam Air yang walaupun sering jatuh, tapi memiliki penerbangan ke Palembang. Jadi ya udah deh, cobain ajah, toh kalaupun jatuh berarti sudah ajalnya nyampe mau bilang apa.

Dan setelah diperhatikan ternyata di setiap Terminal ada layar yang menunjukkan jadwal keberangkatan dan kedatangan.

Setelah lihat layar di Terminal 1C area keberangkatan, ternyata Adam Air memiliki flight yang paling pagi, jam 06.50.

Berarti yang mesti ditunggu pertama adalah depan pintunya Adam Air, karena bila keberangkatan jam 06.50 tentunya orang harus check-in 2 jam sebelumnya yakni jam 04.50, jadi kudu buka duluan nih loket ke Palembangnya.

Sekarang urusan perut harus segera dibenahi, walaupun tidak terasa lapar sama sekali, tapi kewajiban kita harus dipenuhi sebelum dituntut oleh pemda selaku pemngurus badan.

Pas muter badan, ngelongo' keatas, wah ada KFC, langsung sebar pandangan ke sekeliling nyari McD, ternyata tak terlihat, dan sepertinya juga tadi tidak terlihat sewaktu jalan, adanya A&W, donat kalah pamor, dan restoran-restoran tidak terkenal.
Jadinya naik keatas, nyamperin KFC, wah gawat, sudah beres-beres ternyata, belum sempet nanya, simasnya sudah nyaut “Sudah tutup Pak”. Loh, gak 24 jam toh? “Nggak Pak”.
Setengah panik, langsung turun, nyamperin A&W selaku penjual makanan cepat saji lainnya, wah untung nih masih ada orang-orang yang makan, langsung masuk ke Counter-nya. Belum sempet pesen, simasnya sudah nyaut “Maaf Pak sudah tutup”. Lah, gak 24 jam juga toh? “Nggak juga Pak”. Lah kok simasnya jawabnya pake juga, sok tau aja nih simas.

Buru-buru ke A&W lainnya, karena A&W ini ada di tiap terminal 1, ternyata semua sudah tutup. Tambah panik, pikir-pikir ya udah deh, gak ada nasi, terpaksa donat deh, jadinya meluncur ke donat kalah pamor. Sial. Malah sudah tutup kerai.

Nyamperin restoran-restoran tidak terkenal itupun sudah pada tutup.
Eh baru inget, tadi pas lewat perasaan masih ada masmas yang manggil-manggil, sepertinya sih restoran donat juga, tapi belum pernah lihat ditempat lain, dan ternyata ini dia restoran yang buka 24 jam. Country Choice namanya. Seperti nama susu UHT. Daripada lapar dan lagian takut juga ama tuntutan pemda, mending beli donat aja deh. Beli setengah lusin dan minuman coklat dingin. Terus cari kursi terdekat buat makan.

Pilih donatnya yang coklat semua, karena sepertinya yang lain kurang menarik.

Setelah dibuka, ambil satu yang atas tengahnya coklat penuh, terus dimakan. Lumayan enak rasanya, walaupun rotinya tidak selembut donat yang sedang sangat naik pamor.
Terus nyobain donat yang berbentuk roti penuh, berisi coklat. Makan setengahnya, dah nggak mampu nerusin sisanya.
Sial banget, dasar orang kampung, makan roti satu-setengah pun dah kekenyangan, jadi nggak kemakan dah 4.5-nya. Untung masih bisa ngabisin coklat dinginnya.

Istirahat sebentar, untungnya bangku sudah kosong. Nyontek di sebelah-sebelah pada baringan beralaskan tasnya masing-masing biar agak empuk punggungnya. Pejaman mata memang bisa menenangkan pikiran, relaksasi yang nikmat karena sembari baringan. Bangku bandara yang lebar benar-benar memberi kenikmatan lebih.

Setengah jam dalam keadaan hilang, terbangun tanpa ada penyebab. Sepertinya relaksasinya mendekati sempurna, sehingga terbangun dalam keadaan segar. Duduk sebentar sambil melihat keadaan sekitar. Tak lama dihampiri oleh seseorang yang terlihat sedikit kebingungan.
“Mas berangkat pagi besok ya?” tanyanya. Iya, mo kemana Mas? Tanyaku.
“Ke Kendari”. Wih daerah Sulawesi, langsung teringat teman SMA yang lahir disana, yang banyak memberi kemudahan sewaktu SMA dulu, thanks to him. “Belum dapet tiket nih, Mas sudah dapet?” tanyanya. Belum juga, rencananya nginep disini ya biar bisa ngantri tiket GoShow, siapa tau masih bisa dapet tiket ke Palembang. “Oh ke Palembang ya Mas? Kira-kira masih dapat tiket nggak ya?”. Yah, saya kesini memang sudah siap untuk mendapatkan yang terburuk, tapi yang penting usahanya gak berhenti. “Iya, tadi sempat nanya ke Om, tiketnya bisa lebih dari 2 kali tiket normal. Terus Omku bilang lebih penting kangennya orang tua daripada uang tersebut, uang masih bisa dicari. Kupikir ada benarnya. Jadi tadi langsung berangkat cuman pake ini nih”, katanya sambil nunjukin 2 kantong plastik supermega swalayan. Kata-kata omnya sih memang bener, tapi kalo gak punya duitnya ya gak bisa juga dipaksakan toh.

Setelah dia mengajak ngobrol panjang, akhirnya jam menunjukkan pukul 3 pagi. Yang ternyata orang-orang mulai banyak sekali berdatangan. Kubilang padanya aku mau mengantri, takut kehabisan tiketnya. Segera kuambil barang-barangku, untuk kemudian mengantri didepan pintu masuk kantor Adam Air.

Kulihat sekitar, orang-orang sudah mulai mengantri didepan pintu masuk ruang Check-In. Antrian yang cukup panjang, sampai 5 meteran lebih, keluar dari pembatas antrian.

Setengah jam menunggu kulihat dijalan ada mobil minibus berhenti dengan logo Adam Air, wah, agak bersemangat jadinya. Banyak yang turun dengan seragam Adam Air, tapi tidak ada satupun yang berjalan kearahku, yang berdiri didepan kantor mereka. Begitupun beberapa mobil selanjutnya yang berlogo Adam Air, tidak ada yang mampir ke kantor mereka ini. Dan sudah mulai banyak orang yang berdiri dibelakangku untuk mengantri tiket Adam Air ini, yang sedihnya sebagian wajah mereka tampak seperti berasal dari daerahku, yang berarti saingan dong.

Sekitar setengah 5, tiba-tiba ada 3 Mbak berseragam Adam Air yang berjalan mengarah ke kantornya. Dengan segera aku menyingkir memberi mereka jalan, tapi tetap dijalur antrian yang benar. Salah satu Mbak Adam Air berjongkok membuka kunci, setelah terbuka dia berikan kuncinya kepada Mbak yang lain, dan dia berlalu ketempat lain.

Mbak yang menerima kunci segera membuka pintunya lalu masuk, dengan tak lupa menyeret kursi panjang untuk menghalangi pintu masuknya, yang tentunya cukup jelas bisa diartikan, pintu tersebut belum terbuka untuk umum. Tanpa menyalakan lampu – karena cukup mendapatkan penerangan dari ruang Check-In yang hanya berbataskan kaca dengan ruang kantor – Mbak-nya menyalakan beberapa komputer, untuk kemudian ke pojok ruangan untuk berhias.
Seterusnya beberapa karyawan hilir-mudik keluar-masuk kantor.

Pukul 5 pagi, kursi penghalang pintu digeser oleh salah satu karyawan pria, untuk kemudian masuk lagi, tanpa sepatah katapun terucap. Dengan rasa penasaran, kulongokkan kepala kedalam pintu untuk bertanya apakah sudah diperbolehkan masuk. Tetap tidak ada yang menjawab. Wah, hebat bener pelayanannya, sepertinya karyawannya sudah terlampau capek – cukup terlihat jelas di muka mereka, sehingga untuk menjawab pertanyaan pun sudah males.

Karena tidak ada yang menjawab, aku langsung masuk, diikuti oleh beberapa orang dibelakangku. Aku menuju ke kursi terdekat, dan langsung bertanya, apakah masih ada tiket untuk ke Palembang. Kupikir si Mbak tidak menanggapi, tapi aku tetap duduk didepannya, karena sepertinya dia sibuk membuka-buka lembaran kertas, untuk kemudian dia bertanya ke rekan disebelahnya, dia menanyakan kode penerbangan, setelah itu dia menjawab “Sudah tidak ada tiket lagi Pak”.
Dengan jawaban tersebut, aku bergegas keluar menuju Terminal 1A, loket AirAsia, karena dari info sebelumnya AirAsia buka pukul 6 pagi.

Tiba di loket AirAsia, masih jam 5.20 pagi, tapi untungnya sudah ada yang datang, dan loketnya sudah buka, sehingga aku bisa segera bertanya apakah masih ada tiket ke Palembang hari ini, yang sayangnya tidak ada tiket tersisa.

Kulihat disebelah loket LionAir/Wings Air pun sudah buka, aku pun menuju kesana, ternyata kutrima jawaban yang sama seperti sebelumnya. “Masih ada tiket yang enam ratus sembilan puluh sembilan ribu”. Jadinya kujawab dengan jawaban sebelumnya, “Oh, ya udah Mbak, nanti saya kembali”.

Ke Terminal berikutnya, dimana ada Sriwijaya Air yang masih gelap, lalu ke Batavia Air yang sudah terang kantornya, dan menunggu sambil berdiri, karena saat itu tempat duduk pembelian tiket sudah penuh. Lalu salah seorang lelaki yang ikutan mengantri menghampiri, “Berangkat kemana Pak?”. Ke Palembang, jawabku. “Oh”. Sahutnya sambil berlalu, dengan heran kupandangi kepergiannya. Ternyata dia menghampiri orang lain yang juga mengantri, wah sepertinya calo nih, setelah kusimak percakapan mereka, ternyata dia memang menawarkan tiket. Ternyata masih ada calo toh.

Setelah orang didepanku menyelesaikan transaksinya, aku segera maju dan bertanya apakah masih ada tiket ke Palembang. Yang dijawab oleh mas disebelah, “Masih Pak”. Berapa Mas? “Sebentar Pak”. Langsung dia mencari pada daftar harga tiket yang dimilikinya, sambil tetap melayani pelanggan didepan dia. “380 ribu Pak”, katanya, sambil menengok kearahku. Wih, jauh lebih murah nih. Almost half of Lion Air. Boleh saya booking dulu? Kataku. “Tidak bisa Pak, tiket ini hanya bisa dibeli, bukan dipesan” katanya. Waduh, masih ada Sriwijaya Air yang belum dicek harganya nih, gimana dong.
Saya ambil satu Mas, kataku membulatkan hati. “Boleh pinjam katepenya Pak?”
Segera kuambil tanda pengenalku dari dompet, dan kuberikan padanya. Disiapkannya satu tiket untukku yang diserahkannya setelah selesai, dan kubayar. “Jam 10 sudah bisa Check-In Pak” katanya sambil menyerahkan kembalian uangku.

Leganya. Akhirnya kepastian ketemu orangtua, anak-istri, dan saudara di Palembang tinggal 50%. Tinggal memastikan pesawat berangkat, dan kepastian pesawat tiba dengan selamat di Palembang.

Aku pun keluar dari kantor Batavia Air dengan muka berseri-seri, tersenyum-senyum sendiri.

Kucari tempat duduk kosong agar bisa berbaringan lagi, lumayan capek juga. Setelah dapat tempat duduk kosong segera kududuki, pasang tas, lalu berbaring, menenangkan pikiran, memejamkan mata, dan segera tertidur lagi.

Sekitar pukul 8 aku terbangun, wah lumayan dapat tidur sekitar sejam. Disekeliling sudah sangat ramai, orang hilir-mudik, menggendong-gendong, menyeret-nyeret tas, membawa-bawa kereta dorong berisi tumpukan tas.

Sambil menunggu jam 10, kunikmati suasana sekitar, sambil mengamati siapa tau ada yang kukenal. Tapi dari ratusan orang tersebut tidak satupun ada wajah yang kukenal.

Jam 10 kurang 5, segera kuberesi perlengkapanku, dan beranjak ke ruang Check-In, lalu ke loket 8 untuk Check-In. Karena belum buka, aku berdiri mengantri. Jam 10 tepat seorang Mbak berseragam Batavia Air masuk ke belakang loket, kemudian memasang plang bertulisan ‘Palembang’, sedikit kubantu memasangkan karena Mbaknya agak kesulitan. Setelahnya ngantri lagi. Membayar airport-tax.

Masuk kedalam ruang tunggu, diperjalanan kulihat banyak spanduk ‘Free hotspot’, ternyata memang benar dari yang sering kudengar dimilis, bahwa di airport ada free hotspot, lumayan bisa nyambung internet gratisan. Bisa ngecek situasi milis disaat-saat terakhir mau lebaran. Bisa ngeledek rekan-rekan milis yang nggak bisa mudik. Setelah ngambir free-code yang tertempel didekat spanduk ‘Free hotspot’ menggunakan label Tom&Jerry 120, lalu nyari lokasi strategis, buka tas, ambil laptop, nyalain, turn-on the Wi-Fi, nyari sinyal si ‘Free’ deh. Lah kok gak ada yah?

Dengan penasaran aku pindah tempat, tapi tetep tidak dapat sinyal. Yah sudahlah, sepertinya belum harinya nih.

Jadinya ketik-ketik aja deh. Jadilah aku masuk ke lobby anjungan yang terhubung dengan pesawat, cari posisi lagi, sekarang posisi yang dicari adalah dekat dengan stop kontak, karena batere hape dan laptop dah kering. Eh ada didekat pos jaga, tersedia 4 stop kontak, aman deh, bisa sekaligus isi 2 batere.

Pesawat berangkat jam 12.45, masih sekitar 2 jam lagi.

Sekitar jam 11.55, ada pengumuman dari pihak bandara, bahwa ada delay sekitar 30 menit untuk keberangkatan ke Pontianak. Wah, kasihan. Eh tapi jangan-jangan kita juga jadi mundur berangkatnya. Jadi sial juga dong.

Tapi ternyata setelah pengumuman tersebut, langsung dilanjutkan dengan pengumuman mengenai keberangkatan ke Palembang, ternyata dimajukan jadi jam 12.15, dan semua penumpang diharapkan naik saat itu juga. Wah dengan bersemangat, semua penumpang ke Palembang bergerak ke pintu anjungan menuju ke pesawat. Ya iya dong, jarang-jarang banget deh denger ada keberangkatan pesawat yang lebih cepat dari jadwal, ternyata bisa mengalaminya langsung. Segera ku-text-message adik di Palembang untuk memberitahukan percepatan keberangkatan ini, agar tidak telat menjemputku. Tidak menunggu balasan darinya, segera kumatikan hape, karena sinyalnya bisa mengganggu instrumen penerbangan.

Setelah kutemukan kursiku, yang dapat nomor 5A, baris depan nih, meletakkan tas di atas, lalu duduk manis dengan muka berseri sambil melihat-lihat jendela luar, 5A dipinggir jendela, wah nikmatnya, sejauh ini kemudahan-kemudahan banyak kudapat. Alhamdulillah.

Baru duduk 10 menit, diumumkan pesawat segera berangkat, tak lama pesawat mundur, dan pramugari-pramugari bersiap memperagakan perangkat keselamatan yang ada didalam pesawat. Sempat terpikir, apakah akan berguna bila nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan? Yah sudahlah, mungkin akan nyangkut sedikit informasinya.

Tak lama pesawat pun take-off, mulus, dan pesawatnya pun terasa lebih tenang, dibandingkan dengan penerbanganku sebelumnya menggunakan Lion Air, pesawatnya banyak bergetar.

Dikejauhan, kulihat awan tebal, yah, bakalan gajluk-gajluk nih pesawatnya. Dan benar, sewaktu melewati awan-awan tersebut terasa pesawatnya seperti berjalan diatas jalan berbatu, gajluk-gajluk deh.

Tiba-tiba. HEGH. Pesawat terasa seperti jatuh, drop. Jantung seperti tertinggal diatas, badan jatuh kebawah. Wah, apaan nih? Kok bisa gini?

Semua penumpang yang bisa kulihat disekeliling dalam keadaan panik. Semua berdo’a mohon keselamatan, akupun berucap ‘Subhanallahu walhamdulillahi wa laailahaillallahu Allahu Akbar’, ‘Masya Allah’, sementara yang lain berucap kalimat syahadat. Disebelahku, seroang lelaki yang berpenampilan lumayan tenang sebelumnya, terlihat begitu tegang dengan muka pucat.

Kejadian drop tersebut berlangsung kira-kira 2 detik, mirip seperti bila kita naik Kora-kora di Dunia Fantasi. Bedanya didalam Kora-kora kita sadar memang begitulah permainannya, sedangkan didalam pesawat ini, kita tidak tahu apakah pesawat akan jatuh betulan atau tidak.

Setelah melewati awan tersebut pesawat kembali terbang normal, dan begitu melewati awan lagi, kembali terjadi lagi. HEGH. JATUH LAGI. MASYA ALLAH, langsung kupasrahkan diri sambil terus berdo’a. wah, sepertinya acara mudik ini hanya berhasil 75% saja, kepastian berangkat sudah kudapat, tapi ternyata tidak bisa sampai dengan selamat, pikirku.

Dan lagi, dan lagi, pesawat terus menerus berkali-kali terasa drop setiap melalui awan tebal.

Tapi seperti biasa, kebiasaan aneh padaku sepertinya tidak berkurang walaupun aku dalam keadaan panik seperti ini. Aku tertawa-tawa dalam ketakutanku, mungkin untuk menghilangkan perasaan takut. Lalu sambil menengok kesamping, kulihat disebelahku memandangku dengan wajah aneh dengan muka pucat pasi, akupun bertanya padanya “Apakah mukaku pucat?” tetap sambil tertawa. Dia jawab iya, masih dengan pandangan aneh dan muka yang pucat. Mungkin pikirnya sial banget, bakal mati bersebelahan dengan orang gila.

Bahkan sampai akhirnya pramugari mengumumkan dalam waktu beberapa saat lagi kami akan tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, tidak berapa lama kembali kami melewati awan tebal, dan drop lagi. Bahkan hingga bandara mulai terlihat dari atas, awan masih menghalangi, sehingga gajluk-gajluk akibat pesawat menabrak awan pun masih terasa, sehingga perasaan khawatir masih tetap terasa.

Baru setelah roda pesawat terasa menjejak tanah, perasaan lega pun tercapai, ‘Masya Allah Alhamdulillah’ ucapku. Untuk saat ini, sepertinya pesawat bakal nyusruk ke sawah seperti kejadian di Yogya pun jauh lebih baik daripada banyak kejadian beberapa saat sebelumnya, karena bila pesawat nyusruk, usaha untuk menyelamatkan diri masih terbuka, karena pesawat sudah diatas tanah. Dan ternyata pilot masih bisa mengendalikan dengan baik pesawatnya, hingga akhirnya parkir, dan belalai terpasang dengan baik dipintu pesawat. Pada saat ini semakin banyak kudengar ucapan syukur terucap dari penumpang.

Sementara aku sudah semakin tenang dan mulai mengobrol dengan rekan disebelah, yang walaupun masih terlihat pucat – tentunya sama dengan wajahku – tapi sudah bisa tersenyum. Dan ternyata dia sudah dapat informasi, bahwa antara Jakarta-Palembang saat itu memang sedang berawan tebal dan ada kecenderungan untuk hujan. Dalam hatiku berkata, pantesan sepertinya tegang banget, sepertinya dia sudah mengantisipasi kemungkinan terburuk, dan mendapatkan kejadian ini.

Sewaktu mau keluar dari pesawat, kebetulan aku berpapasan dengan co-pilot-nya, jadi kutanyakan, kenapa bisa kejadian drop begitu. Jawabannya “Iya Pak, kebetulan melewati awan”. Lah, tidak ada kejelasan kenapanya.

Setelah turun dari pesawat pun masih kudengar beberapa penumpang yang bilang ini penerbangan yang bikin sport jantung.

Kupandang langit, awan begitu tebal menyelimuti, dan sebagian berwarna abu-abu, tampak dikejauhan sudah mulai turun hujan.

Lebih dari itu, ternyata mudik kali ini diizinkan Allah berhasil 100%, seperti mudik-mudikku sebelum ini. Aku dijemput orang-tua, anak-istri dan adik+ipar+keponakan. Alhamdulillah.
(AYD, 11 - 12 Oktober 2007)

Sabtu, Oktober 20, 2007

Convey

Awalnya tahu dan berkenalan dengan anak-anak Convey dari Dudi. Dudi adalah salah seorang teman yang aku kenal dari sebuah komunitas pertemanan yang sudah tidak asing lagi untuk anak-anak zaman sekarang yaitu Friendster, yang selanjutnya hubungan kami berlanjut menjadi hubungan pertemanan yang berhubungan dengan pekerjaan. Saat itu aku masih bekerja di suatu perusahaan IT Consultant, nah di situ hubungan pertemanan ku dengan Dudi berlanjut, karena saat itu Dudi butuh info mengenai pelatihan Cisco dan aku sebagai salah satu karyawan pada IT Consultant maka sebagai temannya aku pun mensupport nya.

Suatu hari tiba-tiba aku di invite oleh Dudi untuk masuk ke suatu conference di yahoo messenger, aku pun masuk dan tersesat didalamnya. Bingung dan ngerasa jadi orang aneh yang tiba-tiba masuk ke dalam komunitas yang orang-orang didalamnya belum aku kenal kecuali Dudi.
“Hy… Selamat Pagi” sapaan perdana ku kepada teman-teman yang ada didalam conference. Sempat minder juga karena sapaan ku tidak langsung dibalas. Tak lama kemudian akhirnya ada beberapa yang menjawab dan memberikan sapaan selamat datang untukku dan sepertinya mereka cukup welcome dengan kehadiranku yang masuk kedalam conference. Tak aneh memang ada yang bingung dengan masuknya aku kedalam conference. Banyak sapaan-sapaan aneh yang dikeluarkan oleh teman-teman, dari sapaan welcome sampai dibilang kalau aku cloningan. Buat mereka cloningan itu adalah teman conference yang memiliki ID YM baru, alias satu orang punya dua ID yang tujuannya sih untuk ngerjain atau jailin teman-teman didalam conference.

Cukup menyenangkan mengenal mereka semua, walaupun memang masih cukup bingung bagi ku untuk mengenal masing-masing nama ID ke nama aslinya. Selain itu juga banyak istilah-istilah baru yang aku dapat dari obrolan-obrolan yang berlangsung, dari cloningan sampai ketingkungan pun ada di dalam obrolan mereka.

Percakapan ku dengan teman-teman conference sudah berlangsung beberapa hari ini, tak terasa ternyata aku setiap hari ikut nimbrung dengan mereka untuk ngobrol-ngobrol, masih suka merasa bingung dan canggung harus bahas apa, karena memang aku belum tau sekali tentang mereka dan apa yang harus dibahas, tetapi walaupun demikian aku merasa nyaman berhubungan dengan mereka. Sampai akhirnya teman-teman memutuskan untuk gathering ketemuan alias kopdar bersamaan dengan nonton bareng dan buka puasa bersama.

Terputuskan oleh teman-teman dengan EO nya adalah Anggun yang rencana gathering akan berlangsung di Pondok Indah Mall 1 dan kita akan nonton bareng film Resident Evil, juga buka puasa bersama di Beppu. Acara gathering berlangsung pada tanggal 6 oktober 2007, jam 13.00 wib.

Bingung juga waktu dapat info dari Anggun kalau acara nonton barengnya di pindah ke Pondok Indah Mall 1, padahal awalanya kita mau nonton bareng JakTet alias Jakarta Theather dan buka puasanya di Sabang. Udah kebayang asik dan serunya, tapi ternyata malah diubah rencana awalnya, bisa apa juga... lagian aku pendatang baru, mau ga mau sebagai makmum yang baik pasti ikut imam nya dunk, he he he.

Sebetulnya sudah cukup lama juga aku ga main-main ke Pondok Indah Mall. Berarti ini kunjungan kedua ku ke Pondok Indah Mall setelah setahun lalu pertama kali aku ke PIM bersama Irfan. Rasanya jadi agak malas-malasan untuk ikutan acara bareng teman-teman conference yang pada kumpul di PIM, selain jarak yang jauh juga, ini merupakan jalan yang lumayan iseng karena aku lumayan ga familiar dengan PIM. Tapi ga enak juga kalau ga jadi datang, udah kepalang janji dan daftar jadi salah satu peserta nonton dan buka puasa bersama, ya mau apalagi..!

Sabtu siang, 6 Oktober 2007, aku sudah mulai siap-siap untuk berangkat ke PIM. Modal nekad aku tetap jalan sendirian. Padahal awal rencana kemarin satu hari sebelum hari H, aku janjian dengan Anggun untuk berangkat bareng. Lumayan dapat tebengan dan ada teman bareng, jadi di jalan ga ngerasa iseng-iseng banget. Tapi last minute, 2 jam sebelum aku mau berangkat, Anggun kirim kabar kalau ternyata mobilnya terkena kecelakaan kecil yang alhasil kita ga jadi pergi bareng karena dia mau urus-urus asuransi mobilnya dulu. Apa boleh buat, aku pun berangkat sendiri dengan ngompreng naik angkutan umum.

Cuaca siang itu lumayan hangat, tidak terlalu panas dan tidak dingin juga, cukup menyenangkanlah untuk berpergian sendirian, he he he.
‘Nggun, gw berangkat ya. Kita ketemuan dimana?” sms kukirim setelah aku mendapatkan bus menuju Blok M dan duduk manis didalamnya.
“ok dech, gw juga udah jalan nih, tapi kekantor dulu urus surat asuransi mobil dulu. Ketemu di 21 PIM 1 ya, Ka” balas sms dari anggun.
Kunikmati perjalanan sendirian dengan asik membaca buku Lupus Return dan mendengarkan album track MP3 dari handphoneku. Situasi jalan cukup lenggang, tidak terlalu ramai, mungkin sudah ada masyarakat Jakarta yang pulang mudik, jadi jalanan pun tidak terlalu ramai seperti biasanya. Tak terasa pun kurang lebih 1 jam aku sudah sampai di terminal Blok M.
“Nggun, udah sampai mana? Gw udah di terminal Blok M, nih.” sms kukirim sambil mengantri turun dari bus sekaligus update keberadaanku ke Anggun.
“Masih dijalan, Say. Langsung ketemuan disana aja ya. Kabarin gw kalau loe udah sampe” balas Anggun. Celingak celinguk sendirian dan waktu di jam tangan pun sudah menunjukkan 13.15 wib. “Wah, gw telat.” Bisik ku dalam hati sambil jalan keluar dari terminal Blok M, yang rencananya mau naik metromini 72 menuju ke PIM ku gagalkan dan aku pun bergegas untuk mencegat sebuah taksi agar tidak telat sampai PIM, khan ga enak juga belum apa-apa udah telat.

15 menit berlalu, akhirnya aku mendapatkan taksi juga. Taksi yang sangat kupercaya yaitu sanga Burung Biru, he he he.
“Siang Pak, ke PIM 1 ya.” Sapa ku ke Bapak Supir Taksi yang bernama Didin yang kuketahui namanya dari kartu identitasnya yang terpajang didepan supir diatas dashboard mobil.
“Bapak orang sunda ya?” sapa ku ke Pak Didin dengan logat sunda untuk mencairkan suasana didalam taksi yang hening.
“Iya, Mba. Ari mba teh urang sunda oge?” balasnya dengan langsung menjawab dengan bahas sunda.
Ternyata feeling ku benar kalau Pak Didin orang sunda, mudah tertebak kalau lihat dari namanya. Kita pun akhirnya ngobol ngalor ngidul selama perjalanan menuju PIM, dari membahas rencana pulang kampung sampai Pak Didin mempromosikan anak-anaknya untuk dapat melamar pekerjaan di perusahaan tempatku bekerja.

Tak terasa akhirnya sampailah aku di PIM 1, Pak Didin langsung menurunkanku di lobby PIM 1.
“Makasih ya, Pak.” Pamit ku kepada Pak Didin saat menuruni taksinya.
Bermodalkan cuek dan pede aku memasuki lobby PIM 1, sambil celingak celinguk aku mencari 21 PIM 1. Lumayan jadi kebingungan, akhirnya aku pun menghampiri Pak Satpam yang sedang berjaga untuk menanyakan lokasi 21 PIM 1.
“Siang Pak, 21 PIM 1 di sebelah mana ya?”
“oh itu Mba, naik satu lantai lagi disebelah kanan pojok”.
Jawab Pak Satpam yang manis-manis itu.
“Makasih, Pak” kulangsung menuju escalator untuk naik ke lantai 3 menuju 21 dengan gelisah karena waktu di jam tangan ku sudah menunjukkan 13.45 wib. “Pastinya aku udah telat banget, karena kita janjian jam 13.00 wib, tapi jam segini aku baru sampai” keluh ku dalam hati sambil memasuki 21 yang akhirnya sampai juga tempat tujuan anak-anak conference kumpul. Celingak celinguk aku sendiri didalam sambil memperhatikan sekeliling mengecek beberapa rumunan anak-anak yang sedang berkumpul, tapi tak kutemukan juga. Yang banyak malah anak-anak ABG dan remaja-remaja yang berpasangan. Anak-anak yang berkumpul secara berkelompok ga ada, yang ada juga kelompok anak-anak ABG dan tentu pastinya itu bukan anak-anak conference.

“Nggun, loe dimana? Gw udah di 21 PIM 1,nih” kukirim sms untuk Anggun sambil menggerutu sendiri. Aku kira aku yang paling telat, ternyata malah aku yang datang duluan. Ternyata tetap dengan kebiasaan lamanya Indonesia yaitu jam karet.
“Gw masih di tol, bentar lagi sampe koq. Ga nyangka kalo jalanan macet nih, tapi ada Bedul yang udah datang, loe tlp dia aja, ini nmrnya 0813xxxxxxxx” balas Anggun yang membuat gw makin cemas karena gw sendirian di 21 dan ga tau harus berbuat apa.

Sudah 10 menit aku nunggu sendirian sambil nerusin baca Lupus Return yang sesekali lirik kanan lirik kiri akhirnya kuputuskan untuk sms Bedul.
“Hy Bedul, gw emailnya_ika, gw udah sampe di 21 PIM 1, loe dimana? Ketemuan disini ya.”
“Hy, gw masih di parkiran dan mau ambil uang dulu, loe tunggu bentar ya” balas Bedul
“Ok, jangan lama-lama yak. Gw pake t-shirt Polo and jeans, rambut kribo” balas ku sambil meneruskan lagi baca Lupus nya.
Ga lama kemudian, setelah 15 menit gw nunggu penampakan si Bedul akhirnya datang juga,yang saat datang dia celingak celinguk nyari wujudnya Ika yang kribo, he he he. Tak putus asa dia pun langsung menelponku dan aku pun langsung melambaikan tangan dan menghampiri si Bedul.
“Hy, gw Ika.” Sapa ku sambil menyodorkan tangan mengajak salaman
‘Hy, gw Bedul, udah nunggu lama ya? Sorry ya… Mau nonton apa nih anak-anak. Langsung beliin tiketnya dulu yuk” balas nya dengan senyumannya yang cukup manis dan sikap kikuk nya yang bikin gw geli sendirian, he he he.
“hmmm, ga tau. Katanya Resident Evil. Yakin mau beliin dulu? Apa ga tunggu yang lain dulu?” jawab ku sambil mendekati antrian tiket untuk ngecek jadwal nontonnya.
Terlihat di wajah nya Bedul yang kepingin banget nonton sampai rela ambil uang dulu untuk nalangin temen-temen dulu, tapi tetap gw tahan dia untuk order tiket, karena takut nanti kalau udah dibeli tapi tiba-tiba anak-anaknya ga jadi.

“Nggun elo dimana sih? Gw sama Bedul udah sampe nih, kita mau beliin dulu ga tiketnya, si Bedul udah ngantri tuh” pesan ku kirim untuk Anggun yang ngeliat Bedul udah kayak cacing kepanasan yang udah kepingin beli tiket nonton yang udah ada di jejeran antrian ke tiga di depan loket.
“Tahan dulu, Ka. Anak-anak belum semua datang nih. Gw lagi nyari parkir.” Balas Anggun dan langsung saja ku infokan berita itu ke Bedul.
Akhirnya usaha mengantri si Bedul berakhir dengan muka kecewanya, dan jadi ga tega liat muka nya Bedul yang tadi nya udah kegirangan banget di antrian loket, tapi ga jadi karena kita tetap harus nunggu anak-anak yang lain datang.
Kita pun akhirnya Cuma liat-liat aja dan ga lama kemudian sosok teman satu lagi datang yaitu Irul. Irul yang pertama datang juga udah ribet sama teleponnya. Datang lagi nelpon, terus setelah kenalan pun dia langsung telpon-telponan lagi yang alhasil ngilang ga keliatan di dalam 21. Sakti bener dech si Irul,he he he.

Lumayan Bete juga nunggu Anggun dan cowok nya yang katanya udah sampai tapi ga keliatan batang hidungnya mereka, akhirnya kita pun, maksudnya aku dan Bedul memutuskan main game, he he he.
“Dul, main Time Crisis, yuk” ajak ku sambil mengantri tukar coin game.
Kita pun menghabiskan waktu menunggu dengan main game, yang tiba-tiba diganggu dengan telepon masuk yang mengharuskan si Bedul support teman kantornya mengenai pekerjaan. Alhasil akhirnya aku main sendirian dan si Bedul pun sibuk dengan urusannya yang mondar mandir telepon dengan teman kantornya.

Cukup lumayan lama juga aku ditinggal Bedul dengan kesibukannya itu, tapi ga lama kemudian Anggun dan cowoknya yang bernama Fani akhirnya tiba. Finally akhirnya aku bertemu dengan Anggun yang sebelumnya itu aku berhubungan dengan dia hanya via YM dan SMSan saja. Lucu dan cute anaknya, dan pasti nya cubby tampak serasi dengan Fani yang cubby juga. Aku, Bedul, Irul, Anggun dan Fani akhirnya kumpul bareng di suatu meja dengan beberapa kursi yang di gabungkan agar terkesan ngeriung dan makin dekat satu sama lain.

Rencana kita untuk nonton akhirnya di gagalkan karena beberapa teman yang lain masih belum datang dan ada yang ga bisa ikutan nonton bareng. Biar kita tetap solid dan kompak kita yang udah pada datang ngalah untuk teman-teman yang lain, yang penting khan kumpul-kumpulnya dan kebersamaannya. Ya walaupun memang jadi agak kecewa karena rencana ku yang mau nonton bareng jadi gagal. Satu persatu teman-teman yang lainnya pun berdatangan dari Dudi, Radit, Ando dan Vazza, lalu dilanjut dengan Neng Es-Tea, Kakak Meonk, berlanjut dengan Bang Ali dan kekasih tercintanya yang tiba saat menjelang Magrib.

Acara buka puasa bersama di gelar di restoran Beppu, yaitu restoran yang menyediakan segala makanan Jepang. He he he, lumayan bingung juga buka puasa dengan menu Jepang. Alhasil aku pun beserta Esti dan Bedul jalan-jalan sebentar di saat menjelang Magrib tiba untuk mencari makanan appetizer nya yang kita putuskan beli minuman Green tea Blend yang mau di beliin si Bedul karena tadi waktu main game yang beli coin itu aku, aku pun barter dengan Bedul menggantikan membelikanku minuman Green Tea Blend nya J-Co. Aku dan Esti langsung order 1 lusin donat J-Co untuk teman-teman yang lain sebagai makanan pembuka buka puasa bersama.

“Allahu akbar… allaaaaahu akbar” adzan pun berkumandang. Teman-teman pun segera membatalkan puasanya yang beberapa lainnya sudah turun duluan untuk sholat magrib dulu dan kita yang perempuan-perempuan tetap jaga meja dengan menyantap makanan duluan dengan beraneka jenis pesanan kita masing-masing. Dari pesan paket bento sampai nge’mie ramen massal. Sangat hangat suasana buka puasa bersama yang kurasakan saat itu. Kita saling sharing makanan dan cerita-cerita yang pastinya, dari ngebahas yang lucu-lucu sampai ngegodain Bang Ali yang sedang dengan kekasihnya berduaan, serasa dunia milik berdua dan kita yang ada disitu Cuma ngontrak, he he he. Habis mesra banget, kayanya ga mau lepas dech tuh pasangan sejoli.

Aktivitas photo-photoan pun tak terelakan. Semua memang cukup narsis dan pecinta photo, di setiap moment atau waktu pasti lampu blitz menyala dan handphone-handphone kamera langsung berhamburan di depan wajah anak-anak conference yang photogenic. Benar-benar sangat menyenangkan sekali, kenal dengan teman-teman baru yang ternyata mereka semua hangat dan sangat kekeluargaan. Tipe sifat teman-teman yang ada memang sangat berbeda, tapi malah itu ternyata bikin kita tetap nyambung dan kompak.

Setelah makan kita semua tidak langsung pulang, melainkan keliling PIM sambil nyari tempat kongkow yang enak untuk ngobrol-ngobrol lagi. Kejailan-kejailan menghiasai perkumpulan kita semua saat itu. Dari tikung menikung sampai gossip jodoh menjodohkan pun jadi santapan cuci mulut kita semua. Akhirnya kita pun dapat tempat lagi untuk kongkow di suatu restoran Korea kalau ga salah yang disamping nya ada pertunjukkan band kecil, yang rencananya kita pilih tempat itu agar Vazza bisa menunjukkan kemampuan suara emasnya. Tapi ternyata band tersebut ga bisa kasih kesempatan untuk kita, ya alhasil kita nongkrong bareng dengan pesan minuman saja sambil nonton pertandingan Rugby, ngobrol-ngobrol dan photo bersama. Kali ini Bang Ali dan kekasihnya sudah pamit duluan jadi acara ngejailinnya ga terlalu seru, adapun Excel yang ikut nimbrung di kongkow sesi kedua ini dia ga terlalu banyak omong, terlihat cool and calm saja. Tetapi kehangatan diantara kita tetap terjalin, sampai akhirnya kita masing-masing berpamitan pulang yang saat itu waktu sudah menunjukkan 20.37 wib.
“wah sudah malam juga” bisikku dalam hati sambil membuntuti Anggun dan Fani, karena Aku dan Esti akan nebeng di mobil nya Anggun, dan aku akan di drop di terimal Blok M.

Sekitar 10 menit Aku, Esti, Irul, Anggun dan Fani menunggu mobil yang sedang dia ambil oleh crew valle, akhirnya swift merah pun datang. Irul pun senang karena pesanan kue nya sudah bisa diambil dan dibawa pulang yang tersimpan di mobil Anggun. Ga lama transaksi kue berlangsung, Irul pun pergi pulang. Swift merah pun langsung meluncur meninggal PIM, dengan diiringi lagu audio I Miss You Love nya Silverchair kita keluar dari area parkir dengan Anggun dan Esti yang asik ikutan nyanyi juga, dan aku pun dengan santai merebahkan badanku di jok kursi mobil sambil merekam dengan baik kenangan buka puasa bersama sekaligus kopdar pertama kali dengan teman-teman conference

“wah menyenangkan sekali” bisik ku dalam hati sambil bersiap-siap untuk turun dari mobilnya Anggun.
“Nggun, tengkyu ya.” Pamitku saat mobil yang Fanni bawa memasuki daerah mall Blok M.
“Sama-sama, Ka. Gapapa loe turun disini?” balasnya sambil menengok kearahku.
"Gpp koq."Aku pun langsung membuka pintu mobil, lalu cipika cipiki dengan Esti yang duduk dibelakang bersamaku, serta menyalami Anggu dan Fanni.
“Tengkyu ya All, take care.” Pamit ku saat menuruni mobil dan menutup pintunya.

Waktu di jam tangan ku sudah menunjukkan 21.07 wib. Lumayan serem juga jalan sendirian di Blok M nyebrang jembatan penyembrangan menuju terminal. Dulu sih berani-berani aja karena ada sang kekasih yang selalu nemenin. Tapi karena sekarang statusnya udah jomblo, mau ga mau aku harus mandiri lalui malam di terminal Blok M sendirian. Kurang lebih 15 menit aku menunggu bus yang ke Bekasi, akhirnya patas Mayasari Bakti no. 28 tiba dan aku pun bergeas naik.
“Alhamdulillah, untung masih ada bus” bisik ku sambil menyenderkan badan ke kursi mobil dan mulai menyetting handphone untuk mendengarkan MP3.
Patas 28 pun meninggalkan terminal Blok M menuju ke Bekasi, aku duduk tenang sambil tersenyum sendiri didalam bus membayangkan kejadian saat buka puasa bersama yang menyenangkan, sampai akhirnya aku tak ingat apa-apa dan tersadar di tol Bekasi Timur.

Sesampai aku di kost pun suasana hangat teman-teman masih dapat kurasakan, apalagi saat sms dari Anggun masuk menanyakan keberadaanku apakah sudah sampai kost atau belum. Mereka semua memang baik-baik dan kompak, beruntung aku di culik oleh Dudi. Kerena dengan penculikan itu aku dapat mengenal mereka teman-teman conference yang biasa di sebut dengan CONVEY.

Bekasi, 7 Oktober 2007


Senin, Oktober 01, 2007

Persahabatan gadis ke-3 dengan gadis ke-5

Persahabatan dua orang gadis yang mempunyai cerita masa lalu yang hampir sama ini membuat hubungan semakin dekat dan menumbuhkan sikap saling mengerti dan mendukung satu sama lain. Entah apakah karena senasib atau apa, tetapi kedua gadis tersebut mengerti sekali akan perasaan masing-masing. Bagaimana rasa disakiti, diingkari dan merasakan suatu sikap seorang yang dicintainya ternyata seorang yang tak mempunyai nyali dan tak mempunyai keberanian untuk menemukan dan menentukan jalan hidupnya sendiri

Sama-sama kecewa dengan sikap orang yang mereka cintai itu, mereka pun menjadi gadis yang kuat dan tegar. Andai dua gadis mengetahui siapa sebenarnya laki-laki itu, mungkin saja kedua gadis itu tidak akan membiarkan hatinya hanyut dengan janji cinta laki-laki itu.

Kedua gadis ini saling terbuka dan saling bercerita tentang seorang laki-laki yang sama-sama mereka cintai. Menumpahkan rasa bahagia nya saat masa-masa indah di lalui dengan laki-laki itu dan tak luput juga saling berkeluh kesah tentang ketidakberdayaan laki-laki tersebut. Dua gadis ini tidak bisa berbuat apa-apa dengan perilaku laki-laki tersebut, hanya bisa mengambil hikmah dibalik cobaan yang ada sebagai ilmu yang berharga.
Harapan kedua gadis ini adalah semoga Tuhan dapat memberikan yang terbaik untuk laki-laki itu dan menciptakan laki-laki itu menjadi seorang laki-laki yang lebih kuat dan bernyali untuk menentukan jalan hidupnya dengan keyakinan dan hati nurani yang dia miliki.
Sehingga dia pun tidak hidup dibawah bayang-bayang orang yang menguasi hidupnya dan terlepas dari belenggu kedustaan yang menjadi salah satu cara dia bertahan dari orang yang menguasainya.

Minggu, September 30, 2007

Entah harus sedih atau senang…

Entah harus sedih atau senang melihat hiruk pikuk dijalan-jalan dan tempat-tempat pembelajaan hari ini. Padat, ramai dan penuh, semua orang keluar berbondong-bondong bersamaan menuju tempat pembelajaan, entah mereka mau apa, cari apa, dan beli apa, semuanya sibuk dengan kepentingannya masing-masing. Sedangkan orang-orang yang tidak mampu disana masih dengan kesusahan dan kesulitan yang mereka derita. Terlintas dipikiranku apakah orang-orang yang mampu ini ingat dengan keberadaan sesamanya yang masih dengan kederitaan itu?

Perjalanan siang dan sore tadi sangat padat, sepertinya semua orang Jakarta keluar rumah hari ini. Kemacetan kujumpai dimana-mana...
Ku sempatkan mampir ke tempat pembelanjaan yang ada di Bekasi. Sungguh mengagetkan, mau masuk kedalam mall nya saja aku harus mengantri, tidak sebiasanya keadaan ini. Benar-benar padat merata. Dari yang muda dan yang tua ada, mereka memadati mall.

Yang awalnya aku ingin mencari beberapa buku di toko buku yang ada didalam mall, tiba-tiba keinginan tersebut langsung mati dan hilang karena keramaian dan kepadatan yang ada. Semua sibuk dengan kepentinganya, ada yang hanya melihat-lihat saja, berbelanja, acara buka puasa bersama, sampai kegiatan ngabuburit remaja-remaja menjelang waktu buka puasa.

Aku senang melihat kebersamaan yang sangat kental terasa pada saat melihat orang-orang itu sedang asik berbelanja dengan keluarganya, rasanya dampak Bulan Ramadhan benar-benar ampuh. Kegiatan-kegiatan yang biasanya tidak parnah terlaksanakan, di Bulan Ramadhan kegiatan tersebut bisa jadi terlaksana, contohnya berbelanja dengan keluarga secara masal.

Aku juga sedih dengan keadaan dan situasi ini, karena buatku pribadi kegiatan yang orang-orang itu lakukan merupakan suatu sikap pemborosan. Masih banyak teman-teman dan sesama kita di luar sana tidak dapat merasakan kenikmatan itu. Mereka masih saja bertugas untuk mencari sesuatu yang halal ataupun dengan cara haram hanya sekedar untuk mengisi perut mereka yang lapar. Nasib teman-teman kita ini hanya tinggal menunggu keihklasan dan kerelaan dari teman-teman lain yang memiliki keberuntungan. Adakah terlintas keberadaan orang-orang yang kurang beruntung itu didalam pikiran mereka yang memiliki keberuntungan?

Tapi aku yakin bahwa keberkahan Bulan Ramadhan ini dapat dimiliki oleh setiap orang tanpa membedakan dan melihat status.


Bekasi, 29 September 2007

Kesan Pertama

Bertemu dan berkenalan dengannya di suatu acara launching buku teman baik, aku menjadi salah satu tamu nya yang di undang saat itu. Sebenarnya sudah cukup lama aku tidak bertemu dengan teman baik ku itu. Sudah 1 tahun lebih setelah aku mengikuti pelatihan jurnalistik sastrawi yang dia adakan di Bandung, baru hari itu lagi di acara launching bukunya aku bertemu dengan teman baik ku itu yang biasa aku panggil Mas Yusi.


Kebetulan jadwal kuliahku yang sedang kosong, aku pun merencanakan untuk datang ke acara launching buku yang Mas Yusi adakan di suatu Mall yang berada didaerah bilangan Jakarta Selatan. Merasa tidak punya teman untuk menemani ke acara launching, aku berusaha memforward undangan ke beberapa sahabat dan teman baik lainnya. Tapi sayang tidak satu pun dari mereka yang bisa ikut ke acara tersebut dengan masing-masing alasan yang aku dapat dari mereka. Tak merubah keinginanku yang ingin datang dalam acara itu, pada Sabtu sorenya aku berangkat sendiri menuju tempat acaranya Mas Yusi.

Dengan rok terusan warna cream selutut dan jaket jeans dengan kupadukan sandal anyaman dan tas rajutan warna cokelat menjadi kostumku sore itu untuk menghadiri acara, “semoga aku tidak salah kostum” bisikku saat sampai di tempat acara yang sudah mulai berjalan. Aku bingung sendiri karena tidak salah satu seorangpun yang aku kenal disana kecuali Mas Yusi. Hanya berusaha mencari sosok Mas Yusi dan mencari tempat duduk dan meja kosong yang bisa kutempati untuk menikmati acara. Tepatnya didepan lobby sebuah Café tempat acara berlangsung aku mendapatkan meja dan tempat duduk yang nyaman untuk menonton. Mata ini tetap mencari sosok Mas Yusi di perkumpulan orang-orang yang sedang menikmati acara, dan tak lama akhirnya aku melihat Mas Yusi dengan mengenakan celana jeans dan kemeja putih lengan panjang yang dia gulung sampai sikut. Tak banyak perubahan pada Mas Yusi, dia tetap terlihat bugar dan awet muda, yang sebenarnya sampai saat ini aku tidak tahu berapa umurnya sebenarnya, mungkin kalaupun bisa diperkirakan umurnya pasti sudah kepala empat. Senyumannya yang khas dengan matanya yang sendu dan teduh merupakan ciri darinya yang terekam di memoriku.

Suasana saat itu memang cukup ramai dan penuh, tapi aku tetap dengan kesendirian menikmati acara itu dengan ditemani sebungkus rokok, segelas jus semangka dan makanan appetizer. Ingin sekali saat itu memanggil Mas Yusi untuk sekedar mengucapkan kata halo dan menanyakan kabarnya, tapi aku merasa tidak enak hati untuk memanggilnya karena kesibukan yang dia miliki. Akhirnya aku hanya duduk menikmati acara dan sesekali membaca buku baru yang sedang dilaunchingkan.

Waktu terus bergulir, acara demi acara berjalan dan memasuki penutupan launch buku yang diakhiri dengan sebuah nyanyian dari sekelompok band. Hiruk pikuk para tamu yang meninggalkan café pun terlihat, dan mungkin hanya aku sendiri yang tetap duduk menikmati suasana ramai tersebut dengan sebatang rokok di tanganku dan tetap asik membaca buku. Teringat kembali dengan sosok Mas Yusi dan keberadaannya, aku pun celingak celinguk mencari sosok Mas Yusi yang tak kutemukan juga. Akhirnya aku ambil keputusan untuk meng’sms dia.
“Hy Mas, lagi dimana? Acaranya seru ya.”
”Aku masih di Cafe, ada didalam. Kau gabung kesini saja”
balasnya, dan aku pun mulai berkemas untuk masuk kedalam Cafe untuk bertemu dengan Mas Yusi.

Aku pun masuk kedalam Cafe, dan tak sulit akupun langsung melihat dan menjumpai sosok Mas Yusi yang sedang berkumpul dengan teman-temannya. Ku hampiri mereka yang sedang berkumpul dan aku pun bergabung didalam perbincangan mereka yang terlihatnya cukup seru. Saat itu aku pun dikenalkan kepada teman-teman Mas Yusi, dan mulai membaur dengan mereka.
Mereka semua sangat menyenangkan, walaupun terkadang aku merasa agak kurang nyambung dengan apa yang mereka bicarakan, tetapi mereka semua tetap welcome dan memberikanku kesempatan untuk berbicara dan sesekali berpendapat. Sampai pada suatu waktu ada teman Mas Yusi yang tiba-tiba berceletuk ”wah, Kau merokok juga? Aku suka dengan perempuan yang merokok. Toh merokok atau tidak merokok kita akan mati, khan?” saat aku mengeluarkan korek dan sebatang rokok yang akan kubakar dan dia pun menyodorkan tangannya untuk ber toss. Saat itu aku hanya tersenyum dan merasa aku mulai bisa di terima didalam perkumpulan yang sedang berlangsung.

Entah mengapa aku merasa nyaman saat berbincang dengan mereka semua, khususnya dengan teman Mas Yusi yang berceletuk tadi, yang kupanggil Bang Katamsi. Kita berbincang dengan banyak diselingi dengan guyonan-guyonan sekaligus ejekan-ejekan yang lumayan ngena banget. Kalau saja aku ini orang yang sensitif, mungkin aku sudah pergi meninggalkan mereka semua. Tetapi tidak buatku, karena ejekan atau guyonan yang keluar dari mereka membuat suasana semakin akrab.

Awal bertemu dengan Bang Katamsi lumayan menjengkelkan, karena dia itu tak pernah kehabisan akal untuk mengeluarkan ejekan atau guyonan-guyonan yang dilontarkan kepada teman-temannya. Tetapi lama-kelamaan jadi menyenangkan dan tumbuhlah rasa simpati kepada sosoknya. Tak ku kira dia itu adalah seorang mantan wartawan senior yang kini bekerja disalah satu perusahaan asing di bidang pertambangan. Sempat takjub dan tak percaya dengan pekerjaan dan posisi yang dia miliki di perusahaan asing itu, karena kalau dilihat-lihat memang tidak ada potongan untuknya sebagai pekerja dengan status yang dibilang eksekutif di perusahaan tambang tersebut. Saat itu pun orang-orang yang berkumpul sontak tertawa terbahak-bahak dengan pendapatku tadi terhadap Bang Katamsi, karena ternyata info dari yang lain bahwa aku adalah orang yang tersekian yang berpendapat seperti itu. Berarti memang kebanyakan orang tidak percaya bahwa Bang Katamsi seorang yang bisa dibilang salah satu orang penting didalam perusahaan besar asing itu.

Ku akui memang aku simpatik dengannya, karakternya yang ceplas ceplos serta low profile membuat ku lebih menghargainya. Ternyata masih ada dan bisa kujumpai orang seperti Bang Katamsi. ”Andai saja tipe orang seperti Bang Katamsi lebih dari satu, pasti akan kukejar dan kupacari nanti pastinya, ha ha ha...” bisik ku dalam hati sambil sesekali memukul pelan kepalaku untuk menyadarkan lamunanku tentang Bang Katamsi.

Aku simpatik dengan kecerdasan dan kekonsistenannya terhadap semua hal yang ada dikehidupannya. Aku memang cepat jatuh cinta dengan kecerdasan dari seorang laki-laki, entah itu kelemahanku atau kelebihanku. Tapi aku merasa memang aku lebih suka bergaul dan mempunyai sahabat seorang laki-laki dewasa dengan kecerdasan yang mereka miliki, sehingga dengan begitu akupun banyak belajar tentang semua hal yang ada di kehidupan ini dengan pengalaman-pengalaman yang mereka miliki.

Berharap setelah pertemuan dengan Bang Katamsi dalam acara launching buku Mas Yusi, aku dapat bertemu kembali dengannya dan bilang kalau aku sudah menjadi fans beratnya, dan aku akan menagih banyak ilmu kehidupan kepadanya, sehingga aku pun dapat menjadi manusia yang cerdas seperti Bang Katamsi dan teman-teman yang lain. Karena buatku pengalaman-pengalaman mereka merupakan suatu tambahan asupan ilmu untukku.


Jakarta, April 2007

Selasa, September 25, 2007

Kalaulah aku dapat......

Di kala hati resah seribu ragu datang memaksaku, rindu semakin menyerang...
Kalaulah aku dapat membaca pikiranmu dengan sayap lah harapanku ingin terbang jauh
Biar awan pun gelisa, daun-daun jatuh berguguran
Namun cintamu kasih terbit laksana bintang yang bersinar cerah menerangi jiwa ku
Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku hingga membuat kau percaya
Akan kuberikan seutuhnya rasa cintaku selamanya selamanya
Tuhan jalinkanlah cinta, bersama selamanya...

(D'Cinnamons)

Minggu, September 23, 2007

Gadis Ke-6

Akhirnya selama bertahun-tahun dan selama 6 kali berhubungan dengan gadis yang akan menjadi calon pendampingnya, akhirnya gadis ke-6 lah yang beruntung mendapat kesempatan untuk menjadi calonnya yang akan mendampingi di setiap hari-hari dan waktunya.

Entah harus sedih atau senang dengar kabar itu dari mulutnya, yang pati saat itu yang ada rasa haru dan kaget.
Pencariannya, akhirnya hampir selesai...

Ke-5 gadis sebelumnya hanya bisa mendoakan agar kali ini menjadi suatu ujung pencarian dengan mendapat pendamping yang tepat dan mampu menjunjung sikap saling menghargai dan mengerti serta rasa saling menerima dan memberi.

Selamat untuk Gadis ke-6...

Kekuatan dan ketegaran seorang Ayah…

Sempat tak percaya saat aku tahu keadaanya sebenarnya. Aku tak menjauhi dan mengecilkannya, namun kekagumanku tumbuh saat tahu bagaimana seorang sahabatku ini menjalani kehidupannya untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah dari seorang istri dan lima anaknya seorang diri untuk membahagiakan mereka.

Dia mencintai istri dan anak-anaknya.
Aku bisa merasakan bagaimana berat tanggung jawabnya, hanya sampai saat ini aku mengenalnya, aku tak pernah melihat kesusahan dan keberatan dari tanggung jawab yang dia emban. Tulus dan ihklas terlihat dalam setiap senyuman dan tawanya. Bahkan saat keadaan sedihnya pun dia tetap kuat.

Aku memang tidak pernah tahu lebih dalam apa yang dia rasakan. Hanya yang aku tahu adalah sesulit apapun keadaan yang sedang dia hadapi, maka dia akan simpan dalam-dalam rasa sedih dan rasa tak keberadayaannya didalam hati, lalu selanjutnya dia akan tersenyum kembali. Entah sehancur apa saat dia sedang dalam masa sulit, tapi rasanya dia merupakan manusia yang cukup tegar dan kokoh.

Dipundaknya menanggung kehidupan dari 6 orang yang dia cintai dan sayangi. Seorang suami dan seorang ayah yang hangat dan penuh perhatian di setiap waktu sehingga sekalipun dia harus bekerja mati-matian dan meninggalkan istri dan anak-anaknya, namun keharmonisan hubungan mereka tetap terlihat dan terasa yang ternyata merupakan suatu spirit dan semangatnya untuk dapat bertahan dan tetap kuat.

Terkadang aku merasa iri. Andaikan saja ayahku sama sepertinya, mungkin saat ini aku tidak merasa kehilangan dan sendiri. Aku akan tetap bisa tersenyum dan merasakan hangat cinta ayah walaupun kita tak hidup bersama.

Kadang aku mencuri suasana kehangatan yang dimiliki sahabatku dengan keluarganya itu untuk menyembuhkan rasa rindu ku pada ayah. Sedikit-sedikit aku belajar untuk bisa kuat dan tegar seperti sahabatku yang selalu dapat tersenyum dan selalu positif dalam menilai apapun. Sikap optimisnya tak pernah habis untuk meniti waktu dan hari-harinya, sehingga sesulitnya apapun cobaan yang menghampirinya, hanya senyuman yang terhias di wajahnya.

=untuk seorang sahabat yang aku cintai=

Bekasi, 22 September 2007

Kejujuran

Sesungguhnya memang hati ini masih berat untuk terima kenyataan yang ada. Kehilangan memang tidak mengenakkan, apalagi kehilangan orang yang sangat kita sayangi.

Dia merupakan orang yang pertama yang menciptakan sebuah impian membina hidup baru, mempunyai keluarga dan anak-anak dari sebuah hubungan pernikahan didalam hati dan pikiranku. Saat itu aku merasakan sesuatu yang lain, ada perasaan siap dan perasaan takut. Hanya dengan didasari niat yang tulus yaitu sayang, akhirnya aku berkata “Iya” dimalam pertama Bulan Ramadhan 1 tahun lalu setelah menjalankan Ibadah sholat tarawih, saat itu dia mengucapkan kata-kata dan ajakan untuk bisa hidup bersama.

Perih hati ini apabila kenangan itu terlintas, apalagi Bulan Ramadhan kali ini aku merasakan sendiri tanpanya. Atmosfir yang sangat menyayat hati karena kenangan itu selalu telintas. Waktu ibadah sahur, buka puasa dan sholat tarawih merupakan saksi yang setiap tahun akan datang padaku untuk mengenang masa indah itu yang kini hanya menjadi kenangan kelabu yang harus bisa ku kubur dan simpan dalam-dalam di dalam hati ini.

Satu tahun telah berlalu perpisahan ini, walaupun saat ini sudah ada seseorang yang berdiri didepan pintu hatiku, hanya aku tetap tak bisa melupakan dia orang pertama yang telah mengajakku menikah.

Sepertinya masih berat untuk melupakan dan mencari penggantinya. Kalaupun ada kutemukan orang tepat untuk menggantikan posisinya, tetapi tetap tak bisa kumiliki orang itu karena statusnya memang sudah tak bisa kumiliki. Perih hati ini untuk terima semua keadaan yang ada. Rasa dilema yang menyelimuti hati sehingga tidak tahu harus bagaimana. Mencoba untuk membuka hati untuk orang lain pun rasanya masih berat.

Aku masih menyayangi dia dan aku pun menyayangi laki-laki itu …

Nasehat dari orang kusayangi itu adalah aku harus sabar. Ya benar sekali, dengan sabar itu aku akan kuat, dan nantinya akan menemukan laki-laki yang mewujudkan kembali impian ku yang hampir terkubur ini dan menghilangkan rasa sesak ini saat terkadang aku mengingat dia dan laki-laki itu.


Can’t Take That Forever Love…

Kekagumanku...

Tidak terucap kata tidak untuk kedua jagoannya
Tidak terucap kata tidak untuk pekerjaannya
Tidak terucap kata tidak untuk teman-temannya
Tidak terucap kaya tidak untuk sahabat-sahabatnya

Dia adalah Suami
Dia adalah Ayah
Dia adalah Pekerja

Luas hati dan kaya ilmu
Lugas dan jujur
Tegas dan Idealis
Kokoh berdiri dengan dua kakinya
Yakin berjalan dengan akal dan hati nuraninya

Sosok ini menjadikan suatu inspirasi dan pemacu semangat hidupku, yang mengajariku untuk kuat jalani semua yang ada tanpa kesedihan yang terus menerus membayangi jalanku. Menjadi seorang manusia yang kokoh dan tidak berhenti berusaha dan berpikir untuk mendapatkan hal yang terbaik dalam hidup. Setiap kesedihan, kebahagiaan, sakit, maupun sehat dijalani dengan keyakinan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

"Aku kagum dengan apa yang kau milki, Bang. Andai kau adalah Ayahku...!"

Senin, September 17, 2007

Istri Kedua...?

Dari awal aku sudah tau keadaan status nya bagaimana. Aku hanya manusia biasa yang tidak bisa menghindari perasaan yang ada. Berusaha untuk tetap diam dan menjaga agar tidak semakin bertumbuh perasaan yang ada, hanya tak dipungkiri ternyata dengan kejauhan yang ada membuat perasaan itu tetap bertahan di dalam hati.

Aku tak mau mengharapkan apa-apa darinya, hanya suatu keinginan yang ada didalam hati. Tapi toh itu hanya keinginan pribadi, bisa saja tidak terwujud, dan seharusnya tidak boleh terwujud, karena keinginan itu merupakan keinginan yang terlarang dan seharusnya memang tidak ada.

Sekali lagi aku hanya manusia biasa, perasaan yang tumbuh tidak bisa dihindari, hanya berusaha mempertahankan agar ego tidak tumbuh dan beraksi. Dia tau apa yang aku rasakan dan mungkin dia tak tega melihat apa yang sedang kurasakan saat ini kepadanya. Tapi sudahlah aku tidak menuntut apa-apa darinya, hanya ingin hargai saja perasaan yang ada sekarang ini tanpa ada rasa cemas dan takut, karena memang aku tak ingin menuntut apa-apa darinya.

Sempat terlintas keinginan yang cukup "sinting"...
Andai aku ini menjadi istri keduanya...
Istri Kedua ???

Hanya sepintas dan terbayang di akal sehat ku. Aku ingin menjadi istri keduanya....
Tidak seperti Istri yang pertama, aku ingin menjadi istri kedua yang bertugas sebagai sahabatnya dan sahabat untuk anak-anaknya, bukan menjadi ibu dari anak-anaknya. Karena aku tau kedudukan istri pertama tidak bisa tergantikan oleh istri kedua. Tidak sempat terpikir masalah materi ataupun tuntutan hasrat kepadanya, hanya terlintas waktu untuk dapat sharing segala hal, dari masalah pekerjaannya sampai masalah pribadinya. Andaikan saja.....

SINTING...!
Tapi aku menikmati lamunan itu, lamunan menjadi istri kedua yang sekaligus sahabat sejatinya dari suami liberal dan sekular.

Senin, September 10, 2007

Kayaknya salah, nich!

Awalnya sih ingin terbuka dan ceplas-ceplos, tapi ternyata malah bikin ga nyaman orang lain. Entah ga nyaman atau bagaimana ya?
Karena gw pikir dia itu termasuk orang yang terbuka dan selalu bicara ceplas-ceplos mirip gw juga yang suka blak-blakan, makanya gw cuek ngutarain perasaan yang gw rasa ke dia. Tapi pasca kejadian utara-mengutarakan perasaan gw ke dia, alhasil gw jadi ngerasa kehilangan dia. Ga hilang sih, tetap masih ada dan tau kabarnya meski cuma sebatas sms dan telepon. Sebelumnya masih bisa ada kesempatan untuk ketemu lihat tatap muka, tapi sudah beberapa bulan ini menghilang dari peredaran mata gw.

Awalnya gw ga ngerasa gitu, tapi suatu hari gw dapat kiriman comment dari seorang yang tidak tau identitasnya itu siapa yang menuliskan tulisan yang lumayan ngena banget buat gw. Entah siapa dia, ga mau dijadiin pusing, namanya juga comment.

Tapi kalau dipikir-pikir koq jadi bener juga ya. Jadi ngerasa aneh sendiri, koq rasanya nyambung banget sama kejadian tentang gw mengutarakan perasaan gw ke si dia.
Duch, sampai sekarang pun tetap jadi salah satu topic di otak gw yang selalu reload untuk dipikirkan yang ga kelar-kelar untuk cari jawabannya.

Seharusnya gw ga usah bilang tentang perasaan yang gw rasa ke Pendekar Puisi itu. Malah jadi salah…
Kalaupun gw ga bilang ke dia, pasti gw masih punya kesempatan untuk bertatap muka dengannya, sehingga dia pun ga akan punya perasaan kasihan, ga tega atau apapun itu yang dia rasakan ke gw.

Bodoh….bodoh….bodohnya gw…!

Senang udah bisa utarain perasaan gw ke Pendekar Puisi, tapi nyesel juga karena mungkin gw udah bikin perasaan dia jadi ga enak dan ga nyaman ke gw. Jadi sadar… Mungkin ga semua kejujuran itu bisa menyenangkan hati orang lain. Dari sini gw ngerasa bahwa lebih baik semua perasaan yang gw rasain ini disimpan sendiri saja. Tapi gw juga ga mau jadi orang yang kalah dan ga mau mencoba, gw ga mau mati penasaran Cuma gara-gara gw nyimpen perasaan saying ke dia dan ga di utarai ke dia. Mungkin aja bisa jadi penyesalan seumur hidup. Ambil resikonya aja dech sekarang, yang penting hati gw udah lega, jadi ga penasaran lagi.

20 menit nahan PUP

Baru kali ini gw ngerasain ga enaknya nahan sesuatu yang mau keluar. Bukan nahan perasaan, tapi nahan panggilan alam.
Sumpah dech ga bisa dikalahkan dengan apapun, kalaupun saat itu didepan mata gw ada Abang pujaan, gw tetap memilih untuk cari toilet. Ya walaupun gw udah kangen berat ama si Abang pujaan tapi yang satu ini lebih penting. Kayak mempertahankan hidup dan mati. Keringet dingin keluar nahan sakit dan nahan hasrat yang ingin keluar dari tempat persembunyiannya. Muka pun memucat… Ga tahan...!

“Hayo Ka, gw anter ke Sunter Mall.”
Ajakan dan pertolongan dari Andi seperti angin surga yang memberikan gw kesejukkan.
Tanpa pikir panjang gw pun langsung menyambut ajakan Andi.
Dengan pengorbanan sedikit gw tunggu Andi yang mulai ngeluarin motornya dari parkiran, dan kita pun segera meluncur.

Benar-benar sudah tak tertahankan, sesampai di basement parkiran, gw langsung turun dari motor lalu lari menuju toilet sambil menahan sesuatu itu.
“Tuhan berilah aku kekuatan” Cuma itu yang bisa gw ucap dalam hati sambil terpogoh-pogoh memasuki toilet.

Saat itu hanya toilet lah yang terindah buat gw, dia dewa penyelamat gw dari desakan sesuatu yang tak diinginkan ini.

“Byyuuuuuuurrrrr….ssyuuuurrrrrrrrr”
“Aaaaaacchhh…….piuf”
“Finally…”

Lega sekaligus lemas, yang tadi nya sulit untuk bernafas, sekejap bisa menghirup udara sangat dalam. “Alhamdulillah…..”

Sambil menenteng tas kuliah dan sepatu gw keluar dari toilet menuju teras mushola Sunter Mall. Disana sudah terlihat Andi yang setia menunggu sambil senyum-senyum.
“Udah lega, Ka?” dengan senyuman nya yang sedikit mengejek juga.
“Iya udah, lega banget. Bentar ya Ndi, gw nafas dulu, lemes banget, nich!” sambil memakai kaos kaki dan sepatu, sekaligus gw ngumpulin tenaga untuk balik lagi ke Kampus.


Ga kebayang kalau gw bakalan ngalamin hari yang cukup berat. Hari yang berat karena hari ini hari gw untuk ikut jadwal UAS 3 mata kuliah. Ditambah serangan penyakit mendadak yaitu Diare. Udah feeling sih kalau perut gw lagi ga beres, karena pagi nya sebelum gw berangkat kuliah, gw pasti melakukan ritual pagi sebelum mandi yaitu Nature Call, dan keluarnya ga beres. Udah-udah juga gw lupa minum obat untuk tahan Diare, alhasil kena serangan susulan pas udah di Kampus. Ga mau keulang lagi dech kayak begini, nyiksa banget.



UNTAG – Sunter, 9 September 2007.

Minggu, Agustus 12, 2007

Rindu Untuk Ayah Nuri...

Aku berharap dalam hatinya tetap ada ruang tempat aku bertahta, aku hanya berharap di dalam ketidakmampuannya ada kasih dan sayangnya yang tetap tersisa untukku. Aku tahu ini memang berat untukku dan berat untuk Ayah, tapi mungkin memang ini jalan yang terbaik yang diberikan oleh Tuhan untukku.

Rasa rindu ini tidak pernah habis dari 13 tahun lalu sejak kita berpisah. Semua kenangan manis maupun duka tetap terjaga didalam hati dan memoriku. Sulit aku menyentuh langsung sosok Ayah yang sangat aku sayangi, hanya dengan doa dan harapan yang membuat aku kuat dan menyembuhi setiap rasa rinduku padanya. Sehatnya adalah kebahagiaanku, sakitnya adalah kesedihanku. Tapi aku bisa apa ?
Hanya dari kejauhan aku merasakan rindunya dan itupun mungkin hanya harapan hampaku untuk menyenangkan hati sementara.

Seorang teman berkata padaku, ‘ini lakonmu, De. Lakon yang harus kamu jalani untuk mendapatkan kehidupan yang terbaik yang telah di berikan oleh Tuhan’.
Aku tidak pernah menyesal dan kecewa kepada Tuhan dengan apa yang Dia sudah berikan kepadaku. Karena aku yakin Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya. Mungkin aku umat-Nya yang masih mampu menjalani semua ujian-Nya untuk menjadi manusia mulia untuk kehidupanku ini.

Rinduku selalu ada untuk Ayah… Sayangku selalu ada untuk Ayah… Walaupun aku tidak dapat bersamanya dan menemaninya, aku tetap ada untuk Ayah. Sampai kapan pun aku tetap menunggu……

Ayah, aku tak punya apa-apa saat ini, hanya rasa sayang ku yang tak pernah habis untukmu. Aku sendiri merasakan rasa rindu ini, dan aku sendiri yang mengobatinya.


Ayah, di Tepian Ini

Ayah memang tak pernah
Janjikan sesuatu
Saat pergi
Menjauh dari tepian

Tapi kulihat yang dibawanya
Kali ini memang
Aku hanya bisa menatapnya

Maaf Ayah,
Raga kecil ini
Belum sanggup tuk kurangi
Aliran keringatmu

(Jamal Rahman, 2007)
Kukutip puisi ini dari buku seorang teman, bagiku tulisan ini terbaik sebagai pemberian untuk Ayah.
Sampai kapan pun aku mencintai Ayah...


Agustus, 2007

Minggu, Agustus 05, 2007

Isi Hati

Sampai saat ini rasa sakitnya masih terasa dan tidak bisa hilang…

Ayahku pergi saat umurku 10 tahun. Aku ini adalah anak kesayangannya dan akupun sangat menyayanginya. Ayah selalu menomor satu kan aku, dari hal kecil sampai hal besar dia selalu memperhatikan aku. Sehingga rasanya tidak rela kalau aku nanti nya punya adik, agar sayang ayah tidak terbagi dengan yang lain. Berharap hanya ada aku dan bunda didalam hatinya.

Memang manusia hanya bisa merencanakan dan mempunyai harapan, hanya kenyataannya kadang jadi berbeda. Aku kehilangan ayah disaat sangat membutuhkannya. Kepergiannya yang tiba-tiba membuatku terpukul dan sakit. Rasa itupun masih terasa sampai saat ini. Kecewa, bimbang dan kesepian.

Saat kesepian itu datang aku hanya bisa mengenang masa-masa indah bersamanya. Saat tengah malam mataku tak bisa terpejam, aku hanya bisa menangis dengan kesendirian ku meratapi apa yang sudah terjadi dalam hidup. Dalam hati hanya berkata “mungkin kalau ayah masih ada bersamaku, aku tidak akan pernah merasakan sepi,”

Ternyata TUHAN berkehendak lain…
Ayah pergi meninggalkan aku dan bunda tanpa meninggalkan sesuatu yang dapat kita tengok nantinya. Dia pergi dengan seseorang yang dapat menggantikan kedudukan aku dan bunda didalam hati ayah. Ayah mempunyai pilihan saat itu, hanya ternyata tidak memilih aku dan bunda. Sehingga suasana rumahpun menjadi dingin…

Kalaupun ayah meninggal dunia itu masih lebih baik untukku dan untuk bunda, karena aku dan bunda dapat tetap mengunjungi makamnya. Saat rindu nanti, aku dapat datang ke makamnya, merawat dan menjaga makamnya. Tapi sekali lagi kenyataan berkata lain…
Tidak makamnya, tidak nisannya… karena dia masih hidup. Dia hanya pergi, tidak untuk bersamaku lagi. Entah didalam hatinya, apakah masih ada ruang tempat aku dan bunda bertahta?

Aku rindu dia tapi aku juga sakit…
Sekarang sudah 12 tahun aku rasakan sakitnya, bagaimana caranya aku menyembuhkan sakit ini?

Januari 2006

Renungan Kloset

Setelah buku AKU - Soemandjaya, Buyat: Hari Terus Berdenyut - Denny Taroreh, Jamal Rahman, AS Laksana. Kini buku Renungan Kloset - Rieke Diah Pitaloka menjadi buku kumpulan-kumpulan puisi selanjutnya yang sedang kunikmati. Puisi-puisi yang di tulis "Oneng" (nama tokoh dalam sinetron Bajai Bajuri) Alias Rieke Diah Pitaloka ini menurut saya sangat terbuka, lugas, tidak munafik dan menunjukkan kebenaran tanpa ada pura-pura. Kalimat-kalimatnya yang lepas membuat pembacanya menikmati puisi dengan apa adanya.

Kalimat yang disampaikan Neng Rieke cenderung "per-per'an", sehingga membuat saya yang tadi nya tidak terlalu tertarik dengan karya puisi menjadi lebih tertarik. Awalnya saya memang tidak terlalu menyukai puisi, tapi saya mencoba untuk mengenal dan mengetahui dengan diawali membaca buku AKU. Walaupun agak berat untuk memahaminya, tapi makin lama makin menyukainya. Apalagi saya mempunyai seorang teman yang memang pandai membuat puisi dan membacakannya (saya pernah dibacakan puisi olehnya dan saya sangat menikmatinya), dan baru-baru bulan lalu mengeluarkan buku Buyat:Hari Terus Berdenyut. Benar-benar makin menikmatinya...

Suatu hari saat saya pergi ke toko buku, saya melihat buku yang ditulis oleh Neng Rieke ini. Saya kira buku bacaan biasa, ternyata kumpulan puisi-puisinya. Setelah membaca bukunya saya makin suka dengan karya puisi-puisi. Ingin sekali mencoba untuk membuat puisi, tapi apa bisa ya?

Mungkin kali ini saya sebagai penikmat puisi saja, seperti saya menikmati puisi-puisi RDP berikut:

Maaf

Maaf,
Tak bisa kutulis banyak
Tinta habis
Tadi malam kugoresi langit
dengan namamu......

(Rieke Diah Pitaloka, Jakarta 12082001)


Setangkai Cinta

Tak perlu bingung
Begini saja,
berapa pun jarak kita
kan kukirim untukmu
setangkai cinta
setiap hari

Setuju?

(Rieke Diah Pitaloka, Sukabumi 12062001)

Sabtu, Juli 14, 2007

Dari Seorang Sahabat

1st Message
"Saat raga ini ingin berlabuh
Aku berharap engkaulah jawaban segala risau hatiku
Biarkan diriku mencintaimu hingga ujung usiaku
Jikaku nanti sandingkan diriku milikiku dengan segala kelemahanku
Kan bila nanti engkau disampingku jangan pernah letih tuk mencintaiku"


2nd Message
"Aku hanya ingin kau tau
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu
Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku
Walaupun semua
Hanya ada dalam mimpiku
Hanya ada dalam khayalku
Aku lewati itu"

(xxx_xxxxxx@yahoo.com)

Aku belajar lagi dan aku mendapat sesuatu lagi dari pelajaran itu yang terkirim melalui surat elektronik (E-Mail) dari seorang sahabat yang menyampaikan suatu tulisan indah. Dia menyampaikan suatu tulisan yang bermaknakan cinta dalam suatu hubungan pertemanan dan persahabatan yang didalamnya terkandung kejujuran dan tidak memaksa. Saling menghargai dan menghormati diantara kita sehingga tidak ada kepura-puraan dan tidak ada penipuan. Hubungan sahabat yang dijalin karena kita saling memerlukan support, spirit dan sebagai tempat untuk berdiskusi dari semua hal yang terjadi.

Saat ini dia ada dibelakangku dan aku pun ada dibelakangnya. Kita saling mengawasi dan menjaga, sehingga apabila salah satu dari kita nanti ada yang terjatuh maka dari salah satu diantara kita pun akan saling menolong untuk membantu membangunkan agar dapat berdiri kembali dan hadapi pelajaran-pelajaran baru.

Terima kasih sahabatku...
(Bekasi, 15 Juli 2007)

Pulau Seribu

Akhirnya malam ini gw bisa berdiri di Pulau Seribu, tepatnya Pulau Pramuka. Setelah gw harus susah payah dulu merayu nyokap mati-matian , akhirnya SIM untuk ke Pulau Seribu yang yahui ini pun keluar, tapi sedihnya gw cuma sebatas personil KIR bukan masuk personil PETALA. Susah banget untuk dapet SIM jadi personil PETALA dari si nyokap, pasrah saja dan gw rasa cukuplah menjadi KIR, yang penting sekarang sudah di Pulau seribu.

Perjalanan hari ini benar-benar melelahkan tapi enjoy, gw and personil start sekitar jam 6 pagi menuju ke Muara Angke, ga ada yang menarik dalam perjalanan, cuma mandangin jalan tol yang ga ada abisnya dan sampe sana kita sekitar jam 8-an. Disana gw cek barang dan koordinasiin barang-barang yang ada untuk dipindahin ke boot (perahu berukuran sedang memakai tenaga mesin dengan kapasitas kecepatan kecil). Perjalanan masih lumayan jauh…perlu 1 sampai 2 jam perjalanan lagi menuju ke Pulau Pramuka.

Gw nikmatin banget bisa naik perahu.. ya walaupun perahunya tidak seperti kapal pesiar yang mungkin cuma mimpi buat gw bisa naik kapal besar itu . Walaupun panas terik matahari langsung mengenai kita semua, tapi gw yakin banget kalo teman-teman yang lain juga nikmatin perjalanan ini. Angin yang betiup kencang dengan suara mesin boot yang berisik karena beradu dengan air laut. Serasa naik bajaj…tapi yang ini bajaj nya laut JPemandangan disekitar cuma air…biru..dan gelombang kecil yang saling berkejaran…Gw duduk di ujung kapal bagian belakang bareng Bibir dan Degol, kita asik dengan aktivitas masing-masing.
Gw cuma bengong memandang laut dan sesekali lihat permukaan laut disamping dan dibelakang bagian perahu, dan di situ gw lihat lumba-lumba yang berenang membuntuti perahu dari belakang. Ada 3 lumba-lumba yang terlihat dipermukaan air laut, mereka saling berkejaran persis dibelakang boot yang sedang melaju.

Panas…Tapi perjalanan masih lumayan jauh, asik sendiri dengan komik favorit yang gw bawa dari rumah. Nggak merhatiin sekeliling lagi kalo sudah ada Komik Conan, sampai-sampai ga terasa gw ketiduran sendirian di belakang perahu, kejemur kaya ikan asin.

Menjelang zuhur kita sampai di pulau yang kita tuju…walah…..bagus bangetAirnya bening.. ga sabar gw langsung turun dari kapal dan rapikan barang-barang yang mau dibawa ke pondok tempat kita bermalam.Dari tempat kita berlabuh menuju pondok cuma 10 menit. Daerahnya benar-benar masih asri, para penduduknya pun ramah-ramah.

Sampai di pondok…

Besar dan nyaman. Struktur bangunan yang masih asri, bentuk bangunannya ini seperti pondok panggung (rumah panggung). Luas dan bersih.

Jadwal sorenya personil KIR dan PETALA berkunjung serta silahturahmi ke para penduduk pulau. Kita saling memperkenalkan diri, benar-benar menyenangkan penduduk disana sangat welcome dan kekeluargaan. Mereka pun menawarkan kepada kami personil-personil untuk menginap di rumahnya. Benar-benar situasi lingkungan yang menyenangkan dan membuat gw betah berlama-lama dengan mereka. Walaupun disana masih sulit menemukan barang-barang canggih seperti di kota, tapi gw merasa itu bukan masalah, karena dengan kahangatan para penduduk yang ada merupakan suatu hiburan yang lebih menarik dibandingkan kehadiran satu televisi.

Ga terasa, hari semakin sore dan menjelang magrib. Kita semua personil langsung lari menuju pelabuhan untuk melihat sunset nya Pulau Pramuka. Mungkin keindahan sunsetnya tidak se-indah di Pulau Dewata, tapi kita semua cukup senang dan puas bisa menikmati sunset dari Pulau Pramuka.

Akhirnya listrik nyala juga…Kata penduduk sudah hampir 3 bulan listrik di Pulau Pramuka terganggu karena ada kerusakan kabel listrik. Sehingga listrik di Pulau Pramuka nyala saat jam 6sore sampai jam 6pagi saja, karena generator yang ada cuma bisa bertahan sampai 12jam. Pagi nya sampai sore (jam 18.00) listrik akan mati…begitu seterusnya. entah sampai kapan?!

Gw buru-buru masuk antrian untuk mandi, sudah ga tahan dengan badan gw yang lengket, gara-gara disiram air laut oleh teman-teman dipelabuhan sore tadi saat sedang menikmati sunset.. Rencana malam ini hanya istirahat dan menyiapkan bahan, peralatan penelitian KIR yang akan dilakukan besok pagi.

Udara malamnya panas dan lembab..
Ga bisa tidur tenang karena kapanasan, jadi serba salah dan ga nyaman. Gw paksain mata ini biar terpejam, tapi sulit… sampai akhirnya mata gw menangkap penampakan suatu benda yaitu kipas sate, dan akhirnya berhasil bisa tidur dengan kipas sate yang sesekali gw kibaskan.
(Penelitian n Kelesatarian Alam laut Pulau Pramuka dan sekitarnya 2000, 23.50)

Hari Kedua
MANTAP… Hari kedua ini seru abis!
Hari ini gw bangun jam 4 pagi, cuma buat antri mandi dan nampung air bersih. Setelah itu gw cek ulang barang-barang dan nyiapain sarapan untuk team gw yang akan ngadain penelitian.Setalah rapi semua gw dan team berangkat ke tempat pelestarian hewan langka yang ada di Pulau Pramuka. Kita ngumpulin bahan-bahan dan info-info yang ada dari situ. Dari penyu yang berumur 250 tahun sampai ke tumbuhan terkecil yang ada disini. Puas bisa pegang langsung sendiri anak buaya yang masih kecil dan ngegendong simpanse lucu. Ga terasa muter-muter nyari bahan buat laporan, matahari sudah bertengger persis diatas kepala. Gw dan team balik kepondok untuk istirahat dan makan siang.

Menjelang sore gw join dengan team PETALA untuk berkunjung ke pulau yang tak berpenghuni, luas pulaunya kira-kira 2 kali lapangan bola, jadi gw cuma butuh waktu sekitar 30 menitan untuk mengelilinginya. Pulau itu dinamain Pulau Biawak, karena disana banyak biawaknya.

Sore ini jadwal nya snorkling dan diving.
Nice… Gw kegirangan..! Ya walaupun Cuma snorkel-an, tapi ini pengalaman pertama gw.Karena gw dan team PETALA merupakan pemula untuk ikutan snorkel dan diving, kita semua pun wajib ikutan briefing perkenalan alat dan cara melakukan snorkel dan divingnya. Pertama kali nyoba lumayan masih bingung buat atur napas nya, tapi lama-kelamaan terbiasa. Akhirnya kita langsung diajak untuk diving sampe kedalaman 15meter. 13 orang termasuk guide meluncur kedalam laut dan gw adalah cewek satu-satunya yang ikut dalam perjalanan itu.

Puas banget bisa lihat pemandangan bawah laut yang bener-bener cantik. Ciptaan Tuhan memang ga ada yang cacat. Gw bisa berenang di belakang ikan pari langsung, ngamatin batu-batu karang dan jenis-jenis tumbuhan laut secara langsung. Keren… walaupun sempat gw jumpai beberapa karang yang rusak.

Ga lama kita diving…keburu malam, akhirnya kita pulang kepondok penginapan.Sialnya gw kena musibah, nginjak bulu babi. Binatang laut beracun yang mirip buah durian. Alhasil kaki gw penuh duri yang nusuk ke daging telapak kaki dan duri yang masuk kedalam daging ga bisa diambil dan dicabut. Struktur durinya tajam tapi mudah patah, sehingga kalo sudah menancap pasti akan tertinggal didalam daging. Gw Cuma bisa nahan nyeri dan perihnya aja. Padahal sebenarnya bisa langsung sembuh kalo disiram dengan air urine. Tapi air urine siapa?
Pertolongan pertama akhirnya kaki gw cuma diketokin pakai botol sampe keluar darah, sekaligus ngeluarin sisa racun.

Malamnya semua team kumpul untuk bahas hasil penelitian, setelah itu kita makan-makan bakar ikan. Gw kumpul dengan team yang lain dibale-bale depan pondok, bareng Pak Bas dan penduduk sekitar. Penduduk yang sedang berkumpul bersama sangat perhatian ke gw, karena mereka tau kalau gw terkena sengatan bulu babi. Gw pun dibuatkan jamu untuk mencegah demam, entah dari bahan apa, tapi lumayan mujarab juga karena ngurangin rasa nyeri dan demamnya. Gw nikmatin malam yang hangat ini, laut yang tenang dan langit yang penuh bintang. Bau bakar-bakaran ikan membuat semua team semakin bergairah untuk makan.
(Penelitian n Kelesatarian Alam laut Pulau Pramuka dan sekitarnya 2000, 23.50)

Hari ketiga
Hari ini adalah hari terakhir. Kita semua team siap-siap dan mulai merapikan barang yang akan dibawa pulang. Sebelum pulang, gw dan team berkunjung kependuduk sekitar untuk kasih beberapa keperluan hidup disana. Sekaligus bakti sosial…”Team Care”… program berbagi.Rasanya berat untuk ninggalin Pulau Pramuka… Walaupun sebentar, tapi kita semua sangat menikmati suasana disini.

Ada beberapa penduduk yang mengantar kita keparkiran perahu yang sudah siap untuk membawa kita pergi meninggalkan Pulau. Sedih untuk meninggalkan, tapi kenangan indahnya Pulau Pramuka tetap ada untuk kita semua bawa pulang.
Dalam perjalanan pulang gw cuma tidur, karena memang kondisi badan masih belum enak karena pengaruh racun bulu babi masih ada.

Nggak terasa, sudah sampe dimuara angke lagi…Senang bisa pulang, semangat lagi karena gw sudah ngiler belanja ikan buat oleh-oleh si nyokap tersayang dirumah. Sambil tertatih berjalan gw kelilingi pasar ikan, Semangat…Semangat….! Gw bawa 5 bungkusan belanjaan ikan. Ada cumi, udang, ikan ayam-ayaman, tenggiri dan kakap merah.

Langsung menuju ke Bekasi lagi…..Ga sabar untuk cepat sampai rumah. “Aku Rindu Bunda”…
(Penelitian n Kelesatarian Alam laut Pulau Pramuka dan sekitarnya 2000, 21.48)

---dirumah---(note: Duuch sorry…! sayang banget gw ga bisa upload photo-photonya. Pokoknya yang pasti pemandangan bawah lautnya KEREN, apalagi gambar kaki yang lagi bengkak gara-gara ke tusuk bulu babi. He he he…)

Ikan Hiu Makan Tomat, Thank You Very Much

Semua ini hanya ekspresi jiwa dan pikiran sendiri yang ingin bebas, dengan norma kesopanan yang masih dijunjung guna tidak menyakiti orang lain. Tidak dilarang berkomentar atau mengkritik, hanya di sini dilarang iri dan sirik. Jika sirik dan iri, silahkan bikin Blog saja.