Minggu, September 30, 2007

Entah harus sedih atau senang…

Entah harus sedih atau senang melihat hiruk pikuk dijalan-jalan dan tempat-tempat pembelajaan hari ini. Padat, ramai dan penuh, semua orang keluar berbondong-bondong bersamaan menuju tempat pembelajaan, entah mereka mau apa, cari apa, dan beli apa, semuanya sibuk dengan kepentingannya masing-masing. Sedangkan orang-orang yang tidak mampu disana masih dengan kesusahan dan kesulitan yang mereka derita. Terlintas dipikiranku apakah orang-orang yang mampu ini ingat dengan keberadaan sesamanya yang masih dengan kederitaan itu?

Perjalanan siang dan sore tadi sangat padat, sepertinya semua orang Jakarta keluar rumah hari ini. Kemacetan kujumpai dimana-mana...
Ku sempatkan mampir ke tempat pembelanjaan yang ada di Bekasi. Sungguh mengagetkan, mau masuk kedalam mall nya saja aku harus mengantri, tidak sebiasanya keadaan ini. Benar-benar padat merata. Dari yang muda dan yang tua ada, mereka memadati mall.

Yang awalnya aku ingin mencari beberapa buku di toko buku yang ada didalam mall, tiba-tiba keinginan tersebut langsung mati dan hilang karena keramaian dan kepadatan yang ada. Semua sibuk dengan kepentinganya, ada yang hanya melihat-lihat saja, berbelanja, acara buka puasa bersama, sampai kegiatan ngabuburit remaja-remaja menjelang waktu buka puasa.

Aku senang melihat kebersamaan yang sangat kental terasa pada saat melihat orang-orang itu sedang asik berbelanja dengan keluarganya, rasanya dampak Bulan Ramadhan benar-benar ampuh. Kegiatan-kegiatan yang biasanya tidak parnah terlaksanakan, di Bulan Ramadhan kegiatan tersebut bisa jadi terlaksana, contohnya berbelanja dengan keluarga secara masal.

Aku juga sedih dengan keadaan dan situasi ini, karena buatku pribadi kegiatan yang orang-orang itu lakukan merupakan suatu sikap pemborosan. Masih banyak teman-teman dan sesama kita di luar sana tidak dapat merasakan kenikmatan itu. Mereka masih saja bertugas untuk mencari sesuatu yang halal ataupun dengan cara haram hanya sekedar untuk mengisi perut mereka yang lapar. Nasib teman-teman kita ini hanya tinggal menunggu keihklasan dan kerelaan dari teman-teman lain yang memiliki keberuntungan. Adakah terlintas keberadaan orang-orang yang kurang beruntung itu didalam pikiran mereka yang memiliki keberuntungan?

Tapi aku yakin bahwa keberkahan Bulan Ramadhan ini dapat dimiliki oleh setiap orang tanpa membedakan dan melihat status.


Bekasi, 29 September 2007

Kesan Pertama

Bertemu dan berkenalan dengannya di suatu acara launching buku teman baik, aku menjadi salah satu tamu nya yang di undang saat itu. Sebenarnya sudah cukup lama aku tidak bertemu dengan teman baik ku itu. Sudah 1 tahun lebih setelah aku mengikuti pelatihan jurnalistik sastrawi yang dia adakan di Bandung, baru hari itu lagi di acara launching bukunya aku bertemu dengan teman baik ku itu yang biasa aku panggil Mas Yusi.


Kebetulan jadwal kuliahku yang sedang kosong, aku pun merencanakan untuk datang ke acara launching buku yang Mas Yusi adakan di suatu Mall yang berada didaerah bilangan Jakarta Selatan. Merasa tidak punya teman untuk menemani ke acara launching, aku berusaha memforward undangan ke beberapa sahabat dan teman baik lainnya. Tapi sayang tidak satu pun dari mereka yang bisa ikut ke acara tersebut dengan masing-masing alasan yang aku dapat dari mereka. Tak merubah keinginanku yang ingin datang dalam acara itu, pada Sabtu sorenya aku berangkat sendiri menuju tempat acaranya Mas Yusi.

Dengan rok terusan warna cream selutut dan jaket jeans dengan kupadukan sandal anyaman dan tas rajutan warna cokelat menjadi kostumku sore itu untuk menghadiri acara, “semoga aku tidak salah kostum” bisikku saat sampai di tempat acara yang sudah mulai berjalan. Aku bingung sendiri karena tidak salah satu seorangpun yang aku kenal disana kecuali Mas Yusi. Hanya berusaha mencari sosok Mas Yusi dan mencari tempat duduk dan meja kosong yang bisa kutempati untuk menikmati acara. Tepatnya didepan lobby sebuah Café tempat acara berlangsung aku mendapatkan meja dan tempat duduk yang nyaman untuk menonton. Mata ini tetap mencari sosok Mas Yusi di perkumpulan orang-orang yang sedang menikmati acara, dan tak lama akhirnya aku melihat Mas Yusi dengan mengenakan celana jeans dan kemeja putih lengan panjang yang dia gulung sampai sikut. Tak banyak perubahan pada Mas Yusi, dia tetap terlihat bugar dan awet muda, yang sebenarnya sampai saat ini aku tidak tahu berapa umurnya sebenarnya, mungkin kalaupun bisa diperkirakan umurnya pasti sudah kepala empat. Senyumannya yang khas dengan matanya yang sendu dan teduh merupakan ciri darinya yang terekam di memoriku.

Suasana saat itu memang cukup ramai dan penuh, tapi aku tetap dengan kesendirian menikmati acara itu dengan ditemani sebungkus rokok, segelas jus semangka dan makanan appetizer. Ingin sekali saat itu memanggil Mas Yusi untuk sekedar mengucapkan kata halo dan menanyakan kabarnya, tapi aku merasa tidak enak hati untuk memanggilnya karena kesibukan yang dia miliki. Akhirnya aku hanya duduk menikmati acara dan sesekali membaca buku baru yang sedang dilaunchingkan.

Waktu terus bergulir, acara demi acara berjalan dan memasuki penutupan launch buku yang diakhiri dengan sebuah nyanyian dari sekelompok band. Hiruk pikuk para tamu yang meninggalkan café pun terlihat, dan mungkin hanya aku sendiri yang tetap duduk menikmati suasana ramai tersebut dengan sebatang rokok di tanganku dan tetap asik membaca buku. Teringat kembali dengan sosok Mas Yusi dan keberadaannya, aku pun celingak celinguk mencari sosok Mas Yusi yang tak kutemukan juga. Akhirnya aku ambil keputusan untuk meng’sms dia.
“Hy Mas, lagi dimana? Acaranya seru ya.”
”Aku masih di Cafe, ada didalam. Kau gabung kesini saja”
balasnya, dan aku pun mulai berkemas untuk masuk kedalam Cafe untuk bertemu dengan Mas Yusi.

Aku pun masuk kedalam Cafe, dan tak sulit akupun langsung melihat dan menjumpai sosok Mas Yusi yang sedang berkumpul dengan teman-temannya. Ku hampiri mereka yang sedang berkumpul dan aku pun bergabung didalam perbincangan mereka yang terlihatnya cukup seru. Saat itu aku pun dikenalkan kepada teman-teman Mas Yusi, dan mulai membaur dengan mereka.
Mereka semua sangat menyenangkan, walaupun terkadang aku merasa agak kurang nyambung dengan apa yang mereka bicarakan, tetapi mereka semua tetap welcome dan memberikanku kesempatan untuk berbicara dan sesekali berpendapat. Sampai pada suatu waktu ada teman Mas Yusi yang tiba-tiba berceletuk ”wah, Kau merokok juga? Aku suka dengan perempuan yang merokok. Toh merokok atau tidak merokok kita akan mati, khan?” saat aku mengeluarkan korek dan sebatang rokok yang akan kubakar dan dia pun menyodorkan tangannya untuk ber toss. Saat itu aku hanya tersenyum dan merasa aku mulai bisa di terima didalam perkumpulan yang sedang berlangsung.

Entah mengapa aku merasa nyaman saat berbincang dengan mereka semua, khususnya dengan teman Mas Yusi yang berceletuk tadi, yang kupanggil Bang Katamsi. Kita berbincang dengan banyak diselingi dengan guyonan-guyonan sekaligus ejekan-ejekan yang lumayan ngena banget. Kalau saja aku ini orang yang sensitif, mungkin aku sudah pergi meninggalkan mereka semua. Tetapi tidak buatku, karena ejekan atau guyonan yang keluar dari mereka membuat suasana semakin akrab.

Awal bertemu dengan Bang Katamsi lumayan menjengkelkan, karena dia itu tak pernah kehabisan akal untuk mengeluarkan ejekan atau guyonan-guyonan yang dilontarkan kepada teman-temannya. Tetapi lama-kelamaan jadi menyenangkan dan tumbuhlah rasa simpati kepada sosoknya. Tak ku kira dia itu adalah seorang mantan wartawan senior yang kini bekerja disalah satu perusahaan asing di bidang pertambangan. Sempat takjub dan tak percaya dengan pekerjaan dan posisi yang dia miliki di perusahaan asing itu, karena kalau dilihat-lihat memang tidak ada potongan untuknya sebagai pekerja dengan status yang dibilang eksekutif di perusahaan tambang tersebut. Saat itu pun orang-orang yang berkumpul sontak tertawa terbahak-bahak dengan pendapatku tadi terhadap Bang Katamsi, karena ternyata info dari yang lain bahwa aku adalah orang yang tersekian yang berpendapat seperti itu. Berarti memang kebanyakan orang tidak percaya bahwa Bang Katamsi seorang yang bisa dibilang salah satu orang penting didalam perusahaan besar asing itu.

Ku akui memang aku simpatik dengannya, karakternya yang ceplas ceplos serta low profile membuat ku lebih menghargainya. Ternyata masih ada dan bisa kujumpai orang seperti Bang Katamsi. ”Andai saja tipe orang seperti Bang Katamsi lebih dari satu, pasti akan kukejar dan kupacari nanti pastinya, ha ha ha...” bisik ku dalam hati sambil sesekali memukul pelan kepalaku untuk menyadarkan lamunanku tentang Bang Katamsi.

Aku simpatik dengan kecerdasan dan kekonsistenannya terhadap semua hal yang ada dikehidupannya. Aku memang cepat jatuh cinta dengan kecerdasan dari seorang laki-laki, entah itu kelemahanku atau kelebihanku. Tapi aku merasa memang aku lebih suka bergaul dan mempunyai sahabat seorang laki-laki dewasa dengan kecerdasan yang mereka miliki, sehingga dengan begitu akupun banyak belajar tentang semua hal yang ada di kehidupan ini dengan pengalaman-pengalaman yang mereka miliki.

Berharap setelah pertemuan dengan Bang Katamsi dalam acara launching buku Mas Yusi, aku dapat bertemu kembali dengannya dan bilang kalau aku sudah menjadi fans beratnya, dan aku akan menagih banyak ilmu kehidupan kepadanya, sehingga aku pun dapat menjadi manusia yang cerdas seperti Bang Katamsi dan teman-teman yang lain. Karena buatku pengalaman-pengalaman mereka merupakan suatu tambahan asupan ilmu untukku.


Jakarta, April 2007

Selasa, September 25, 2007

Kalaulah aku dapat......

Di kala hati resah seribu ragu datang memaksaku, rindu semakin menyerang...
Kalaulah aku dapat membaca pikiranmu dengan sayap lah harapanku ingin terbang jauh
Biar awan pun gelisa, daun-daun jatuh berguguran
Namun cintamu kasih terbit laksana bintang yang bersinar cerah menerangi jiwa ku
Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku hingga membuat kau percaya
Akan kuberikan seutuhnya rasa cintaku selamanya selamanya
Tuhan jalinkanlah cinta, bersama selamanya...

(D'Cinnamons)

Minggu, September 23, 2007

Gadis Ke-6

Akhirnya selama bertahun-tahun dan selama 6 kali berhubungan dengan gadis yang akan menjadi calon pendampingnya, akhirnya gadis ke-6 lah yang beruntung mendapat kesempatan untuk menjadi calonnya yang akan mendampingi di setiap hari-hari dan waktunya.

Entah harus sedih atau senang dengar kabar itu dari mulutnya, yang pati saat itu yang ada rasa haru dan kaget.
Pencariannya, akhirnya hampir selesai...

Ke-5 gadis sebelumnya hanya bisa mendoakan agar kali ini menjadi suatu ujung pencarian dengan mendapat pendamping yang tepat dan mampu menjunjung sikap saling menghargai dan mengerti serta rasa saling menerima dan memberi.

Selamat untuk Gadis ke-6...

Kekuatan dan ketegaran seorang Ayah…

Sempat tak percaya saat aku tahu keadaanya sebenarnya. Aku tak menjauhi dan mengecilkannya, namun kekagumanku tumbuh saat tahu bagaimana seorang sahabatku ini menjalani kehidupannya untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah dari seorang istri dan lima anaknya seorang diri untuk membahagiakan mereka.

Dia mencintai istri dan anak-anaknya.
Aku bisa merasakan bagaimana berat tanggung jawabnya, hanya sampai saat ini aku mengenalnya, aku tak pernah melihat kesusahan dan keberatan dari tanggung jawab yang dia emban. Tulus dan ihklas terlihat dalam setiap senyuman dan tawanya. Bahkan saat keadaan sedihnya pun dia tetap kuat.

Aku memang tidak pernah tahu lebih dalam apa yang dia rasakan. Hanya yang aku tahu adalah sesulit apapun keadaan yang sedang dia hadapi, maka dia akan simpan dalam-dalam rasa sedih dan rasa tak keberadayaannya didalam hati, lalu selanjutnya dia akan tersenyum kembali. Entah sehancur apa saat dia sedang dalam masa sulit, tapi rasanya dia merupakan manusia yang cukup tegar dan kokoh.

Dipundaknya menanggung kehidupan dari 6 orang yang dia cintai dan sayangi. Seorang suami dan seorang ayah yang hangat dan penuh perhatian di setiap waktu sehingga sekalipun dia harus bekerja mati-matian dan meninggalkan istri dan anak-anaknya, namun keharmonisan hubungan mereka tetap terlihat dan terasa yang ternyata merupakan suatu spirit dan semangatnya untuk dapat bertahan dan tetap kuat.

Terkadang aku merasa iri. Andaikan saja ayahku sama sepertinya, mungkin saat ini aku tidak merasa kehilangan dan sendiri. Aku akan tetap bisa tersenyum dan merasakan hangat cinta ayah walaupun kita tak hidup bersama.

Kadang aku mencuri suasana kehangatan yang dimiliki sahabatku dengan keluarganya itu untuk menyembuhkan rasa rindu ku pada ayah. Sedikit-sedikit aku belajar untuk bisa kuat dan tegar seperti sahabatku yang selalu dapat tersenyum dan selalu positif dalam menilai apapun. Sikap optimisnya tak pernah habis untuk meniti waktu dan hari-harinya, sehingga sesulitnya apapun cobaan yang menghampirinya, hanya senyuman yang terhias di wajahnya.

=untuk seorang sahabat yang aku cintai=

Bekasi, 22 September 2007

Kejujuran

Sesungguhnya memang hati ini masih berat untuk terima kenyataan yang ada. Kehilangan memang tidak mengenakkan, apalagi kehilangan orang yang sangat kita sayangi.

Dia merupakan orang yang pertama yang menciptakan sebuah impian membina hidup baru, mempunyai keluarga dan anak-anak dari sebuah hubungan pernikahan didalam hati dan pikiranku. Saat itu aku merasakan sesuatu yang lain, ada perasaan siap dan perasaan takut. Hanya dengan didasari niat yang tulus yaitu sayang, akhirnya aku berkata “Iya” dimalam pertama Bulan Ramadhan 1 tahun lalu setelah menjalankan Ibadah sholat tarawih, saat itu dia mengucapkan kata-kata dan ajakan untuk bisa hidup bersama.

Perih hati ini apabila kenangan itu terlintas, apalagi Bulan Ramadhan kali ini aku merasakan sendiri tanpanya. Atmosfir yang sangat menyayat hati karena kenangan itu selalu telintas. Waktu ibadah sahur, buka puasa dan sholat tarawih merupakan saksi yang setiap tahun akan datang padaku untuk mengenang masa indah itu yang kini hanya menjadi kenangan kelabu yang harus bisa ku kubur dan simpan dalam-dalam di dalam hati ini.

Satu tahun telah berlalu perpisahan ini, walaupun saat ini sudah ada seseorang yang berdiri didepan pintu hatiku, hanya aku tetap tak bisa melupakan dia orang pertama yang telah mengajakku menikah.

Sepertinya masih berat untuk melupakan dan mencari penggantinya. Kalaupun ada kutemukan orang tepat untuk menggantikan posisinya, tetapi tetap tak bisa kumiliki orang itu karena statusnya memang sudah tak bisa kumiliki. Perih hati ini untuk terima semua keadaan yang ada. Rasa dilema yang menyelimuti hati sehingga tidak tahu harus bagaimana. Mencoba untuk membuka hati untuk orang lain pun rasanya masih berat.

Aku masih menyayangi dia dan aku pun menyayangi laki-laki itu …

Nasehat dari orang kusayangi itu adalah aku harus sabar. Ya benar sekali, dengan sabar itu aku akan kuat, dan nantinya akan menemukan laki-laki yang mewujudkan kembali impian ku yang hampir terkubur ini dan menghilangkan rasa sesak ini saat terkadang aku mengingat dia dan laki-laki itu.


Can’t Take That Forever Love…

Kekagumanku...

Tidak terucap kata tidak untuk kedua jagoannya
Tidak terucap kata tidak untuk pekerjaannya
Tidak terucap kata tidak untuk teman-temannya
Tidak terucap kaya tidak untuk sahabat-sahabatnya

Dia adalah Suami
Dia adalah Ayah
Dia adalah Pekerja

Luas hati dan kaya ilmu
Lugas dan jujur
Tegas dan Idealis
Kokoh berdiri dengan dua kakinya
Yakin berjalan dengan akal dan hati nuraninya

Sosok ini menjadikan suatu inspirasi dan pemacu semangat hidupku, yang mengajariku untuk kuat jalani semua yang ada tanpa kesedihan yang terus menerus membayangi jalanku. Menjadi seorang manusia yang kokoh dan tidak berhenti berusaha dan berpikir untuk mendapatkan hal yang terbaik dalam hidup. Setiap kesedihan, kebahagiaan, sakit, maupun sehat dijalani dengan keyakinan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

"Aku kagum dengan apa yang kau milki, Bang. Andai kau adalah Ayahku...!"

Senin, September 17, 2007

Istri Kedua...?

Dari awal aku sudah tau keadaan status nya bagaimana. Aku hanya manusia biasa yang tidak bisa menghindari perasaan yang ada. Berusaha untuk tetap diam dan menjaga agar tidak semakin bertumbuh perasaan yang ada, hanya tak dipungkiri ternyata dengan kejauhan yang ada membuat perasaan itu tetap bertahan di dalam hati.

Aku tak mau mengharapkan apa-apa darinya, hanya suatu keinginan yang ada didalam hati. Tapi toh itu hanya keinginan pribadi, bisa saja tidak terwujud, dan seharusnya tidak boleh terwujud, karena keinginan itu merupakan keinginan yang terlarang dan seharusnya memang tidak ada.

Sekali lagi aku hanya manusia biasa, perasaan yang tumbuh tidak bisa dihindari, hanya berusaha mempertahankan agar ego tidak tumbuh dan beraksi. Dia tau apa yang aku rasakan dan mungkin dia tak tega melihat apa yang sedang kurasakan saat ini kepadanya. Tapi sudahlah aku tidak menuntut apa-apa darinya, hanya ingin hargai saja perasaan yang ada sekarang ini tanpa ada rasa cemas dan takut, karena memang aku tak ingin menuntut apa-apa darinya.

Sempat terlintas keinginan yang cukup "sinting"...
Andai aku ini menjadi istri keduanya...
Istri Kedua ???

Hanya sepintas dan terbayang di akal sehat ku. Aku ingin menjadi istri keduanya....
Tidak seperti Istri yang pertama, aku ingin menjadi istri kedua yang bertugas sebagai sahabatnya dan sahabat untuk anak-anaknya, bukan menjadi ibu dari anak-anaknya. Karena aku tau kedudukan istri pertama tidak bisa tergantikan oleh istri kedua. Tidak sempat terpikir masalah materi ataupun tuntutan hasrat kepadanya, hanya terlintas waktu untuk dapat sharing segala hal, dari masalah pekerjaannya sampai masalah pribadinya. Andaikan saja.....

SINTING...!
Tapi aku menikmati lamunan itu, lamunan menjadi istri kedua yang sekaligus sahabat sejatinya dari suami liberal dan sekular.

Senin, September 10, 2007

Kayaknya salah, nich!

Awalnya sih ingin terbuka dan ceplas-ceplos, tapi ternyata malah bikin ga nyaman orang lain. Entah ga nyaman atau bagaimana ya?
Karena gw pikir dia itu termasuk orang yang terbuka dan selalu bicara ceplas-ceplos mirip gw juga yang suka blak-blakan, makanya gw cuek ngutarain perasaan yang gw rasa ke dia. Tapi pasca kejadian utara-mengutarakan perasaan gw ke dia, alhasil gw jadi ngerasa kehilangan dia. Ga hilang sih, tetap masih ada dan tau kabarnya meski cuma sebatas sms dan telepon. Sebelumnya masih bisa ada kesempatan untuk ketemu lihat tatap muka, tapi sudah beberapa bulan ini menghilang dari peredaran mata gw.

Awalnya gw ga ngerasa gitu, tapi suatu hari gw dapat kiriman comment dari seorang yang tidak tau identitasnya itu siapa yang menuliskan tulisan yang lumayan ngena banget buat gw. Entah siapa dia, ga mau dijadiin pusing, namanya juga comment.

Tapi kalau dipikir-pikir koq jadi bener juga ya. Jadi ngerasa aneh sendiri, koq rasanya nyambung banget sama kejadian tentang gw mengutarakan perasaan gw ke si dia.
Duch, sampai sekarang pun tetap jadi salah satu topic di otak gw yang selalu reload untuk dipikirkan yang ga kelar-kelar untuk cari jawabannya.

Seharusnya gw ga usah bilang tentang perasaan yang gw rasa ke Pendekar Puisi itu. Malah jadi salah…
Kalaupun gw ga bilang ke dia, pasti gw masih punya kesempatan untuk bertatap muka dengannya, sehingga dia pun ga akan punya perasaan kasihan, ga tega atau apapun itu yang dia rasakan ke gw.

Bodoh….bodoh….bodohnya gw…!

Senang udah bisa utarain perasaan gw ke Pendekar Puisi, tapi nyesel juga karena mungkin gw udah bikin perasaan dia jadi ga enak dan ga nyaman ke gw. Jadi sadar… Mungkin ga semua kejujuran itu bisa menyenangkan hati orang lain. Dari sini gw ngerasa bahwa lebih baik semua perasaan yang gw rasain ini disimpan sendiri saja. Tapi gw juga ga mau jadi orang yang kalah dan ga mau mencoba, gw ga mau mati penasaran Cuma gara-gara gw nyimpen perasaan saying ke dia dan ga di utarai ke dia. Mungkin aja bisa jadi penyesalan seumur hidup. Ambil resikonya aja dech sekarang, yang penting hati gw udah lega, jadi ga penasaran lagi.

20 menit nahan PUP

Baru kali ini gw ngerasain ga enaknya nahan sesuatu yang mau keluar. Bukan nahan perasaan, tapi nahan panggilan alam.
Sumpah dech ga bisa dikalahkan dengan apapun, kalaupun saat itu didepan mata gw ada Abang pujaan, gw tetap memilih untuk cari toilet. Ya walaupun gw udah kangen berat ama si Abang pujaan tapi yang satu ini lebih penting. Kayak mempertahankan hidup dan mati. Keringet dingin keluar nahan sakit dan nahan hasrat yang ingin keluar dari tempat persembunyiannya. Muka pun memucat… Ga tahan...!

“Hayo Ka, gw anter ke Sunter Mall.”
Ajakan dan pertolongan dari Andi seperti angin surga yang memberikan gw kesejukkan.
Tanpa pikir panjang gw pun langsung menyambut ajakan Andi.
Dengan pengorbanan sedikit gw tunggu Andi yang mulai ngeluarin motornya dari parkiran, dan kita pun segera meluncur.

Benar-benar sudah tak tertahankan, sesampai di basement parkiran, gw langsung turun dari motor lalu lari menuju toilet sambil menahan sesuatu itu.
“Tuhan berilah aku kekuatan” Cuma itu yang bisa gw ucap dalam hati sambil terpogoh-pogoh memasuki toilet.

Saat itu hanya toilet lah yang terindah buat gw, dia dewa penyelamat gw dari desakan sesuatu yang tak diinginkan ini.

“Byyuuuuuuurrrrr….ssyuuuurrrrrrrrr”
“Aaaaaacchhh…….piuf”
“Finally…”

Lega sekaligus lemas, yang tadi nya sulit untuk bernafas, sekejap bisa menghirup udara sangat dalam. “Alhamdulillah…..”

Sambil menenteng tas kuliah dan sepatu gw keluar dari toilet menuju teras mushola Sunter Mall. Disana sudah terlihat Andi yang setia menunggu sambil senyum-senyum.
“Udah lega, Ka?” dengan senyuman nya yang sedikit mengejek juga.
“Iya udah, lega banget. Bentar ya Ndi, gw nafas dulu, lemes banget, nich!” sambil memakai kaos kaki dan sepatu, sekaligus gw ngumpulin tenaga untuk balik lagi ke Kampus.


Ga kebayang kalau gw bakalan ngalamin hari yang cukup berat. Hari yang berat karena hari ini hari gw untuk ikut jadwal UAS 3 mata kuliah. Ditambah serangan penyakit mendadak yaitu Diare. Udah feeling sih kalau perut gw lagi ga beres, karena pagi nya sebelum gw berangkat kuliah, gw pasti melakukan ritual pagi sebelum mandi yaitu Nature Call, dan keluarnya ga beres. Udah-udah juga gw lupa minum obat untuk tahan Diare, alhasil kena serangan susulan pas udah di Kampus. Ga mau keulang lagi dech kayak begini, nyiksa banget.



UNTAG – Sunter, 9 September 2007.

Ikan Hiu Makan Tomat, Thank You Very Much

Semua ini hanya ekspresi jiwa dan pikiran sendiri yang ingin bebas, dengan norma kesopanan yang masih dijunjung guna tidak menyakiti orang lain. Tidak dilarang berkomentar atau mengkritik, hanya di sini dilarang iri dan sirik. Jika sirik dan iri, silahkan bikin Blog saja.