Minggu, Juni 22, 2008

oh em ji, Mas Boy...!

Boy adalah teman baru Nanny yang dijumpainya dari sebuah komunitas chatting. Mas Boy biasa Nanny memanggilnya, karena umurnya jauh lebih tua dari Nanny. Diawali dengan perkenalan melalui sms chatting, hubungan pertemanan antara Mas Boy dan Nanny pun terjalin. Mereka saling bertukar info, dari memperkenalkan nama, pekerjaan sampai hobby dan kebiasaan yang mereka sering lakukan.

Sekedar mengobrol melalui sms, Nanny merasakan kenyamanan berkomunikasi dengan Mas Boy. Tidak hanya mengobrol ngalor ngidul saja, Nanny pun sering berdiskusi mengenai pekerjaannya. Sudah-sudah Mas Boy adalah pria dewasa (35 tahun) yang sikapnya pun mengayomi Nanny yang baru menginjak umur 23 tahun, sehingga diajak mengobrol membahas hal tidak serius sampai hal yang serius Mas Boy dapat melayani Nanny. Kedekatan mereka semakin baik, walaupun memang hanya sebatas teman. Nanny merasa mendapatkan seorang sahabat baru yang bisa dijadikan tempat saling berbagi.

Tak bertahan lama Nanny menikmati kenyamanan bersahabat dengan Mas Boy. Makin lama Nanny membatasi komunikasi dengan Mas Boy yang selama ini dia anggap sahabat dan seperti kakaknya sendiri. Awalnya Nanny merasakan perasaan yang berbeda terhadap Mas Boy, ada rasa sayang yang tumbuh di hati Nanny terhadap Mas Boy. Hanya Nanny tidak berani mengatakannya dan malah merubah rasa sayangnya itu menjadi rasa sayang sebagai kakak yang dia idolakan, yang kebetulan Nanny anak terakhir dari 2 bersaudara, dan sudah 2 tahun kakak kandungnya meninggal karena kecelakaan. Nanny seperti menemukan sosok almarhum kakaknya di diri Mas Boy. Sehingga nasihat-nasihat yang dilontarkan Mas Boy pun sering dituruti oleh Nanny. Komunikasi yang makin berkurang ini dikarenakan Nanny merasa dibohongi oleh Mas Boy yang baru cerita bahwa Mas Boy sudah memiliki keluarga. Istri dan satu anaknya tinggal di Semarang, Mas Boy di Jakarta tinggal sendiri dan bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi. Istri Mas Boy mempunyai tugas mengajar di sebuah sekolah menengah umum di Semarang oleh karena itu mereka tinggal terpisah, dua minggu sekali Mas Boy pulang ke Semarang untuk menengok istri dan anaknya.

”Kenapa Mas tidak bilang dari awal ke Nanny?”
keluh Nanny. Mas Boy hanya bisa membalas semua sms Nanny dengan kata permohonan maaf. Sejak itu hubungan mereka tidak sedekat seperti awal perkenalan. Mas Boy tetap berusaha menjaga hubungan yang sudah terjalin ini dengan tetap mengajak Nanny berkomunikasi, sehingga Nanny yang merasa dibohongi lama-lama bisa menerima Mas Boy nya, walaupun memang tidak sama seperti semula kenal.

Sudah memasuki bulan kedua mereka berhubungan melalui sms dan telepon, akhirnya Mas Boy pun mengajak Nanny untuk bertemu langsung. Nanny pun tidak menolak ajakan Mas Boy untuk bertemu pada hari sabtu malam minggu di akhir bulan Januari. Mereka bertemu di salah satu cafe yang terletak di pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Sudah tidak merasa asing lagi walaupun ini pertemuan pertama, karena hubungan mereka sudah terjalin baik sebelumnya. Sebelum saling bertemu pun mereka sudah saling bertukar foto sehingga pantas saja kalau mereka sudah tidak merasa asing satu sama lain.

Tawa-tawa kecil menghiasi peretemuan mereka yang diisi dengan obrolan dan diskusi ringan. Nanny benar-benar menikmati pertemuan pertamanya dengan Mas Boy. Setelah itu tidak berhenti begitu saja, mereka pun jadi mempunyai jadwal untuk bisa bertemu walaupun hanya untuk mengobrol saja. Nanny pun mulai mengenal baik istri dan anak Mas Boy melalui sms dan telepon. Sikap Mas Boy yang mengenali Nanny kepada istri dan anaknya membuat Nanny makin menyayangi Mas Boy sebagai seorang kakak. Hampir tiap minggu kalau Mas Boy tidak pulang ke Semarang menyempatkan bertemu dengan Nanny.

Nanny : Mas, ini tempat favorite mu ya? Kok suka banget ngajak ketemu dan ngobrol disini?
Mas Boy : Lumayan, tempatnya enak sih untuk ngobrol dan sekedar untuk santai
Nanny : Ada kenangannya ya sama Mba Vira dulu?
Mas Boy : He he he, iya. Tapi bukan sama istri ku.
Nanny : Oya? Sama siapa dong? Sahabat atau mantan pacar Mas dulu ?
Mas Boy : Ada aja. Sudahlah, Cuma masa lalu kok.

Nanny merasa penasaran dengan jawaban Mas Boy yang menyembunyikan sesuatu. Tapi Nanny tidak meneruskan pertanyaannya lagi, karena dia merasa Mas Boy punya hak untuk tidak cerita kepadanya. Kebersamaan mereka di cafe untuk bersantai biasanya dari siang sampai menjelang malam, Mas Boy benar-benar suka bersantai-santai di cafe yang biasa mereka kunjungi.

Karena sudah sering Nanny bertemu dengan Mas Boy dan tempat bertemunya selalu di tempat yang sama, lama-kelamaan Nanny merasakan hal yang aneh.
”Entah kenapa Mas Boy suka banget dengan cafe itu, sudah gitu Mas Boy itu suka sekali memperhatikan perempuan dewasa (tante-tante) yang datang ke cafe itu” ucap Nanny sendiri dengan pelan mengendarai mobilnya keluar dari kantor menuju cafe biasa tempat bertemu dengan Mas Boy yang sejak siang sudah membuat janji dengan Mas Boy untuk bertemu mengantar buku yang sudah Nanny pinjam.

Nanny : Hai Mas, sorry telat, lumayan macet.
Mas Boy : Eh Nan, gapapa, aku juga belum lama kok. Mau pesen minum apa? Mau pesan makan ga?
Nanny : Ga ah, aku minum aja, yang biasa, Mas.

Masih dengan rasa penasaran yang Nanny miliki terhadap Mas Boy, Nanny pun menjadi sering memperhatikan gelagat Mas Boy selama ada di cafe.
”Hmmm, benar, kenapa Mas Boy sering memperhatikan tante-tante yang masuk ke cafe ini ya?” bisik Nanny dalam hati sambil melihat-lihat buku menu yang sesekali melirik Mas Boy yang sedang asik merokok dan memperhatikan sekelilingnya.

Sudah cukup malam Nanny tiba di rumah setelah bertemu dengan Mas Boy. Tiba-tiba satu sms diterima dan dibaca oleh Nanny. Sms yang dikirim oleh Mas Boy yang memastikan Nanny sudah sampai rumah lagi, dan akhirnya balas membalas sms pun tak terelakkan. Masih dengan rasa penasaran yang dimiliki Nanny, akhirnya dia pun memberanikan diri menanyakan keresahan yang dimiliki Nanny kepada Mas Boy. Cukup lama sms yang dikirim Nanny tidak dibalas oleh Mas Boy. Satu jam kemudian panggilan masuk ke telepon genggam Nanny.

Nanny : Halo
Mas Boy : Malam, Nan, udah tidur?
Nanny : Eh Mas Boy, belum. Nanny kira Mas sudah tidur. Kenapa, Mas?
Mas Boy : Nan, Maaf ya.........................

Nanny hanya terpaku seketika, hanya diam menjadi pendengar yang baik dengan rasa kaget yang membuat dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata setelah Mas Boy bercerita melalui telepon sesuatu yang sudah disembunyikan. Mas Boy yang sudah dianggap seperti kakaknya ini menceritakan semua masa lalunya kepada Nanny. Mas Boy yang sudah memiliki istri dan satu anak ini ternyata mencintai sosok perempuan dewasa yang umurnya jauh lebih tua dari Mas Boy. Diawali saat dibangku kuliah Mas Boy mempunyai hubungan dengan seorang wanita yang umurnya lebih tua dari nya, awalnya Mas Boy tidak menyukainya, tapi lama-kelamaan Mas Boy pun jatuh ketangan Tante Sonya, terjebak dengan kebiasaan-kebiasaan yang Nanny anggap itu sangat tidak pantas. Sampai akhirnya Mas Boy menikah dengan Mba Vira dan mempunyai gilang anak pertama yang dihasilkan dari hubungan pernikahan mereka, Mas Boy masih merasa tidak terpuaskan oleh istrinya. Mas Boy merasa lebih puas dengan hubungannya bersama tante Sonya. Mulai dari saling berbagi dan kegiatan sex nya pun Mas Boy merasa lebih puas bersama Tante Sonya. Nanny benar-benar dibuat diam oleh pengakuan Mas Boy.

Mas Boy : Itu sebabnya aku suka berlama-lama santai di cafe biasa tempat kita bertemu, karena di cafe itu aku sering bersama Tante Sonya, dan dia janji akan datang lagi dan bertemu di cafe itu setelah dia pergi meninggalkan aku untuk ikut suaminya yang pindah bertugas ke Jepang.

”Oke”
jawab Nanny singkat yang masih belum percaya dengan apa yang semua sudah dikatakan oleh Mas Boy kepadanya. Kecewa seketika setelah mengetahui kondisi Mas Boy yang sebenarnya, Nanny pun langsung terbayang wajah Mba Vira dan Gilang, tidak tau seperti apa kalau Mba Vira mengetahui keadaan yang sebenarnya. Badan Nanny menjadi lemas, beberapa detik keheningan menyelimuti obrolan Nanny dan Mas Boy yang tersambung di telepon genggam.

Pantas, aku tidak melihat Mba Vira di kilau mata Mas, apabila Mas sedang menceritakan istri dan anakmu. Melainkan aku melihat tante di kilau matamu. Aku kecewa Mas. Terima kasih sudah mau jujur” Sejak malam itu sampai selanjutnya hubungan komunikasi Nanny dengan Mas Boy mulai berkurang. Nanny merasakan kekecewaan dengan sikap yang dimiliki soerang sahabat dan kakaknya, sehingga hubungan mereka pun tidak sedekat dulu lagi.

(Cerita terinspirasi dari pengalaman seorang teman komunitas i-chatting M3)


Hidup dengan ratusan ikat sayuran

Umur boleh tua, tapi semangat tetap semangat anak muda, kalimat itulah yang cocok untuk menggambarkan seorang bapak tua yang sudah bekerja selama 21 tahun sebagai tukang sayur, khususnya sayur bayam dan kangkung. Mungkin karena bapak tua ini jualan sayur bayam maka itu dia pun kuat dan semangat, sama seperti tokoh kartun yang kuat tak terkalahkan karena dia suka makan sayur bayam yaitu Popaye si pelaut. Tapi bapak tua ini bukanlah popaye si pelaut, melainkan seorang suami dan bapak yang memiliki lima anak dan enam cucu yang tetap harus bekerja diusianya yang sudah menginjak 60 tahun ini untuk tetap menafkahi keluarganya.

Bapak Matar, nama itulah yang biasa dipanggil di rumah dan di tempatnya berjualan di Pasar Baru, Bekasi. Dengan becaknya dia mengangkut sayuran dari Pasar Teluk Buyung menuju Pasar Baru Bekasi yang paling sedikit membawa 600 ikat sayur bayam dan sayur kangkung. Dimulai dari jam 14.00 wib sampai 16.00 wib Pak Matar belanja sayuran yang nantinya akan dijual lagi untuk mendapatkan penghasilan agar dapur rumahnya tetap berasap dan menyekolahkan anak-anaknya.

“baru jam 18.00 wib saya mulai jualan sampai nanti jam 03.00 pagi” ucapnya sambil mengikat sayur yang dibuat menjadi satu ikat besar dimana sayuran itu sudah dipesan oleh langganannya. Malam ini Bapak Matar hanya membawa 600 ikat sayuran yang akan dijualnya, jauh lebih sedikit dari sebelumnya pertama kali saya datang mengunjunginya. Ada beberapa ikatan besar sayur yang sudah disiapkan Pak Matar untuk langganannya yang sudah memesan satu hari sebelumnya. Sisanya mungkin hanya tinggal beberapa ikat saja yang tersusun rapi diatas becaknya. Dengan baju lusuh dan wajah tuanya dia tetap ulet mengikat setiap sayuran yang akan dijualnya sehingga rasa lelah pun tertutupi dengan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang pencari nafkah.

Pak Matar sosok seorang pekerja keras dan tidak suka mengeluh, terlihat selama bersamanya dia tidak pernah mengeluarkan kata-kata keluhan, melainkan wejangan-wejangan untuk tetap kuat dan sabar menjalani semua keadaannya. Mungkin untuk para laki-laki tua yang sudah memiliki umur seperti Pak Matar ini tidak semua bisa memiliki jiwa tegar sebesar dia. Apalagi dengan keadaan saat ini yang semakin sulit saja. BBM naik, tua muda pun semua berteriak “susah”.

“Ya berkurang Neng, yang dulu sebelum BBM naik, uang 50.000 itu bisa ada lebihnya, kalau sekarang jadi mepet” ungkap Pak Matar yang sampai saat ini belum mendapat jatah uang Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah. Sampai saat ini bantuan dari pemerintah untuk warga miskin masih belum merata, dengan kondisi daerah-daerah pedalaman yang warganya miskin di pinggiran kota masih belum terjamah oleh bantuan pemerintah. Entah memang belum terjamah atau mungkin para pengurus yang mengurusi bantuan ini tidak tuntas mendata warga-warga miskin yang ada disana. Kita hanya bisa menerima dan menjalani keadaan yang ada, khususnya untuk orang-orang yang tidak beruntung, sudah miskin makin miskin lagi. Protes-protes yang ditujukan kepada pemerintah ini sepertinya menjadi hiasan semata, kebijakan-kebijakan yang diberikan oleh pemerintah tidak banyak membantu kaum yang tidak beruntung ini. Anggap saja program BLT ini salah satu cara pemerintah menyuap warga miskin untuk menerima kenaikan BBM di Negara kita ini.

Yang kuat yang bertahan, itulah keadaan di Negara kita saat ini. Seperti sikapnya Pak Matar yang tetap bertahan hidup dengan dibantu becaknya mengangkut ratusan bahkan ribuan ikat sayur yang akan dijual untuk membiayai kebutuhan hidupnya di usainya yang seharusnya sudah beristirahat di rumah menikmati masa tuanya bersama istri, anak dan cucunya, namun beliau masih tetap berteman dan bergelut dengan malam mencari nafkah. Keadaan yang sulit mengajarkan Pak Matar untuk tetap kuat, sehingga dia pun tidak pernah mempedulikan berapa usianya sekarang, ”selama masih kuat dan sehat saya akan tetap bekerja, Neng” ungkapnya dengan senyum yang menghiasi wajahnya yang sudah dipenuhi garis kerut keriput.

Memang Pak Matar bukanlah seorang yang terkenal dan disegani yang ahli dalam bidang tertentu, tetapi Pak Matar merupakan sosok yang dapat kita jadikan panutan dalam menjalani dan menghargai suatu kehidupan dan kerja keras. Pak Matar mengajari kita untuk menjadi manusia yang kuat, melakukan semua usaha sebaik mungkin selama masih bisa berdiri dan sehat. Mencintai keluarga merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki Pak Matar, sikapnya yang tanpa pamrih dan tak pernah menuntut kepada anaknya merupakan wujud cinta dan kasih sayangnya terhadap anak-anaknya. Beliau tidak pernah memaksa kepada anak-anaknya yang sudah memiliki penghasilan sendiri untuk membantunya, Pak Matar tetap bekerja sendiri untuk membiayai dua anaknya yang masih sekolah di bangku SMU dan Madrasah.
”Bapak sih ga pernah minta apa-apa, kalau mau bantu ya silahkan, tapi kalau tidak ya gapapa, yang penting mereka bisa mencukupi kebetuhan mereka” ungkap Bapak tua ini yang pernah menjadi tukang buah di pasar minggu. (INM/200608)

Sekilas Bakti Sosial Eson Pahatonka 4

Acara bakti sosial yang dilakukan oleh gabungan dari beberapa milis pecinta alam (Pangrango.com, Nature Trekker Indonesia, Merbabu.com, High Camp, Komunitas Pendaki) yang di koordinasikan oleh teman-teman Wounded Knee ini dilaksanakan di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Bogor. Kira-kira 1,5 jam perjalanan dari Bogor untuk mencapai desa ini, kondisi desa ini masih bisa dibilang cukup asri dengan adanya lahan sawah diantara perumahan penduduknya. Udaranya masih bersih dari polusi karena fasilitas transportasi umum sangat sedikit sekali dijumpai, sehingga saat menjelang malam (18.00wib) pun akan sulit mendapatkan angkutan umum, kecuali kendaraan pribadi dan itupun kebanyakan hanya motor dan sepeda.

Bakti sosial ini dilakukan setiap setahun sekali oleh teman-teman yang terkumpul di komunitas pecinta alam ini. Acara yang dilakukan pada tahun ini merupakan kegiatan bakti sosial yang ke-4 yang mempunyai tema “Bumiku Rumahku”, yang didalamnya terdapat 2 pokok acara yaitu :
1. Melek lingkungan melalui pendidikan sains alam bebas untuk siswa sekolah dasar
2. Pemberdayaan masyarakat untuk peduli akan lingkungan hidup

Acara bakti sosial berjalan dengan baik sesuai dengan rencana panitia dan koordinator acara. Diterima dengan baik oleh anak-anak murid SD Gobang (Kelas 1 s/d kelas 6) yang menjadi peserta diacara ini. Minat anak-anak SD Gobang untuk mengikuti pendidikan sains alam bebas ini sangat besar sekali dengan terlihatnya mimik wajah dan tingkah laku mereka yang gembira mengikuti semua sajian acara yang diberikan oleh panitia acara. Mulai dari menonton film pendidikan, cerita anak, origami, mewarnai, sampai games sains. Acara penyuluhan pembudidayaan jamur tiram untuk warga pun berjalan dengan baik dengan tidak kalah minat dan rasa keingintahuan warga terlihat diwajah mereka, dimana penyuluhan ini dilaksanakan bertujuan untuk memberikan manfaat pembudidayaan yang dapat dijadikan salah satu sumber pendapatan dengan membudidayakan jamur yang dapat di-supply ke kota dimana teman-teman pencinta alam ini menyiapkan tempat untuk menampung jamur-jamur yang sudah siap untuk dijual sehingga menghasilkan uang, sehingga para warga desa rumpin pun akan mendapatkan penghasilan.


Gambaran keadaan bakti sosial Eson Pahantonka 4, Rumpin, Bogor. Diawali dengan pembagian bubur kacang hijau kepada anak-anak SD Gobang sebelum mereka melakukan games sains, dan kegiatan anak-anak SD kelas 2 dan 3 yang sedang belajar origami (melipat kertas).




























Ikan Hiu Makan Tomat, Thank You Very Much

Semua ini hanya ekspresi jiwa dan pikiran sendiri yang ingin bebas, dengan norma kesopanan yang masih dijunjung guna tidak menyakiti orang lain. Tidak dilarang berkomentar atau mengkritik, hanya di sini dilarang iri dan sirik. Jika sirik dan iri, silahkan bikin Blog saja.