Selasa, Juli 10, 2007

Ubi

Seorang anak perempuan yang lahir 21 tahun yang lalu. Tepat nya pada tanggal 26 Mei 1984, di Jakarta Timur. Anak tunggal yang dilahirkan dari perpaduan dua keluarga. Sang Ayah berasal dari Solo – Jawa Tengah dan sang Bunda berasal dari Bandung – Jawa barat. Ubi adalah seorang anak yang lincah, periang, aktif kreatif, tomboy, cuek, serta seidikit manja. Sangat dimaklumi sekali kalau dia itu manja, karena dia adalah anak tunggal, maka tidak aneh kalau ubi sedikit egois. Dia dikenal sebagai anak yang pandai, sifat aktif dan kreatifnya membuat dia memiliki banyak teman dan tak jarangnya dia mendapatkan beberapa prestasi dalam hal belajar dan bermain. Saat dia duduk dibangku Taman Kanak-kanak pun dia sudah bisa mendapat beberapa penghargaan. Menjadi juara 2 melukis se-Kabupaten untuk tingkat Taman Kanak-kanak dan mendapat juara 3 mewarnai se-Kabupaten. Anak yang super agresif dan hiperaktif ini tumbuh dengan penuh kasih sayang dari Ayah dan Bundanya. Dia merupakan anak kesayangan Ayahnya, selalu diajarkan oleh ayahnya untuk menjadi anak yang kuat dan mandiri. Wataknya keras dan memiliki ambisi yg besar, sama seperti ayahnya. Kebetulan sekali wajah Ubi dan Ayahnya itu sangat mirip, sehingga tak jarang Ubi itu sering disebut “jiplakan” Ayahnya.
Anak ini tumbuh menjadi anak yg bener-benar ceria dan periang. Masa-masa kecilnya diisi dengan aktivitas-aktivitas layaknya anak-anak seumuran dia. Banyak kegiatan yang dia ikuti diluar dari kegiatan bermainnya bersama teman-teman rumahnya, dari pengajian TPA, kursus tari sampai kursus melukis dia ikuti.Hingga pada suatu saat anak ini harus menghadapi dan mengalami masa-masa yang sangat berat dan sulit dalam hidupnya. Tepat pada umur 10 tahun, dia harus kehilangan dan di tinggal pergi oleh sosok Ayahnya. Masa itu adalah masa yang benar-benar membuat ubi menjadi anak yang lain. Kehidupan nya berputar 180 derajat… sisa-sisa masa kecilnya harus di tutup dan diakhiri dengan jalan hidup yang cukup berat.Memasuki masa peralihan dari masa kecil ke masa akan beranjak dewasa yang biasa disebut masa-masa ABG (Anak Baru Gede). Ubi yang seharusnya mempunyai waktu untuk bermain dan belajar hal-hal baru, saat itu dia tidak bisa merasakan dan menikmatinya. Anak yang awalnya periang dan ceria, berubah menjadi anak yang cenderung diam. Anak yang slalu memendam hal apapun dalam hatinya.

Sakitnya, sedihnya, bahagianya cenderung dia simpan sendiri. Sehingga terbentuk Ubi yg tetap periang dan cuek tapi dibalik itu dia adalah anak gadis yang menyimpan banyak tekanan.Kepergian Ayahnya untuk meninggalkan Bundanya untuk menikah lagi dengan wanita lain (Sekretaris kantor Ayah Ubi).

Sosok Ayahnya merupakan sosok yang sangat dibanggakan dan diandalkan Ubi. Ayahnya adalah pahlawan dan guru bagi Ubi, rasa optimis, percaya diri yang Ubi miliki itu terilhami dari sosok Ayahnya. Tapi jalan hidup berkehendak lain…
Kini sosok yang dibanggakan oleh Ubi malah menjadi sosok yang sudah membuatnya jatuh dan merasa tak berdaya. Hal ini membuat traumatis besar untuknya.


Sampai akhirnya terucap dari mulut nya “Laki-laki itu jahat”.
Dari kejadian itu dia sulit untuk memaafkan ayahnya, rasa benci kepada ayahnya membuat dia tidak menghargai Ayahnya lagi yang sebelumnya sosok Ayahnya itu merupakan sosok yang paling sempurna.
Hari-hari nya dilalui dengan tabah dan kuat. Kini dia hanya tinggal dengan Bundanya, mereka berjalan seiring sejalan, saling support dan melindungi. Bunda Ubi termasuk sosok perempuan yang tabah dan kuat. Bunda dapat mengajarkan dan membentuk Ubi untuk terima kenyataan hidupnya. Terima apa adanya takdir dan rencana Tuhan.

Bundanya menjadi sosok seorang Ayah dan seorang Ibu untuk Ubi, dia berperan ganda untuk mendidik Ubi. Sehingga dengan bantuan waktu dan kesabaran Bundanya berhasil membentuk Ubi untuk bisa terima kenyataan hidup dan membuat nya bisa lebih sabar dan tabah terima semua apapun rejeki dan nikmat dari Tuhan.Waktu pun terus berjalan, Ubi mulai tumbuh menjadi anak gadis yang dewasa. Jalan hidup dan pengalaman hidupnya membentuk dia menjadi anak perempuan yang mandiri. Seiring waktu menumbuhkan kedewasaannya, lama kelamaan dia pun bisa memaafkan ayahnya. Terima keadaan ayahnya yang kini memiliki keluarga baru dengan istri barunya. Walaupun dia masih merasakan sakitnya, tapi kali ini dia sudah mengerti akan hal itu. Tak munafik dia masih membutuhkan sosok seorang ayah untuk memberikan dia sesuatu spirit dan support yang tidak bisa ditemuin dari Bundanya.Dalam pergaulannya, Ubi cenderung mempunyai banyak teman. Dia pandai bergaul dan berinteraksi. Sifatnya yang supel membuat dia disayangi oleh teman-temannya. Tak sedikit teman-temannya selalu mengandalkannya dalam urusan pelajaran.

Ubi berusaha untuk tumbuh dengan baik walaupun dia tidak punya sosok Ayah yang selalu dekat dengannya. Kesabarannya menjalani masa-masa sulitnya membuahkan keberanian dan kemandirian didalam diri Ubi. Dia tidak pernah merasa minder atau takut dengan pendapat-pendapat orang di luar sana yang terkadang mereka memberikan pandangan negatif bagi seorang anak yang tumbuh dari keluarga “broken home”.

Bagi Ubi, anak yang tumbuh dari keluarga “broken home” akan dapat lebih berani dan mandiri dibanding dengan anak-anak yang lain dengan cara menjadikan semua pengalaman hidup yang pahit sebagai pembelajaran untuk menjadikan seorang manusia yang lebih baik.

(Bekasi, Mei 2005)

Tidak ada komentar:

Ikan Hiu Makan Tomat, Thank You Very Much

Semua ini hanya ekspresi jiwa dan pikiran sendiri yang ingin bebas, dengan norma kesopanan yang masih dijunjung guna tidak menyakiti orang lain. Tidak dilarang berkomentar atau mengkritik, hanya di sini dilarang iri dan sirik. Jika sirik dan iri, silahkan bikin Blog saja.