Jumat, Juli 13, 2007

Persembahan yang tulus

Setiap persembahan seharusnya diikuti dengan nilai ketulusan. Tapi entahlah apakah pada zaman ini nilai ketulusan masih ada?
Nilai ketulusan yang semakin lama semakin menghilang diantara kekuasaan dan ketenaran dari sebuah materi yang sering disebut oleh orang-orang yang berada diatas langit bahwa semua dapat dibeli dengan materi yang bergelimpangan. Sifat dasar suatu pemberian yang dapat menjadikan manusia menghargai dengan keihklasan berubah menjadi kearoganan yang membuat manusia lupa akan indahnya ketulusan, sehingga menjadikan suatu tuntutan yang harus dikembalikan dari sebuah pemberian. Timbak balik lebih tepat dikatakan dari sebuah pemberian yang didasari oleh ketidaktulusan.

Sulitnya sekarang ini hidup untuk mendapatkan ketulusan dan kejujuran. Kadang aku berfikir apakah masih ada orang-orang disana yang menghargai ketulusan dan kejujuran. Aku beranggap pada zaman ini kejujuran dari sebuah kesalahan yang diungkapkan malah berakibat membahayakan diri kita sendiri. Sudah jarang orang-orang disana dapat menerima kejujuran dari kesalahan dengan mata hati mereka yang ikhlas akan kesalahan itu dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan itu dan menjadikan suatu kebaikan. Aku hanya berharap agar masih dapat bertemu dengan orang-orang yang memiliki ketulusan dan menerima kejujuran dari sebuah kesalahan. Sehingga aku bisa merasakan atmosfir kehidupan yang penuh kasih tanpa harus ada “embel-embel” materi yang sebenarnya mereka tidak dapat membeli cinta dan waktu yang sudah berlalu.

Kukutip suatu persembahan yang tulus dari orang yang masih menghargai keasrian dan kejujuran…

Persembahan

Satu atau banyak di masa tua
Bila Tuhan berkenan
Kita pasti menengok tapak-tapak
Takzim bersyukur, mungkin menyesali
Yang teringat atau sengaja dilupakan

Kawan, di kitab suci Dia berkata: bacalah!
Tanda-tanda dan hidup yang berkesiuran
Di wajah-wajah yang kau sua
Yang boleh jadi datar dan membosankan bagao boulevard
Sepanjang pantai dipagari mall dan restoran
Di kota kita yang diriuhi papan reklame
Atau jalanan di perbukitan luar kota
Menanjak dan berkelok diapit hutan dan kebun
Di pagi hari sewarna merah jambu paras gadis-gadis
Yang bergegasan ke lading jagung di ujung batas desa

Bacalah dan dia terus berdenyut di nadimu
(Katamsi Ginano, 2007)


Aku akan tetap berharap untuk dapat bertemu dengan sekelompok orang-orang yang menghargai persembahan yang tulus sehingga aku dapat bertahan di kehidupan yang penuh dengan ketamakan ini.

(Bekasi, Juli 2007)

13 komentar:

Anonim mengatakan...

Aamin... for the last paragraph...
-x808x-

Unknown mengatakan...

Kacian deehh loe.. Yaa salahnya sendiri habis membela salah orang yg mengrongrong akhirnya sadar juga & mengeluh spt di puisi ini.. menyesal kan sdh membela ternyata yg dibela spt itu.. alias tamak.. Mknya jangan gengsi untuk kembali ke yg memperhatikan dengan tulus, ikchlas serta kasih yg 100 %.. pecaya deehh pasti lebih baik.. Mudah2an mata hati terbuka.. Amien

Anonim mengatakan...

Ha..ha..ha.. rupanya penulis puisi shock berat mungkin karena ancaman, komentar atau apa ? kenapa tidak shock to death aja yaa .. Komentar saya atas puisi tersebut sbb. :

1. Rupanya benar bahwa oohh penulis puisi telah bertemu dengan orang yang mengrong-rong dirinya namun karena berkenaan dan cinta maka dirong-rongpun tetap terima. Kok bisaaaa yaaaa ? atau bekas biasanya maunya dapet bekas juga ? he..he....

2. Sebenarnya penulis puisi janji dengan si B untuk bertemu & juga janji2 lainnya tapi bukan soal materi, sayang tidak pernah ditepati dengan berbagai alasan salah satunya alasan kesibukan, tapi ALLAH tidak tidur & menunjukkan bahwa dengan yang lainnya kok bisa ketemu kenapa dengan si B tersebut selama ini tidak bisa.. hm.. entahlah atau karena memang tidak berkenaan tapi tidak mau bilang terus terang.. wah kalau begitu tidak GENTLEMAN duonk.. atau karena tidak tega ? (Belajar tega dong katanya biasa tegas tapi kok engga’ bicara terang2an ? Apa alasannya ? Aneh.. Inget lho, bau busuk akan tercium juga.. he..he.. Makanya buat yang mengrong-rong : Selamat yaaa, kamu menang karena terbukti dia bisa ketemu kamu berkali-kali sedangkan dengan pihak lain seperti yang dia janjikan tidak pernah bertemu, kasian pihak lain.. sedih & kecewa.. Pasti kalian berdua tertawa terbahak-bahak atas kekecewaan pihak lain. Biarlah ALLAH YANG MAHA TAHU.

Anonim mengatakan...

yap..yap..thank's buat commentnya, Menyenangkan...!

Tapi jujur ga ngerti, bagaimana saya harus mengerti ini?

(untuk pengirim comment)Maksudnya bekas dapat yang bekas itu apa?

Thank's,
Nuri

Anonim mengatakan...

Anda tidak perlu bingung.. yang seharusnya mengerti jelas adalah si penulis puisi.. so don't be confuse..

Regards,

Anonim mengatakan...

Sepertinya harus ada yang diluruskan, nih.

Mohon pencerahannya... (koq kayak di milist =p)


/nuri

Anonim mengatakan...

yang pastinya sih.. sptnya dia heran kenapa kok saya mengomentari atau cerita ke yang lain cukup tahu sendiri saja.. sebab di tempat yang berbeda ada kata2 semacam itulah.. mudah2an saya salah.. tetapi saya tidak mau memperpanjang hal ini karena saya bukan orang yang levelnya rendah..

So, case close..! Thanks.

Anonim mengatakan...

Case close djuga!
-x808x-

Anonim mengatakan...

aih...aih... Ada apa ini?

Sepertinya perlu di luruskan sendiri saja. Sebelumnya saya mohon maaf kalau jurnal saya yg ga bermutu ini koq jadi "riweh".

Asli, nih jurnal saya buat ga ada hubunganya dengan apa-apa, siapa-siapa, gimana-gimana. Hanya memang saya sisipi karya seorang penulis puisi yang intinya sih menambah cantik tulisan saja.

Mohon maaf kalau jadi "riweh" gini.

Kalaupun ada unsur perasaan itu sih saya yang tanggung sendiri. Kecewa, sedih, senang itu rejeki saya dari Allah. Ga ada hutang dan ga ada yang berhutang. Jurnal ini ada NO HEART FEELING ke siapa pun.

tq, /nuri

Anonim mengatakan...

kritik itu biasa, tp klo sirik n cenderung menghakimi kayaknya gak pantes deh. n post kamu itu cenderung ke arah sirik. bikin blog aja napa, biar emosi mu akan KG yg suka mengumbar janji tp gak ditepati itu terlampiaskan. sory baru baca blog nuri skrg. utk nuri salam kenal. untuk anonim, yg sabar n ikhlas yach, klo dia lebih milih nuri, there must be something yg elo gak punya. so introspeksi diri dulu deh....

Ika Nuri mengatakan...

Hai Anonim (17 Sep 2008). Terima kasih telah mampir dan memberi post komentar.

Salam kenal juga ya.

Tapi ini siapa ya? :)

/Nuri

Anonim mengatakan...

utk selanjutnya anonim 17 Sep 2008, dikenal Mr/Mrs. T
Thank's

Ika Nuri mengatakan...

Baiklah, terima kasih Mr/Mrs T.

Mr. T, mengingatkan saya kepada guru bahasa inggris di SMU dulu, beliau selalu Mr. T, karena nama Bapak Tri. :)

Salam hangat untuk keluarga.

/Nuri

Ikan Hiu Makan Tomat, Thank You Very Much

Semua ini hanya ekspresi jiwa dan pikiran sendiri yang ingin bebas, dengan norma kesopanan yang masih dijunjung guna tidak menyakiti orang lain. Tidak dilarang berkomentar atau mengkritik, hanya di sini dilarang iri dan sirik. Jika sirik dan iri, silahkan bikin Blog saja.