Tubuh yang tersandar santai pada kursi mobil dengan setengah sadar karena kantuk menggelantungi mata dan headphone yang menutupi lubang telinga mengalunkan musik dari gelombang radio membuat saya terbangun seketika dari alam setengah sadar yang tiba-tiba sebuah kilasan berita menyampaikan kabar buruk telah meninggalnya Sopan Sofyan pagi tadi jam 10 di Ngawi karena kecelakaan.
Tidak cukup lengkap kilasan berita yang disampaikan dari gelombang radio tersebut, hanya ucapan bela sungkawa yang sangat mendalam tulus terucap lirih oleh sang penyiar.
Rasanya baru dua hari lalu saya melihat sosok Om Sopan Sofyan pada program berita di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia dengan keadaan yang sehat tak terlihat sakit, tapi siang ini saya mendapatkan kabar bahwa beliau sudah tiada.
Om Sopan (almarhum) buat saya adalah sosok ayah yang sangat diidam-idamkan. Ketampanan dan kegagahannya memang sudah banyak diakui orang banyak, khususnya pada masyarakat Indonesia, tapi buat saya kecintaannya terhadap keluarganya lah itu yang terpenting dan dapat membuat kagum semua orang. Bijaksana dan demokrasi terhadap keluarga, karir dan pekerjaannya merupakan tauladan untuk siapa saja khususnya untuk saya. Saya bangga dan salut untuk satu keputusannya saat dia melepaskan pekerjaannya dari kursi pemerintahan yang untuknya sudah tidak sesuai dengan hati nuraninya. Dimana pada satu program infotaiment pada salah satu televisi swasta Indonesia dia menyampaikan rasa kedamaiannya dengan meninggalkan kedudukan yang dia miliki saat itu,yang notabene dengan kedudukan yang dia miliki itu dapat bertindak dan memiliki apa pun yang dia mau.
Jujur saya kecewa saat melihat kilasan wawancara Om Sopan (almarhum) dua hari lalu yang saya tangkap dari program berita. Kurang lebih Om berkata, “Karena kita ini membawa motor besar , oleh karena itu kita gunakan jalan tol untuk konfoi agar tidak mengganggu pengguna jalan biasa yang lain dan mencegah gagguan dan kecelakan pada jalan biasa”.
Saya cuma bisa menggelengkan kepala, kenapa kata-kata itu keluar dari mulut Om Sopan (almarhum) yang sosoknya sangat saya banggakan. Jelas saya kecewa, karena jelas juga bahwa jalan tol itu bukannya akses jalan yang hanya dapat digunakan oleh kendaraan beroda empat. Kalaupun beberapa waktu lalu ada motor juga bisa masuk akses tol dalam kota iu karena kondisi Jakarta dan sekitarnya terendam air, musim banjir 5 tahunan pada musim hujan awal tahun 2007 dan 2008 ini.
Entah bagaimana komunitas motor besar itu dapat menggunakan akses jalan tol. Mungkin karena personil yang didalamnya merupakan orang-orang yang mempunyai uang lebih dan kuasa sehinggal hal yang tidak mungkin pun akan menjadi mungkin buat mereka. Yang sangat disayangkan lagi pemerintah kita pun memberikan ijin. Jelas sudah bahwa hukum dan peraturan kita masih cukup lemah dan bertenggang rasa. Boleh saja kita rakyat Indonesia merupakan budaya timur yang memiliki sikap tepo saliro, tapi tidak untuk peraturan dan ketertiban. Tertib ya harus tetap tertib…
Dengan kondisi yang seperti ini sama saja hukum dan peraturan yang berlaku di negara kita ini dapat beli dengan uang dan kuasa. Padahal kita semua ingin negara kita menjadi lebih baik dan maju, seharusnya hukum dan peraturan di negara kita ini tidak mengenal kata KECUALI , melainkan TEGAS tanpa embel-embel transaksi dan negosiasi.
Dengan segala kerendahan hati saya dan tidak mengurangi rasa hormat dan kagum saya terhadap Om Sopan (almarhum) keluh kesah ini saya sampaikan semata-mata rasa cinta saya untuk sosok ayah yang terdambakan. Saya ucapkan selamat jalan ayah, semoga kau menempati tempat yang damai dan indah di sisi-Nya. Amin.
Uang dan kuasa bisa saja membeli Hukum dan Peraturan, tapi tidak bisa membeli waktu untuk mengulur kematian.
Bekasi -Tanjung Priuk
Sabtu, 17 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ikan Hiu Makan Tomat, Thank You Very Much
Semua ini hanya ekspresi jiwa dan pikiran sendiri yang ingin bebas, dengan norma kesopanan yang masih dijunjung guna tidak menyakiti orang lain. Tidak dilarang berkomentar atau mengkritik, hanya di sini dilarang iri dan sirik. Jika sirik dan iri, silahkan bikin Blog saja.
7 komentar:
tes komen
wah.. dimoderasi ya..?
Silahkan saja berkomen, tetap saya tampilkan nantinya walaupun dimoderasi.
Pujian, kritikan, sampai hujatan pun saya akan tetap terima dan tampilkan. Itu asupan untuk saya untuk menuju yang terbaik.
Thank's,
Nuri
Wah ika sayang, semangat ya untuk terus berkarya.
Untuk karya yg 1 ini lumayan bagus karna km bisa menggali sisi yg tertutupi oleh boomingnya kebangkitan nasional.
Tidak semua orang punya pemikiran ke arah situ.
1 jempol untukmu deh...
(yg 2 jempol ntar ya kalau ada yg lebih bagus) he....
He he he, thank you, Non.
Untung yang kau tulis itu 'menggali sisi', bukan 'menggali kuburan', apa kata dunia? he he he...
om sopan da tiada
mari beri maaf padanya
Dengan kerendahan hati saya, sudah memaafkannya dan saya pun minta maaf untuk semua perbuatan dan perkataan yang sudah tidak berkenan untuk Ayah Sopian (almarhum) dan keluarga.
Posting Komentar