Walaupun sudah 3 minggu berlalu pelatihan menulis artikel dan feature untuk media yang aku ikuti di Bandung tepatnya di Tobucil, Jalan Aceh, tapi suasananya masih lengket menempel di pikiranku sehingga aku dapat membayangkan dengan jelas kehangatan serta Sersan alias serius santainya aku dan teman-teman yang lain mengikuti pelatihan.
Paling jelas teringat adalah ejekan dari Ikram laki-laki muda yang suka dengan perempuan dewasa (oups..!), dia berkacamata yang berwajah lumayan menarik dan lucu mirip dengan si Radikus yang spontan berkata "yah...payah, dikirain dari tadi baca udah ngerti, ternyata ga toh". Spontan wajah Yendi dan aku pun memerah dan mencoba membela diri dengan mengatasnamakan Jujur. "Ih..gapapa dunk, gw sih jujur aja emang ga ngerti apa yang ditulis. Dari alenia pertamanya aja udah sulit untuk dimengerti, ya udah mending ga usah di baca", balas Yendi dengan menyembunyikan wajahnya yang memerah di kepulan asap rokok yang dia hembuskan sesekali. "Tul Yen, emang kita jujur koq. Bagus dunk, berarti kita mengakui kalau kemampuan kita belum sampai situ. Tau deh yang udah expert...." tambahku sambil menyalakan sebatang rokok.
Tidak membuat aku dan yang lain bosan untuk terus mengikuti materi demi materi yang disampaikan oleh Mas Gaban. Apalagi dengan suguhan cemilan-cemilan yang membuat kita tambah betah duduk santai menyantap dan merokok dengan tetap serius menangkap semua materi yang dijelaskan oleh Mas Gaban. Yang mengasikkan lagi saat memasuki materi Lukiskan Bukan Katakan, kita mulai ditantang dan dilatih oleh Mas Gaban untuk menuliskan sesuatu keadaan atau suatu sifat dengan cara Lukiskan Bukan Katakan. Unik-unik hasil tulisan yang sudah kita buat masing-masing dari rumah, satu-satu mendapat jatah untuk membacakan hasil tulisannya dan setelah itu teman yang lain boleh memberikan komentar. Terlihat sih seperti simpel saja, tapi dari hal yang simpel itu ternyata sangat penting dan berpengaruh dalam membuat tulisan atau ingin memulai suatu tulisan, apalagi untuk orang-orang yang baru memulai dan niat untuk menulis.
Ga sia-sia lah aku sampai izin dua hari tidak masuk kuliah hanya untuk mengikuti pelatihan ini. Pulang dari Bandung membawa pemahaman dan kepuasan belajar menulis serta menambah daftar list teman-teman yang cukup unik-unik. Dan yang ga disia-siakan aku lagi adalah memburu kartu pos untuk menambah koleksi yang kudapatkan cukup banyak dari Tobucil. Bentuk dan bahannya yang beraneka ragam membuat aku kalap sampai-sampai setiap modelnya aku ambil dan aku beli. Walaupun Tobucil ini kecil, tapi isinya itu besar. Dari kumpulan buku-buku beberapa penerbit yang dijual disana, Tobucil juga menjual aneka ragam hasil kerajinan tangan yang dibuat langsung oleh para member Klabs. Ada hasil dari rajutan, origami, sampai kerajinan payet pun ada disana. Lengkap pisan euy kalau orang Bandung bilang. Ga cuma dapat ilmu dari Mas Gaban aja, aku pun dapat bonus gartis diajari Teh Nia sang mentor origami dari Klabs Origami Tobucil. Dengan baik hatinya Teh Nia sabar ngajarin aku buat origami berdimensi yang jenisnya ini namanya Sonobe. Dari awal datang memang aku sudah naksir melihat origami sonobe itu yang terpajang di etalase depan Tobucil samping lemari pendingin minuman.
"Wah... Ika udahan belajar meliputnya sekarang nerus ke melipat yah", celetuk Mas Gaban yang kemudian Sarah mendekat dan ikutan nimbrung untuk belajar buat Sonobe juga.
1 komentar:
hai-hai kapan main-main lagi ke tobucil? salam hangat dari bandung yang dingin.. :)
Posting Komentar