Umur boleh tua, tapi semangat tetap semangat anak muda, kalimat itulah yang cocok untuk menggambarkan seorang bapak tua yang sudah bekerja selama 21 tahun sebagai tukang sayur, khususnya sayur bayam dan kangkung. Mungkin karena bapak tua ini jualan sayur bayam maka itu dia pun kuat dan semangat, sama seperti tokoh kartun yang kuat tak terkalahkan karena dia suka makan sayur bayam yaitu Popaye si pelaut. Tapi bapak tua ini bukanlah popaye si pelaut, melainkan seorang suami dan bapak yang memiliki lima anak dan enam cucu yang tetap harus bekerja diusianya yang sudah menginjak 60 tahun ini untuk tetap menafkahi keluarganya.
Bapak Matar, nama itulah yang biasa dipanggil di rumah dan di tempatnya berjualan di Pasar Baru, Bekasi. Dengan becaknya dia mengangkut sayuran dari Pasar Teluk Buyung menuju Pasar Baru Bekasi yang paling sedikit membawa 600 ikat sayur bayam dan sayur kangkung. Dimulai dari jam 14.00 wib sampai 16.00 wib Pak Matar belanja sayuran yang nantinya akan dijual lagi untuk mendapatkan penghasilan agar dapur rumahnya tetap berasap dan menyekolahkan anak-anaknya.
“baru jam 18.00 wib saya mulai jualan sampai nanti jam 03.00 pagi” ucapnya sambil mengikat sayur yang dibuat menjadi satu ikat besar dimana sayuran itu sudah dipesan oleh langganannya. Malam ini Bapak Matar hanya membawa 600 ikat sayuran yang akan dijualnya, jauh lebih sedikit dari sebelumnya pertama kali saya datang mengunjunginya. Ada beberapa ikatan besar sayur yang sudah disiapkan Pak Matar untuk langganannya yang sudah memesan satu hari sebelumnya. Sisanya mungkin hanya tinggal beberapa ikat saja yang tersusun rapi diatas becaknya. Dengan baju lusuh dan wajah tuanya dia tetap ulet mengikat setiap sayuran yang akan dijualnya sehingga rasa lelah pun tertutupi dengan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang pencari nafkah.
Pak Matar sosok seorang pekerja keras dan tidak suka mengeluh, terlihat selama bersamanya dia tidak pernah mengeluarkan kata-kata keluhan, melainkan wejangan-wejangan untuk tetap kuat dan sabar menjalani semua keadaannya. Mungkin untuk para laki-laki tua yang sudah memiliki umur seperti Pak Matar ini tidak semua bisa memiliki jiwa tegar sebesar dia. Apalagi dengan keadaan saat ini yang semakin sulit saja. BBM naik, tua muda pun semua berteriak “susah”.
“Ya berkurang Neng, yang dulu sebelum BBM naik, uang 50.000 itu bisa ada lebihnya, kalau sekarang jadi mepet” ungkap Pak Matar yang sampai saat ini belum mendapat jatah uang Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah. Sampai saat ini bantuan dari pemerintah untuk warga miskin masih belum merata, dengan kondisi daerah-daerah pedalaman yang warganya miskin di pinggiran kota masih belum terjamah oleh bantuan pemerintah. Entah memang belum terjamah atau mungkin para pengurus yang mengurusi bantuan ini tidak tuntas mendata warga-warga miskin yang ada disana. Kita hanya bisa menerima dan menjalani keadaan yang ada, khususnya untuk orang-orang yang tidak beruntung, sudah miskin makin miskin lagi. Protes-protes yang ditujukan kepada pemerintah ini sepertinya menjadi hiasan semata, kebijakan-kebijakan yang diberikan oleh pemerintah tidak banyak membantu kaum yang tidak beruntung ini. Anggap saja program BLT ini salah satu cara pemerintah menyuap warga miskin untuk menerima kenaikan BBM di Negara kita ini.
Yang kuat yang bertahan, itulah keadaan di Negara kita saat ini. Seperti sikapnya Pak Matar yang tetap bertahan hidup dengan dibantu becaknya mengangkut ratusan bahkan ribuan ikat sayur yang akan dijual untuk membiayai kebutuhan hidupnya di usainya yang seharusnya sudah beristirahat di rumah menikmati masa tuanya bersama istri, anak dan cucunya, namun beliau masih tetap berteman dan bergelut dengan malam mencari nafkah. Keadaan yang sulit mengajarkan Pak Matar untuk tetap kuat, sehingga dia pun tidak pernah mempedulikan berapa usianya sekarang, ”selama masih kuat dan sehat saya akan tetap bekerja, Neng” ungkapnya dengan senyum yang menghiasi wajahnya yang sudah dipenuhi garis kerut keriput.
Memang Pak Matar bukanlah seorang yang terkenal dan disegani yang ahli dalam bidang tertentu, tetapi Pak Matar merupakan sosok yang dapat kita jadikan panutan dalam menjalani dan menghargai suatu kehidupan dan kerja keras. Pak Matar mengajari kita untuk menjadi manusia yang kuat, melakukan semua usaha sebaik mungkin selama masih bisa berdiri dan sehat. Mencintai keluarga merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki Pak Matar, sikapnya yang tanpa pamrih dan tak pernah menuntut kepada anaknya merupakan wujud cinta dan kasih sayangnya terhadap anak-anaknya. Beliau tidak pernah memaksa kepada anak-anaknya yang sudah memiliki penghasilan sendiri untuk membantunya, Pak Matar tetap bekerja sendiri untuk membiayai dua anaknya yang masih sekolah di bangku SMU dan Madrasah.
”Bapak sih ga pernah minta apa-apa, kalau mau bantu ya silahkan, tapi kalau tidak ya gapapa, yang penting mereka bisa mencukupi kebetuhan mereka” ungkap Bapak tua ini yang pernah menjadi tukang buah di pasar minggu. (INM/200608)
Minggu, Juni 22, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ikan Hiu Makan Tomat, Thank You Very Much
Semua ini hanya ekspresi jiwa dan pikiran sendiri yang ingin bebas, dengan norma kesopanan yang masih dijunjung guna tidak menyakiti orang lain. Tidak dilarang berkomentar atau mengkritik, hanya di sini dilarang iri dan sirik. Jika sirik dan iri, silahkan bikin Blog saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar