Be Te…
Jadwal kosong keisi buat mata kuliah tambahan, seharusnya hari ini jadwal aku tidur dirumah. Be Te lagi, aku bela-belain datang ke kampus, si dosen se-enaknya batalkan kuliah tambahannya.
Jadwal kosong keisi buat mata kuliah tambahan, seharusnya hari ini jadwal aku tidur dirumah. Be Te lagi, aku bela-belain datang ke kampus, si dosen se-enaknya batalkan kuliah tambahannya.
Sebal, seenaknya aja cancel jadwal kuliah, ga tau mau ngapain. Aku, Paskah dan Vivi ga punya rencana. Akhirnya, lobby kampus dan M-Web menjadi ssasaran empuk. Ga banyak pikir, aku, Paskah dan Vivi langsung booking tempat F1 sampe F3 yang merupakan ruang kecil tempat dimana kita bisa berinternetan. Sudah menjadi kebiasaan, pasti Paskah membuka akses Hotmail untuk cek e-mail dan mulai masuk komunitasnya yang terkumpul di area chatting MIRC. Vivi pun pastinya sudah asik dengan kebiasaannya juga dengan membuka website yahoo untuk mengecek e-mail nya, dan buka-buka website aneh seperti Rotten.
Lalu Aku? Aku ngapain ? Jarang sekali aku masuk ke warung internet, mending baca buku, komik conan, nonton film, atau hanya tidur saja dirumah.Lama-lama internatan membosankan juga, berniat menyudahi aktivitas ini, tapi dari ruang sebelah Paskah berteriak.
“Ka… buka MIRC ya, ketemu sama gw disana”
“Iya sudah, Skah. Gw pakai user nick Ce_BeTe” balasku tak lama setelah sudah terkoneksi di komunitas chatting itu.
“Ka… buka MIRC ya, ketemu sama gw disana”
“Iya sudah, Skah. Gw pakai user nick Ce_BeTe” balasku tak lama setelah sudah terkoneksi di komunitas chatting itu.
“Ok sip. Ikutan gw ngerjain orang ya” teriaknya lagi dari ruang sebelah.
Makin ga jelas saja ngikutin kemauan Paskah. Sudah kepalang masuk area chatting, ya akhirmya meladeni orang-orang yang ga dikenal yang mereka tersambung dengan ku untuk kenalan dan sekedar mengobrol. Tapi lumayan juga bikin aku jadi lupa sama be te ku karena dosen yang ga jadi datang itu. Sampai akhirnya aku mengobrol dengan orang yang memiliki user nick “Lonelyman_Sedanclasic”
Lonelyman_sedanclasic : “hallo”
Ce_Bete :“iya, asl pls (age, sex, location please)?”
Lonelyman_Sedanclasic : “29 Male Jkt, kamu?”
Ce_BeTe : “19 Female Jkt”
Lonelyman_sedanclasic :“kuliah?”
Ce_Bete : “iya, kamu?”
Lonelyman_Sedanclasic : “kerja”
Ce_Bete :“dimana?”
Lonelyman_Sedanclasic : “daerah Thamrin”
Lonelyman_Sedanclasic : “nama kamu dong”
Ce_Bete : “kamu dulu aja”
Lonelyman_Sedanclasic : “Sonny”
Ce_Bete : ”Ika”
Lonelyman_Sedanclasic : “kampus kamu dimana, Ka?”
Ce_Bete : “UKI”
Lonelyman_Sedanclasic : “yang di Cawang?”
Ce_Bete : “iya”
Nah begini deh kalau chatting, perkenalan biasa dengan ngobrol-ngobrol kecil, dan biasanya sih ujung-ujungnya ngajakin ketemuan deh.
Lonelyman_Sedanclasic :“kamu asik ya, Ka, untuk diajak ngobrol”
Ce_Bete : “thank you”
Lonelyman_Sedanclasic : “mau ketemuan sama aku ga?”
Tuh, benarkan, pasti ujung-ujungnya mau ketemuan. Saat itu juga sih aku ga berpikir kalau orang yang bernama Sonny itu akan serius mau ketemu aku.
“0812888xxxx” sudah aku kirim ke dia di pesan terakhir sebelum aku sign out dari ruang chatting itu. Benar-benar tidak berpikir dia akan berani datang atau ingin bertemu dengan aku, 1 jam kemudian setelah aku, Paskah dan Vivi meninggalkan warung internet, telepon genggam ku berdering.
“Ka, ada yang telpon, nih.” Teriak Paskah dari meja depan yang jaraknya lumayan jauh dari meja makan ku dan Vivi, yang kebetulan telepon genggam ku sedang dipinjam Paskah untuk dengarin radio. Aku lihat monitor telepon genggamnya dan ternyata memang benar ada telepon dengan nomor yang tak ku kenali.
“0812888xxxx” sudah aku kirim ke dia di pesan terakhir sebelum aku sign out dari ruang chatting itu. Benar-benar tidak berpikir dia akan berani datang atau ingin bertemu dengan aku, 1 jam kemudian setelah aku, Paskah dan Vivi meninggalkan warung internet, telepon genggam ku berdering.
“Ka, ada yang telpon, nih.” Teriak Paskah dari meja depan yang jaraknya lumayan jauh dari meja makan ku dan Vivi, yang kebetulan telepon genggam ku sedang dipinjam Paskah untuk dengarin radio. Aku lihat monitor telepon genggamnya dan ternyata memang benar ada telepon dengan nomor yang tak ku kenali.
“Hai Ika, gw Sonny. Teman baru kamu yang chatting tadi. Kamu ada dimana? Gw tunggu di parkiran persis di depan falkutas kamu yah, gw di sedan classic hijau dan plat nomornya B****ML” Hah, sekejap aku terbengong-bengong dan pastinya kaget, koq ternyata dia benaran datang. Bingung dan takut, jadi resah sendirian gara-gara berani kasih no telepon ke Sonny yang nota bene dia orang yang baru aku kenal dan dari chatting pula.
“Samperin aja, Ka. Nanti kalau lo diisengin sama dia, tinggal triak aja. Gw dan Vivi nungguin dan mantau dari jauh di payungan tempat biasa kita nongkrong.” Saran Paskah yang menggebu-gebu menyuruhku untuk berani menemui Sonny.Akhirnya aku menemuai dia juga, lagian sudah kepalang dia datang. Aku juga ga mau dibilang tidak gentle woman dong, sudah berani kasih no telepon ku, berarti sudah berani ambil resiko nya kalau ditelepon atau didatangi. Ga perlu lama mencari, aku langsung menemui mobilnya, yang kebetulan dia parkir di dekat tempat biasa aku kumpul dan nongkrong dengan Paskah dan Vivi. Dua teman ku pun sudah langsung menempati posisi nya di payungan untuk memantau ku dari jauh.
Dia keluar dari mobil dan mengajak salaman, lalu pintu mobil yang satunya lagi dia buka dan mempersilahkan aku masuk ke dalam mobilnya.
“Kita ngobrol di dalam mobil aja ya” ajaknya sambil dia menawari aku minuman cokelat dingin.
“Tau aja kalau aku suka minuman coklat dingin.”
”oh ya ! Kebetulan banget ya, syukur deh kalau kamu suka” jawabnya santai dan tenang.
Tinggi, putih, bentuk tubuhnya yang ideal dengan menggunakan pakaian kerja kemeja biru muda dengan celana panjang hitam. Wajahnya memang menarik, memiliki hidung mancung, bibirnya tipis dan alisnya yang cukup hitam tebal, benar-benar enak dipandang. Sekejap mata ku tak mengedip dan lumayan terpesona dengan sosok Sonny.Sudah setengah jam aku dimobilnya, mengobrol dengan diiringi musik jazz yang terputar membuat obrolan kita semakin asik saja walaupun kita baru saling kenal. Ada saja bahan yang diobrolkan dari aktivitas kuliah ku sampai akhirnya cerita yang bersifat pribadi. Yang akhirnya aku tau Sonny kalau sudah menikah.
“What?” teriakku dalam hati. Ga habis pikir aku dapat kenalan om-om. Sudah mulai gundah gulana dan ga nyaman. Ngeri juga, takut dia minta macam-macam. Aku pun memutar otak untuk menuntaskan perjumpaan ini dengan sudah mulai bermalas-malasan menanggapi pertanyaan dan ajakan obrolannya. Sampai akhirnya…
“What?” teriakku dalam hati. Ga habis pikir aku dapat kenalan om-om. Sudah mulai gundah gulana dan ga nyaman. Ngeri juga, takut dia minta macam-macam. Aku pun memutar otak untuk menuntaskan perjumpaan ini dengan sudah mulai bermalas-malasan menanggapi pertanyaan dan ajakan obrolannya. Sampai akhirnya…
”Ka, jalan sama aku yuk, aku punya tempat bagus dan enak lho buat berduaan” ajaknya. Aku hanya meringis tegang dan sudah berjaga-juga siaga 1 untuk keluar dari mobilnya.
“Duh, maaf ya Mas. Aku ga suka jalan-jalan. Lagian kalau berduaannya aja juga ga seru. Maaf untuk yang satu ini aku nolak. Makasih banyak ya sudah mau main ke kampus ku. Sorry, aku harus balik ke kelas, 10 menit lagi aku ada kuliah” keluar dari mobilnya dengan terburu-buru sambil sekali melambaikan tangan.
“Daaaaaaagh…” dan dia pun tak lama pergi dari kampus ku.
“Duh, kayaknya gw kualat nih sama dosen karena udah marah-marah tadi” bisik ku dalam hati, dengan bergegas mendekati Paskah dan Vivi dengan wajah-wajah penasarannya yang ingin tau bagaimana cerita kejadian ku dengan Sonny di dalam mobil tadi. Aku Cuma senyum meringis dan langsung mengajak dan menggiring mereka pulang.
“Ka, tadi gimana? Cerita dong.” Desak Paskah.
“GAME OVER” jawab ku pelan.
Sejak itu Om Sonny masih suka menghubungi ku, kirim pesan dan telepon. Aku pun seketika langsung menjadi pura-pura tuli dan tidak bisa membaca kalau pesan dan telepon itu masuk dan terhubung ke telepon genggam ku. KAPOK, aku pun berjanji tidak akan marah-marah ke dosen lagi agar tak kualat yang nantinya akan didatangi lagi oleh om-om, he he he.
“Duh, kayaknya gw kualat nih sama dosen karena udah marah-marah tadi” bisik ku dalam hati, dengan bergegas mendekati Paskah dan Vivi dengan wajah-wajah penasarannya yang ingin tau bagaimana cerita kejadian ku dengan Sonny di dalam mobil tadi. Aku Cuma senyum meringis dan langsung mengajak dan menggiring mereka pulang.
“Ka, tadi gimana? Cerita dong.” Desak Paskah.
“GAME OVER” jawab ku pelan.
Sejak itu Om Sonny masih suka menghubungi ku, kirim pesan dan telepon. Aku pun seketika langsung menjadi pura-pura tuli dan tidak bisa membaca kalau pesan dan telepon itu masuk dan terhubung ke telepon genggam ku. KAPOK, aku pun berjanji tidak akan marah-marah ke dosen lagi agar tak kualat yang nantinya akan didatangi lagi oleh om-om, he he he.
-2002-
*By the time, makasih ya om minuman dingin cokelat nya dan pengalaman pertamanya.
*By the time, makasih ya om minuman dingin cokelat nya dan pengalaman pertamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar