Aku kira dengan meninggalkannya maka aku juga dapat melupakannya, ternyata salah. Sudah hampir masuk tahun kedua, tapi belum juga aku dapat melupakannya. Komitmen besar yang gagal itu membuat aku menjalani hidup setelah kejadian itu menjadi sangat berhati-hati. Was-was dan cemas sudah tak terelakan lagi, tapi yang pasti ku mensyukuri akan nikmat Tuhan yang masih memberikan kehangatan kasih dan sayang serta hati yang hidup untuk merasakan kasih sayang, cinta, kebahagiaan, kesedihan serta kepahitan.
Rasa cinta ku tak padam meski kepahitan yang lalu meninggalkan bekas luka yang kini sudah kering dan mengelupas. Aku mencintai orang baru, aku mencintai kecerdasan dan keterbukaannya. Dalam hati aku berjanji akan memiliki sedikit ilmu nya yang membuat dia cerdas, aku berjanji akan memiliki perhatiannya dengan cara aku menjadi orang yang dia kagumi dengan apa adanya diriku. Satu hal yang aku tak bisa berjanji dalam hatiku sendiri adalah memiliki diri dan tubuhnya. Aku tak berani bilang itu bisa atau tak bisa, karena buat ku di kehidupan ini serba mungkin. Selama masih ada siang dan malam, matahari terbit di timur dan tenggelam di barat, maka jelas kuasa Tuhan akan memberikan apapun atas kehendak-Nya.
Saat ini memang aku belum memiliki diri dan tubuhnya, entah besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, entah kapan pasti akan ku miliki.
Yang pasti aku tak akan bisa memiliki kehidupannya, karena hanya Tuhan yang mempunyai Hak Paten akan kehidupannya, maupun aku tak bisa memiliki cita-citanya.
Kehadiran sosok nya sudah membuat aku belajar akan banyak hal. Semangat hidup, kerja keras, keuletan, kegigihan, kejujuran, rendah hati dan pantang menyerah nya merupakan pembiasan cermin dari sosok nya. Aku belajar agar bisa sekuat dia dengan kapasitas yang ada di dalam diriku. Dalam doa aku berharap dia tidak berubah dan tetap menjaga dengan baik apa-apa saja yang telah dia ketahui tentang isi hati dan pikiranku. Kalau pun akhirnya nanti aku tetap tak bisa memilikinya dan akan meninggalkan. Maka aku akan meninggalkan impianku yang ingin hidup dengan nya, tetapi aku tidak akan melupakan impian itu.
-Untuk Laki-laki Cerdasku-
Rasa cinta ku tak padam meski kepahitan yang lalu meninggalkan bekas luka yang kini sudah kering dan mengelupas. Aku mencintai orang baru, aku mencintai kecerdasan dan keterbukaannya. Dalam hati aku berjanji akan memiliki sedikit ilmu nya yang membuat dia cerdas, aku berjanji akan memiliki perhatiannya dengan cara aku menjadi orang yang dia kagumi dengan apa adanya diriku. Satu hal yang aku tak bisa berjanji dalam hatiku sendiri adalah memiliki diri dan tubuhnya. Aku tak berani bilang itu bisa atau tak bisa, karena buat ku di kehidupan ini serba mungkin. Selama masih ada siang dan malam, matahari terbit di timur dan tenggelam di barat, maka jelas kuasa Tuhan akan memberikan apapun atas kehendak-Nya.
Saat ini memang aku belum memiliki diri dan tubuhnya, entah besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, entah kapan pasti akan ku miliki.
Yang pasti aku tak akan bisa memiliki kehidupannya, karena hanya Tuhan yang mempunyai Hak Paten akan kehidupannya, maupun aku tak bisa memiliki cita-citanya.
Kehadiran sosok nya sudah membuat aku belajar akan banyak hal. Semangat hidup, kerja keras, keuletan, kegigihan, kejujuran, rendah hati dan pantang menyerah nya merupakan pembiasan cermin dari sosok nya. Aku belajar agar bisa sekuat dia dengan kapasitas yang ada di dalam diriku. Dalam doa aku berharap dia tidak berubah dan tetap menjaga dengan baik apa-apa saja yang telah dia ketahui tentang isi hati dan pikiranku. Kalau pun akhirnya nanti aku tetap tak bisa memilikinya dan akan meninggalkan. Maka aku akan meninggalkan impianku yang ingin hidup dengan nya, tetapi aku tidak akan melupakan impian itu.
-Untuk Laki-laki Cerdasku-
3 komentar:
Deu, dalem banget.
-lelaki cerdas.
Hai, lelaki cerdas.
Beruntung untuk seorang perempuan yang memiliki hatimu.... (tuh baru dalem, he he he)
-pengagum laki-laki cerdas ^_^
wonder who's he? :)
x8
Posting Komentar