Kamis, November 06, 2008

Kakurilingan (keliling) Bandung

Aahhh, akhirnya bisa juga menikmati malam di kost-an dengan santai. Bertemu dan bergumul mesra dengan buku-buku dan si kecil Aspire One. Dari minggu lalu sudah gatal jemari-jemari ini untuk mulai mengetik dan menulis lagi. Biasanya sih, di kantor bisa menyambi dan mencuri waktu sedikit untuk menulis, tapi sudah dari akhir bulan kemarin kerjaan sedang sering menjenguk. Ibu Bos yang akhir bulan ini mau dinas ke India, lalu Jr. Manager Ibu Bos juga harus dinas ke Malaysia yang mengharuskan untuk mensupport mereka menyiapkan semua keperluan mereka untuk perjalanan dinasnya. Belum lagi pekerjaan bulanan, terutama tiap awal bulan, pekerjaan rutinku yang mengupdate beberapa data untuk dipakai di rapat dan review internal. Ketambahan lagi dengan jadwal olahraga di sanggar fitness yang mengharuskan datang sesuai dengan jadwal yang telah diberikan oleh instruktur. Kalau sudah begitu sudah tak bisa apa-apa lagi, pulang kerja langsung menuju ke sanggar fitness, lalu pulang ke kost, sampai kost pun sudah pukul 22.00 WIB, rasanya tak sanggup kalau harus menarikan jari-jari ini diatas keyboard laptop. Alhasil ya sampai kost hanya bersih-bersih, sholat dan langsung tidur.

Tapi malam ini, rasanya nikmat sekali, bisa tiba di kost lebih awal dari jam biasanya. Bersantai di atas tempat tidur, dengarkan MP3 Olive album You, dan Album The Best of Syahrani. Enak tenan, sambil minum teh hangat dengan cuaca yang lumayan dingin dan sedikit gerimis.

Jadi ingat kenikmatan yang kurasakan akhir minggu kemarin. Aku dan empat teman kantor ku pergi ke Bandung, untuk menghadiri pemberkatan pernikahan teman kantor. Karena tak bisa hadir di pesta resepsinya minggu depan, maka kuputuskan untuk datang ke pemberkatannya di Bandung, pikirku sekalian pulang ke rumah saja.

Jum’at siang (14.00 WIB), 31 Oktober 2008, aku sudah meluncur ke site Cikarang ikut mobil ekspedisi. Nasib sebagai orang yang suka menebeng, jadi ya harus ikut jadwal sang empunya mobil yang akan berangkat dari Cikarang menuju Bandung pukul 16.00 WIB. Ya okelah, daripada ribet juga harus naik umum dari Jakarta, karena kalau begitu aku harus pulang dulu ke kost, mana lagi musih hujan. Kalau nebeng kan, setidak-tidaknya aman dari guyuran air hujan.

Aku dan Marlin start dari Pulogadung menuju Cikarang, untung saja Ibu Bos orangnya sangat pengertian, beliau pun memberikan kami ijin untuk meninggalkan kantor lebih awal. Sampai di Cikarang sudah sore, sudah hampir menjelang habisnya jam kerja.

“Ah, lumayan 30 menit lagi, masih bisa kerjakan beberapa pekerjaan dulu”, sambilku mengecek agenda untuk melihat apa saja yang bisa ku kerjakan dari list tugas yang sudah kubuat sebelum berangkat. Marlin pun menggunakan waktunya untuk mengerjakan sedikit pekerjaannya. Dia mulai sibuk dengan urusan sampelnya, aku mulai keliling ke lantai 1 – lantai 3 mengurusi beberapa urusan administrasi. Ika Fitri yang masih terlihat sibuk dengan menerima telepon di depan meja front office itu pun tak sempat ku tegur saat melewati lobby kantor. Myra yang masih sibuk mengurusi dokumen kelengkapan importnya, serta Vero yang masih memonitor beberapa pending PO (Purchase Order) nya. Sampai akhirnya pekerjaan kita pun dihentikan oleh bel yang berbunyi tepat pada pukul 16.00 WIB. Satu per satu sudah mulai merapikan pekerjaannya. Ika Fitri sudah menyampar kita kedalam ruangan yang sudah dengan beberapa banyak jinjingan tas berisi makanan untuk konsumsi kita selama perjalanan.

Pukul 16.15 WIB kita berlima pun meninggalkan parkiran Kalbe tercinta. Myra sang pengemudi dan GPS didampingi Vero di depan. Aku, Marlin, lalu Ika Fitri duduk di tengah di bangku belakang, dengan suasana di dalam mobil yang cukup berisik dan ramai.

“Nanti mampir ke KFC dulu ya” celetuk Marlin, yang memang sudah dari hari sebelumnya kita pergi, kepinginan makan KFC.
“Yah, capek deh, Lin. Mau ke Bandung kok ngidamnya malah KFC” ledek Vero, dan Myra pun dengan baiknya membelokkan mobilnya memasuki tempat peristirahatan di KM menjelang masuk tol Sadang.

Keinginan Marlin pun terwujud sudah dengan sempurna. Satu potong paha atas crispy dan ketang goreng dia nikmati selama perjalanan menuju Bandung. Benar firasatku, masih di tol Cipularang pun sudah mulai gerimis, sampai keluar tol Pasteur hujan makin deras. Antrian tol lumayan padat, maklum menjelang weekend, Bandung ramai dengan plat B.

Sekitar pukul 19.00 WIB kita berlima tiba di gereja GKI, di jalan Maulana, Dago. Niatnya mau menemani Myra dan Vero latihan, karena mereka berdua ditugaskan untuk menyanyi (Vero) dan bermain Saxophone (Myra) mengiringi pengantin. Tapi ternyata tim musiknya tidak datang ke gereja. Hanya tampak ruang yang sudah di dekorasi dengan cantik untuk upacara pemberkatan esok. Myra dan Vero sibuk menghubungi tim musiknya untuk berjanjian latihan. Aku, Malin dan Ika Fitri hanya duduk menikmati para penyanyi koer yang sedang latihan bernyanyi. Kurang lebih 20 menit di gereja, diputuskan latihannya besok pagi sebelum pemberkatannya dimulai.

Rencana berubah, akhirnya kita pun menuju Aru untuk betemu sahabat Myra untuk me-copy file lagu yang akan digunakan sebagai pengiring pengantin. Sambil menunggu Teh Dede (vocalis Mocca), Vero masuk ke Circle K untuk beli sikat gigi. Aku dan yang lain mulai masuk ke café untuk menunggu dan ber-inet ria. Tak lama Teh Dede pun datang, dan mulailah urusan-urusan kami diselesaikan, dan berakhir dengan janjian untuk dinner dulu sebelum pulang, yang diputuskan kita akan berdinner di Hyper Square.

Sampai di Hyper Square sudah pukul 20.30 WIB, kita berenam berkeliling mencari makanan yang pas dengan selera, hanya Marlin saja yang tidak berputar mengelilingi foodcourt saat itu, mungkin sudah full juga dia tadi yang sudah terwujud makan KFC.

Kalau sudah di Bandung, pastinya aku sudah kalap, berwisata kuliner lah yang pasti. Akhirnya dapatlah menu Mie Kocok, dan Lumpia Basah isi telur, ditambah air mineral. Makan bersama, ngobrol ngalor ngidul, tak terasa sampai pukul 22.00 WIB, kita pun bergegas pulang. Pisah dengan Teh Dede di parkiran Hyper Square, Myra mengantar aku, Marlin dan Ika Fitri sampai di pusat perbelanjaan yang namanya aku lupa, dan kebetulan aku pun belum pernah datang ke tempat tersebut. Disitu kami bertiga pindah naik taksi menuju rumah ku yang jarakya lumayan lah, perjalanan sekitar 30 menitan.

Sampai di rumah sudah jam 22.30 WIB, di sambut dengan Ua Etty. Wah, rasanya rindu sekali melihat Ua ku yang satu ini, padahal baru lebaran lalu pulang ke rumah Bandung. Kangen ngobrol, gossip, dan ngudud barengnya itu loh, makanya aku paling ga bisa pulang ke Bandung hanya 2-3 hari, minimal 4 hari di Bandung.

Mulailah kami bersih-bersih dan bersiap tidur, obrolan kecil sebagai pembuka menjelang tidur. Dengan serunya Aku dan Ika Fitri mendengarkan cerita Marlin tentang adiknya yang baru saja berkelahi di suatu tempat olah raga. Memang dari selesai bersih-bersih, dia sudah berngobrol ria di handphonenya dengan adiknya, yang kebetulan adik laki-lakinya bersekolah di Bandung. Selasai bercerita ria, kita pun satu-satu mulai pamit untuk tidur. Aku tidur di kamar kakak sepupuku di sebelah kamar Marlin dan Ika Fitri tidur.

Paginya, pukul 5.30 WIB aku sudah bangun. Terus terang sih, mungkin kalau tidak ada jadwal acara pemberkatan teman kantor ku di pukul 09.00 WIB, pastinya aku belum bangun dari tidur.

Pukul 07.30 kita bertiga sudah siap berangkat, sambil menunggu taksi yang sudah ku pesan via telepon, kita pun memeriksa kembali semua barang bawaan, karena di dalam jadwal, Sabtu sorenya mau langsung pulang lagi ke Cikarang, untuk bisa mengejar di hari minggunya hunting kost-kostan untuk Vero dan Myra. Tapi tidak rugi juga walaupun hanya semalam di rumah Bandung. Sudah terbayar dengan sarapan yang nikmat, masakan Ua tercinta. Nasi panas, cabe Gendot, pepes ayam dan tahu Bandung, uuuhhhhh, very yummie.

Pukul 08.10 WIB kita bertiga sudah sampai di Gereja, masih tampak sepi, kita pun langsung menghubungi Myra yang ternyata sudah di lantai atas sedang latihan. Ika Fitri menyusul keatas untuk mengambil kunci mobil untuk memasukkan barang bawaan kami.
Hanya ada tim musik dan beberapa keluarga yang sudah datang. Tampak beberapa penyanyi kidung angklung sedang menyiapkan peralatannya yang akan mengiringi acara pemberkatan.

Acara berlangsung mundur 30 menit dari jadwal yang sudah ditetapkan. Kaget saat melihat Vivi dan pendampingnya memasuki ruangan dan altar pemberkatan. Luar biasa cantiknya dengan gaun pernikahannya. Rambutnya yang di highlight membuat penampilannya sempurna. Konsep putihnya, menampilkan suasana yang sejuk, bersih dan menenangkan. Acara pun dimulai, aku dan Ika Fitri duduk di bangku belakang mengikuti satu demi satu acara pemberkataan.

“Wah, sepertinya aku muslim sendiri di gereja ini” bisikku dalam hati sambil melihat sekelilingku yang sedang serius mengikuti tahapan-tahapan acara pemberkatan. Ini memang pengalaman pertamaku mengikuti prosesi pemberkatan pernikahan langsung di gereja. Entah ini dibilang berbuat melanggar ajaran muslim atau bukan, tapi niatku hanya ingin datang ke pemberkatan temanku. Bisa dibilang, Aku tidak merasa kaku lagi, karena ini bukan pertama kali ke gereja. Sebelumnya aku pun sudah pernah datang di acara doa bersama saat aku duduk di bangku perkuliahan di Universitas Kristen Indonesia. Aku pun sudah tidak canggung lagi dengan cara berdoa di gereja, karena dari kecil aku sudah bisa berdoa cara agama Kristen Katholik. Ayah ku adalah mualaf, sebelumnya dia Kristen Katholik. Sehingga dari kecil aku dimasukkan ke dua sekolah. Pagi aku sekolah di yayasan Kristen, lalu siangnya aku belajar di TPA Islam.

Dasarnya sama saja prosesi pernikahan agama Kristen dengan agama Islam. Sama-sama ada doa, wejangan, ikrar atau ijab qobul, dan sungkeman. Bedanya di prosesi pemberkatan ini ada iringan dengan nyanyian dan pujian. Di tengah-tengah pemberkatan diisi dengan ceramah dari pendeta.

Pdt. Albertus Patty memberikan ceramah bagi jemaat yang datang. Sengaja ku catat beberapa isi ceramah yang beliau sampaikan. Pdt. Albertus mengatakan, bahwa pondasi pernikahan ada 3, yaitu :
1. Iman, relasi langsung kepada Tuhan. Dalam pernikahan Iman merupakan hal penting, dengan Iman kita akan lebih dekat dengan Tuhan. Jadi, janganlah pernah melepaskan dan jauh dari Tuhan.


2. Cinta, relasi pada pasangannya. Pendeta berkata, tidak ada pasangan yang sempurna, tapi dengan cintalah pasangan tersebut disempurnakan, karena dengan cintalah mereka saling melengkapi.

3. Komitmen, hal ini membedakan manusia berbeda dengan makhluk lain. Manusia lebih sempurna dari makhluk lain. Sehingga dengan begitu hubungan antara pasangan terjalin dengan baik dan bertanggung jawab.

Acara demi acara berjalan dengan baik, diakhiri dengan nyanyian jemaat, pengutusan, berkat, serta foto bersama. Kami bertiga meninggalkan ruangan setelah mengantri mendapat kuat tart dan cokelat. Perundingan kecil terjadi diparkiran mobil.

“Laper, nih. Kita mau makan di mana?”

Diskusi kecil pun terjadi singkat, dan akhirnya diputuskan kita akan lunch di Imam Bonjol (belakang RS. Boromeus), Dago. Hidangan Lomie dan Batagor sudah siap di depan meja makan. Lomie, sejenis mie ayam, bedanya dikuahnya yang kental dan sayurannya bukan sawi, melainkan kangkung, dengan 4 butir bakso didalamnya, sudah ku santap denga lahap, persis dengan yang dipesan oleh Vero, Marlin dan adiknya Marlin yang datang juga ke acara prosesi pemberkatan. Myra dan Ika Fitri yang asik menyantap pesanan Batagornya, dengan sesekali menicip-icip Lomie, pelan tapi pasti menghabiskan pesanan makanannya itu.

Tidak berhenti sampai situ saja, walaupun perut sudah penuh, nafsu berwisata kuliner kita berlima masih cukup besar. Sehabis makan, kita menuju Tobucil, rumah baca yang biasa ku kunjungi apabila sedang berada di Bandung. Tujuan utamanya pasti mencari koleksi kartu nama ternaru, lalu buku dan berorigami. Karena hanya sebentar di Tobucil, untuk membeli beberapa buku dan numpang ke toilet, dilanjutkan pulang, maka berorigami kiat lewatkan bersama. Lagi-lagi tidak langsung pulang, tujuan selanjutnya adalah ke Heritage (factory outlet) yang berkonsep bangunan tua seperti bangunan di Kota Tua dan gedung sebelahnya berkonsep modern minimalis. Tidak berniat belanja, sih, hanya ingin lihat-lihat saja. Ya walaupun sempat kalap juga saat aku melihat koleksi syal dan swearternya yang bagus dan cantik-cantik. Tapi itu masih bisa ditahan dan dibendung, sampai akhirnya kita memutuskan mencari tempat yang enak untuk ngobrol bareng adan makan enak.

















Heritage Factory Outlet
(Dari samping kiri: Myra, Ika Fitri, Vero, Aku)
Marlin ke mana ya? Marlin yang memfoto kita berempat, he he he.


















Nah, ini dia Neng Marlin.


Masih belum terputuskan mau di mana kita bersinggah. Kita keluar dari gedung, menuju parkiran. Lagi-lagi ada yang berkeinginan, sekarang inginnya adalah Es Duren. Pucuk di cinta, Es Duren pun tiba. Tepat di depan pintu keluar parkiran, mangkallah gerobak Es Duren.

Mobil Myra meninggalkan area parkir, kita masih belum tahu mau menuju kemana lagi. Myra masih sibuk berdiskusi dengan pacarnya via telepon menanyakan tempat yang enak untuk berkongkow, dengan konsep lesehan yang bisa untuk goleran (tiduran – Bahasa Sunda), dengan sajian makanan berkonsep barbeque-an.

Oke, terputuskanlah di Atmosphere, di Jl. Lengkong, tujuan selanjutnya. Tapi sebelum menuju ke sana, kita mampir ke suatu tempat, tepatnya aku lupa namanya, karena baru pertama kali juga datang ke sana. Mengantar Vero untuk mewujudkan kemauannya yaitu Mie Rica. Makanan ini adalah makanan sejenis Mie Yamin yang ditambahkan daging masak Rica, dan yang khasnya adalah menggunakan daging babi. Jadi, saya tidak bisa mencicipi kuliner yang satu itu. Infonya sih rasanya enak, pedas Ricanya oke banget.

Tidak ingat persis pukul berapa saat itu, kira-kira habis Dzuhur kita sampai di Atmosphere. Hujan ringan sudah turun, menambah sejuk suasana. Saat itu Atmosphere cukup ramai, sedang acara rupanya. Kita pun langsung beranjak ke lantai 2, tempat yang kita cari-cari sejak tadi. Konsep seperti rumah panggung, materi bangunan hampir full dengan kayu. Dibuat skat-skat kecil untuk ruang lesehan yang terbuka antar ruang satu dengan ruang lainnya. Pemandangan taman yang indah dan pondok-pondok kecil, di lantai 1 menjadi objek kita berlima yang ada di lantai 2.

Benar-benar suasana yang nikmat sekali, berkumpul di bale lesehan dengan disarapkan kasur tipis dan banyak bantal. Kembali ke tujuan awal kita adalah berwisata kuliner, maka kesempatan untu memilih makanan-makanan yang disajikan Atmosphere pun tidak terlewatkan. Sudah dengan menunya masing-masing, mulai dari Sirloin Steak, Beef Lada Hitam sampai ke Iga Bakar sudah terpesan.

Makan-makan, ngobrol ngalur ngidul, dan ber-inet ria mengantar kita sampai ke pukul 17.00 WIB.

“Pulang-pulang, bisi kasorean euy (pulang-pulang, takut kesorean)”

Pukul 17.30 WIB, sampailah ke rumah Myra. Ambil barang dan Saxophonenya yang akan dipakai di acara resepsi pernikahan Vivi, tanggal 9 November 2008. Tidak lama, kurang lebih 30 menit kemudian pun kita berlima meninggalkan rumah Myra, setelah menumpang ganti pakaian dan menumpang ke kamar mandi.

Perjalanan pulang kita diiringi dengan hujan ringan, kondisi jalan yang menuju Bandung terlihat padat dan ramai, lain hal kita yang lawan arah menuju Jakarta sangat lengang. Suasana di dalam mobil tidak terlalu ramai, tidak seperti saat pergi menuju Bandung. Dimaklumi, semua sudah kenyang dan lelah pastinya, seharian jalan keliling Bandung.
Sesuai dengan perjanjian sebelumnya tidak boleh ada yang tidur di mobil, alhasil kita pun tetap terjaga walaupun dengan kondisi yang mulai lowbet, dengan celetukan guyonan-guyonan kecil, nge-gossip, sampai sibuk ber-smsan, yang penting tetap bisa melek sampai di Cikarang.

Perjuanganku pun berhasil untuk bisa melek, sesampai di Cikarang, aku langsung pindah kendaraan. Cari taksi ga ada yang lewat, akhirnya ku putuskan naik angkutan umum biasa. Hanya 45 menit perjalanan menuju Bekasi, aku pun tiba di kost. Langsung bongkar muatan, eh salah, maksudnya barang bawaan, lalu mandi, sholat, dan diakhiri dengan menelengtangkan tubuh diatas kasur kesayangan. Tidak dengan waktu lama, aku pun sudah tak ingat apa-apa lagi, zzzzz...zzzzzz…zzz.


7 komentar:

Anonim mengatakan...

(maaf duluan) sialan,.. ngiler gw pada bagian kuliner nya...??
ada yang pedes gak? (selain mie Rica)
sepengetahuan gw, manis-manis makanan sunda/jawa.., Cabe nya beda mungkin sama cabe Manado yah neng??

Ika Nuri mengatakan...

Wew, salah tuh. Sunda sih relatif pedas ya, walaupun memang tidak seekstrim pedasnya Sumatera atau Sulawesi.

Kalau Mie Ricanya gue ga makan, Boy. Hanya dengar cerita dan menciup aromanya saja, karena bahannya ga halal, pakai daging babi. Tapi kalau dari harumnya sih udah lada bener, deh.

Memang cabenya Manado kayak gimana?

D. S. mengatakan...

yeah, I miss bandung too ..... especially the foods, but not the traffic jam .....

Ika Nuri mengatakan...

He he he, sok atuh uwih deui ka Bandung. :)

chandrakula mengatakan...

cabe manado, sama kayak cabe-cabe lain nya, pedis kalo di gosok di mata..

hahahaha...,

sayang pake Babi yah.., coba kalo nggak.... pasti dua mangkok berangkat ke perut!!

gagaga

D. S. mengatakan...

baru nyadar, kenal myra jg yah?

nagiiannuzzi mengatakan...

How to get to Las Vegas Casino - Dr.MCD
Directions to 경주 출장마사지 Las 광양 출장마사지 Vegas 속초 출장안마 Casino (Paradise) with public transportation. The following transit lines have routes 여수 출장샵 that pass near 충청북도 출장마사지 the Check In: 4:00pmRoom Windows: Windows Do OpenCheck Out: 11:00amRoom Windows: Do OpenCheck Out: 12:00am

Ikan Hiu Makan Tomat, Thank You Very Much

Semua ini hanya ekspresi jiwa dan pikiran sendiri yang ingin bebas, dengan norma kesopanan yang masih dijunjung guna tidak menyakiti orang lain. Tidak dilarang berkomentar atau mengkritik, hanya di sini dilarang iri dan sirik. Jika sirik dan iri, silahkan bikin Blog saja.